Episode 11

257 40 24
                                    

~Tokoh Baru~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~Tokoh Baru~

[Bismillah]

💦

Sekembalinya dari ruang tamu, laki-laki yang berkemeja kotak-kotak itu langsung menuju kamar mandi untuk mengambil wudhu dan membersihkan diri. Selepas itu, ia menyempatkan diri untuk melaksanakan sholat sunnah taubat, diakhiri sholat witir tiga rakaat. Jika dirasa masih sempat, ia akan mengambil mushaf dan membaca surah ke-29 dari Al-Qur'an. Sebelum tidur, ia memang terbiasa melakukan ibadah tersebut. Sangking terbiasanya, ia malah tidak bisa tidur sebelum melaksanakannya.

Begitu rangakaian ibadahnya selesai, laki-laki itu segera melipat sajadah dan beranjak ke meja kerjanya. Ditatapnya benda yang bergetar sejak tadi. Rupanya, ada sepuluh panggilan tak terjawab dari nomor yang sama. Baru akan menelpon balik, panggilan dari sahabat baiknya membuat niat tadi teralihkan.

"Assalamu'alaikum, Ver."

"Wa'alaikumussalam, Qif. Gimana rencananya? Jadi ketemu nggak besok?"

Laki-laki yang tidak lain adalah Tsaqif, mencoba mengingat rencana yang dimaksud sahabatnya itu. Mungkin karena terlalu banyak planning yang akan dilakukan, ia jadi bingung dengan rencana yang dikatakan Vero tadi.

"Qif?" panggil Vero ketika lawan bicaranya belum juga menyahut.

"Bentar. Aku lupa rencana yang mana, Ver."

"Katanya mau tanya tentang wanita itu ke Ghena. Jadi, nggak? Mumpung besok, istri gue belum kerja."

Tsaqif lantas mengusap wajah. Ia lupa kalau sempat bercerita pada Vero, tentang wanita yang ia temui di masjid. Ia juga sempat memberikan bunga yang didapat dari wanita itu pada sahabatnya. Beruntungnya, Ghena kenal betul dengan sosok yang ia maksud.

"In sya Allah bisa. Tentuin aja, ya, tempatnya. Nanti aku ke sana."

"Oke. Besok gue share lock."

Karena tidak ada yang perlu ditanyakan lagi, Tsaqif langsung menutup teleponnya setelah mengucap salam dan terima kasih. Mulanya, ia hendak meletakkan benda itu pada tempatnya, namun ia baru ingat pada sepuluh panggilan tadi.

Baru akan menekan nomor, suara ketukan pintu membuatnya harus segera beranjak. Ia langsung menampilkan senyum tatkala melihat sosok yang berdiri di depan kamarnya.

"Ada apa, Mah?" tanyanya.

"Besok kamu ada acara, Qif?" Roslina bertanya balik.

"Ada, Mah, tapi habis Zuhur. Memangnya kenapa?"

"Umah mau minta tolong, jemput Zinnia di bandara. Bisa, kan?"

Tsaqif bergeming, baru saja ia mendapat telepon dari nama yang disebut umahnya.

"Zinnia jadi pulang besok?" Ia bertanya dengan wajah senang. Bagaimana tidak? Satu-satunya adik perempuan yang tengah menuntut ilmu di negera Erdoğan itu akan pulang.

Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang