[Bismillah]
💦
"Qif, besok jadi, kan, temenin aku pitting baju?" tanya wanita yang duduk bersebelahan dengannya. Beberapa pasang mata yang juga tengah menikmati sarapan pagi itu pun menoleh ke arah mereka.
Sedangkan sosok yang ditanya hanya mengangguk singkat. "In sya Allah."
"Kenapa nggak hari ini, Han? Sekalian lihat tempat akadnya," ujar wanita yang sudah memasuki kepala empat.
"Hari ini, dia nggak bisa, Tan. Katanya mau nganterin Oma check up," balas Jihan dengan melirik laki-laki di sampingnya.
"Aku ke atas dulu, ya," pamit sosok yang baru saja dibicarakan. Ia langsung pergi setelah mengambil sarapan yang dibuat khusus untuk neneknya.
Seperti biasa, laki-laki beralis tebal itu akan berdiri beberapa detik di depan pintu, sambil menunggu pemilik kamar mengizinkannya untuk masuk. Setelah ada suara, barulah ia akan melangkahkan kakinya ke kamar yang setiap saat ia kunjungi.
"Selamat pagi, Oma," sapanya langsung mencium kening wanita yang sudah melahirkan bundanya.
"Selamat pagi, Nak," balas sang nenek mengukir senyum di bibirnya yang sudah mengeriput.
"Oma sarapan dulu, ya. Habis itu siap-siap ke rumah sakit," pintanya meletakkan nampan yang ia bawa di atas nakas. Setelah memperbaiki posisi duduk sang nenek, ia mengambil bubur yang dibuat ibunya lalu menyuapkan beberapa sendok makanan itu hingga tersisa setengah.
"Bukannya, hari ini kamu mau pergi menemani Jihan?" tanya Rahma.
Mendengar itu, Tsaqif menggeleng. "Perginya besok, Ma."
"Kalau Jihan butuh apa-apa, langsung dibantu, ya, Nak. Jangan karena Oma, kamu jadi tidak perhatian padanya."
Tsaqif yang mengerti maksud dari ucapan Rahma langsung mengangguk, lalu tersenyum. Sebelum menjawab, ia lebih dulu membersihkan sisa makanan yang ada di sekitar mulut Rahma.
"Oma tenang saja, aku pasti bantuin dia kok, apalagi ini acara istimewa. Lagian, aku masih ambil cuti dari pekerjaan, Ma. Jadi, nggak terlalu sibuk," jelasnya menghilangkan rasa bersalah dari wanita berumur itu.
Rahma yang mendengar itu, tersenyum hangat. "Alhamdulilah. Oma bahagia, akhirnya adek sepupumu itu mau menikah juga. Padahal dulu, dia sangat menentang ketika akan dijodohkan dengan laki-laki."
"Mungkin dulu, Jihan belum siap, Ma. Jadi jodohnya belum datang. Dan sekarang, dia sudah siap. Bukankah Allah akan memberikan sesuatu kepada hamba-nya, ketika hamba itu sudah siap menerimanya?"
Rahma mengangguk cepat, "Kamu benar, Nak. Semua takdir itu, ada waktunya. Kalau belum tiba, sekeras apapun mencoba, tidak akan dapat. Tapi ketika waktunya sudah tiba, sejauh apapun kita pergi, takdir itu pasti akan menemukan kita. Dan sekarang, Oma sedang menunggu takdir yang akan mempertemukan Oma dengan Opamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romansa[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...