Episode 18

265 38 2
                                    

"Jika kamu tidak dibersamakan dengan orang yang selalu kamu sebut dalam doa, mungkin Tuhan akan menyatukanmu dengan orang yang diam-diam melangitkan namamu dalam doanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jika kamu tidak dibersamakan dengan orang yang selalu kamu sebut dalam doa, mungkin Tuhan akan menyatukanmu dengan orang yang diam-diam melangitkan namamu dalam doanya."

...

"Bagaimana para saksi?"

"Sah?"

"SAH!"

Deg

Dunianya terasa runtuh detik itu juga. Pandangannya mengabur lantaran air mulai menggenang di pelupuk mata. Hatinya berantakan melihat kenyataan yang tidak berpihak pada harapan.

Suaranya tercekat, hatinya terasa sesak, melihat nama yang ia langitkan, kini sudah bersanding dengan nama yang hatinya pinta dalam doa. Diantara mata yang menangis haru nan bahagia, mungkin hanya dia yang akan menangis karena terluka.

Riuh suara orang-orang yang ada di sekelilingnya, semakin membuat kepalanya tertunduk. Apalagi dengan senyum dan tawa bahagia setelah laki-laki itu mengucap janji kepada Ilahi, semakin membuat air matanya ingin keluar, namun sebisa mungkin ia tahan.

Beruntung, ia duduk di barisan paling belakang, jadi tidak ada yang memperhatikan raut sedih di wajahnya. Zinnia yang duduk di sampingnya juga tidak menyadari hal itu, karena sahabatnya tengah memfokuskan perhatian ke arah sang kakak.

Air matanya berhasil meluruh ketika Tsaqif mencium kening wanita di depannya. Merasa tidak sanggup melihat pemandangan itu, ia langsung berlari keluar, tidak peduli jika kakinya akan tersandung batu atau tersangkut gamis yang ia kenakan.

Langkahnya ia hentikan ketika sampai di pelataran belakang masjid. Raganya yang terasa lemas, terduduk begitu saja. Tangannya yang masih gemetar lantas memeluk kedua lututnya, lalu menenggelamkan wajah di sana. Di tempat itu, ia tumpahkan semua tangisnya.

"Kenapa bukan aku? Kenapa bukan aku, Tuhan?" lirihnya di sela air mata yang masih berderai membasahi wajah cantiknya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kenapa bukan aku? Kenapa bukan aku, Tuhan?" lirihnya di sela air mata yang masih berderai membasahi wajah cantiknya.

"Kenapa harus aku yang terluka?" katanya lagi dengan nada yang terdengar pilu. Sesak di dada masih memenuhi rongga, hingga membuatnya sesenggukan.

Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang