• Pertanda dari Semesta •
...
💦
Sekembalinya dari masjid, wanita yang masih merapikan ujung lengan bajunya mempercepat langkah ke tempat acara. Deru napasnya berusaha diatur agar bisa tenang. Sejak beberapa menit yang lalu, handphonenya sudah berbunyi berkali-kali. Setelah dicek, ternyata itu panggilan dari teman-temannya.
"Maaf, ya, lama," ujarnya begitu sampai di meja tempat teman-temannya berkumpul.
Setiap meja yang ada di tempat itu terdiri dari enam kursi. Sedangkan meja yang ditempati Jamila sudah terisi oleh tiga wanita dan dua laki-laki, satu lagi disisakan untuknya.
"Lo habis darimana, Mil? Kita udah nyariin dari tadi," sahut Brian---teman satu jurusan di SMA.
Wanita yang baru mendudukkan bokongnya langsung melempar pandang ke sumber suara. "Habis dari belakang. Maaf, ya."
"Santai aja, Mil. Brian aja yang nggak sabar pengen ketemu kamu," timpal Wardah yang duduk bersebelahan dengannya.
"Iya, nih, Mil. Padahal tadi, Ghena udah ngasih tau kalau kamu pergi sholat, eh dia malah nanya lagi," sambung Erin, ikut mengompori.
Jamila yang mendengar guyonan itu hanya tertawa kecil. Sedangkan sosok yang dibicarakan tadi langsung mengalihkan pandangannya. Laki-laki itu tidak membantah ataupun mengelak dari semua tuduhan itu.
"Apapun itu, gue minta maaf udah buat kalian nunggu."
"Dimaafin, kok," cicit Brian yang sukses mengundang siulan dari teman-temannya.
"Gue seneng banget bisa ketemu sama kalian lagi." Jamila berujar dengan raut wajah yang begitu ceria.
Hal apalagi yang paling membahagiakan, setelah menahan kerinduan yang begitu lama selain pertemuan? Apalagi ia yakin, teman-temannya mencuri waktu di tengah kesibukan mereka, agar bisa datang ke sini. Maka dari itu, ia tidak ingin menyia-nyiakan kesempatan untuk bertukar cerita dengan teman-temannya.
"Sama, Mil. Apalagi dalam keadaan udah pada sukses semua." Wardah menimpali. Ekspresinya sama cerah dengan Jamila.
"Btw, yang di sini belum pada nikah, kan?" tanya Erin melihat wajah mereka satu persatu.
"Gue bulan depan, doain ya," sahut Hisyam begitu percaya diri. Spontan, keempat manusia yang ada di sana mengucapkan kata selamat.
Jamila yang mendengar berita itu turut bahagia. "Jangan lupa undangannya, Syam."
"Pasti. Pokoknya lo bakal jadi tamu VIP gue." Hisyam mengatakan itu dengan jempol terangkat ke udara, menandakan ucapannya tidak sebatas candaan. Karena baginya, Jamila sudah seperti saudara sendiri. Sejak kelas satu SMA sampai lulus, wanita itulah yang paling sering ia repotkan. Entah itu meminjam catatan, mewakili rapat, dan sebagainya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
רומנטיקה[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...