[Restu Abah]
💦
Hiruk pikuk orang-orang yang berada di lantai bawah terdengar sampai telinganya. Ia yang baru selesai menunaikan sholat Dhuha, langsung melipat sajadah dan mengganti pakaian dengan baju yang sudah disiapkan.
Setengah jam yang lalu, baik mama maupun tantenya sudah tiga kali datang ke kamar, hanya untuk mengingatkan dirinya. Padahal, tanpa diperingat pun, ia sudah hapal di luar kepala tentang rangakaian acara hari ini.
Ya, hari ini adalah hari yang bersejarah nan istimewa bagi sepupunya. Beberapa jam lagi, sepupunya yang cantik itu akan resmi menjadi nyonya Gibran Alfransa, laki-laki yang meminangnya seminggu yang lalu. Dan ia, akan menjadi saksi dalam pernikahan sepupu yang sudah dianggap seperti adik sendiri.
Begitu penampilannya terlihat rapi, ia langsung beranjak keluar untuk menemui keluarga besar yang sudah berkumpul di tempat akad. Bersama para tamu, ia akan menyaksikan momen bahagia bagi keluarganya. Sebelum itu, ia menyempatkan diri untuk berjalan ke ruang rias, tempat sepupunya.
"Subhanallah. Ini, nih istrinya Gibran?" cicitnya di bibir pintu.
Baik Jihan, mama, tante, dan keluarga lain yang masih berada di sana, menoleh bersamaan. Mereka tersenyum melihat dirinya yang sudah berdiri di sana.
"Gimana, Qif? Cantik, kan?" tanya Rifa--bundanya Jihan.
"Cantiklah, kan anaknya Tante Rifa," balas Tsaqif.
"Bisa aja kamu." Jihan membalas.
"Calonmu mana, Qif?" sahut Rifa tiba-tiba. Niat awalnya hanya bercanda, namun ia berharap ponakannya itu benar-benar sudah mempunyai calon pendamping.
"Masih mencari, Tan," balasnya lagi, kini diakhiri dengan senyum tipis. "Do'akan, semoga cepat ketemu."
Rifa dan Jihan yang mendengar itu lantas tersenyum lebar. Mereka pun sama-sama mengaminkan dan mendoakan agar ia bisa menyusul.
Berbeda dengan Rifa, Roslina malah berekspresi sebaliknya. Wanita itu hanya diam tanpa merespon ucapan putranya. Karena dari semua anggota keluarga, dialah yang kurang setuju jika Tsaqif segera menikah apalagi dengan perempuan yang bukan pilihannya sendiri.
Setelah dirasa cukup memantau suasana, laki-laki itu berpamitan keluar dan menuju lantai pertama, yakni ke tempat omanya.
Dengan senyum yang selalu ditampakkan, ia langsung masuk ketika mendapati pintu kamar itu terbuka. Mungkin abahnya sudah mengantarkan sarapan untuk sang nenek.
"Oma sudah siap-siap?" sahutnya berjalan ke arah wanita yang sedang memasang jilbabnya.
"Sudah, Nak," jawab Rahma segera membalikkan badan agar bisa melihat cucu kesayangannya. Seperti biasa, wajah keriputnya akan berbinar tatkala melihat penampilan Tsaqif yang mirip sekali dengan putranya ketika remaja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Roman d'amour[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...