~Niat yang Terwujud~
[Bismillah]
💦Seperti biasa, suasana pagi itu akan sedikit dihias dengan suara adek kakak yang misah-misuh mencari keperluannya. Bukan keduanya, melainkan si bungsu yang selalu lupa mempersiapkan segala hal sehari sebelum masuk dunia sekolah.
"Ma! Kaos kaki yang coklat dimana, ya?" teriak si bungsu yang berlari dari kamarnya. Sedangkan anak sulung dan kedua, langsung memberi eskpresi yang sama, tapi dengan respon yang berbeda.
Jika si sulung akan memberikan nasehat dan kadang-kadang membantu sang adek, berbeda dengan yang kedua yang biasanya akan diam menyaksikan kehebohan yang terjadi, tanpa ada niat membantu. Kadang akan tertawa melihat wajah lucu sang adek ketika tergesa-gesa sampai melupakan sesuatu. Hanya dalam beberapa momen saja, hatinya akan tergerak untuk membantu.
"Sarapan dulu, Dar, sambil diingat-ingat kemarin naruh dimana," tutur Fahri yang baru datang untuk sarapan.
"Perasaan kemarin, kamu baru pakai deh. Masa udah nggak ada?" Fanya menimpali.
"Paling kebawa sama Judo. Dia, kan, suka banget sama kaos kaki lo," imbuh Jamila yang asik memainkan gadgetnya.
Haidar meletakkan tasnya di atas sofa, lalu berpikir. Mungkin perkataan kakak keduanya ada benarnya, mengingat kucing anggora oren itu selalu menjilat sepatunya ketika bertemu.
"Tapi nggak mungkin Judo, sih," gumamnya tidak pernah melihat kucing itu kemarin.
"Kalau nggak ketemu, tinggal pake yang lain aja. Ribet banget sih, Dar. Keburu telat nih," tambah Jamila sekaligus mengingatkan. Dia yang hari ini bertugas untuk mengantar sang adek, tidak mau terlambat ke toko jika harus menunggu Haidar mencari kaos kakinya.
"Iya, iya." Akhirnya, Haidar kembali ke kamar untuk mengambil kaos kaki yang lain. Sementara Jamila yang sudah selesai sarapan, langsung bergegas ke garasi.
Belum sampai pintu garasi, langkah kakinya sudah berhenti. Fokusnya langsung tertuju pada sepatu yang ada di rak. Setelah memastikan penglihatannya benar, Jamila lantas menghela napas panjang lalu berjalan ke arah kamar adeknya.
"IDAR! KAOS KAKI LO ADA DI DALAM SEPATU!" beri tahu Jamila dengan suara ekstra. Padahal, ia berbicara dengan nada biasa saja sudah terdengar sampai halaman belakang.
"Eh, iya kah?" balas Haidar langsung berlari menuruni tangga. Senyumnya langsung melebar setelah membenarkan apa yang dikatakan kakaknya tadi.
"Alhamdulilah. Kaos kaki keberuntungan gue," ujarnya bahagia. Sangking bahagianya, remaja itu langsung memeluk Jamila. "Thanks, Kak Cantik!"
"Apaan sih, jangan lebay deh," gerutu Jamila yang merasa sikap Haidar sangat aneh akhir-akhir ini.
Contohnya kemarin. Adeknya itu tidak menolak ketika diajak nonton kartun, bahkan ia yang meminta ditemani. Padahal dulu-dulu, Haidar paling anti sama animasi dan terkesan sangat terpaksa jika harus menemani kakaknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cause I'm JAMILA [SELESAI] ✔️
Romansa[RELIGI - ROMANCE] "Masih jomlo, Mil?" "Kapan nikah, cantik?" "Anaknya Bu Budi, lho, udah nyebar undangan. Kamu kapan?" Beragam pertanyaan yang menjurus pada desakan untuk menikah, sudah seperti sapaan wajib untuk Jamila setiap kali berkumpul dengan...