Sera melupakan satu kejahilan Sunoo yang selalu melekat saat SMP dulu, yakni cowok itu selalu memasukkan puluhan pesawat kertas ke dalam tas sekolahnya sampai penuh tiap mendekati bel pulang yang membuat gadis itu terpaksa selalu melipir ke tong sampah untuk membuang semua pesawat kertas itu. Sunoo selalu melakukannya setiap hari dan tak sedikit Sera bertanya-tanya, berapa banyak stok kertas warna-warni pemuda itu? Sera tak pernah bisa mengerti apa tujuan dari banyaknya pesawat kertas tak berguna itu yang pada akhirnya hanya berakhir memenuhi tong sampah depan gedung kelas.
Sera tak menyangka kebiasaan pemuda itu yang senang membuat pesawat kertas tak lekang hingga sekarang, bahkan sering menjumpainya dengan mendarat di bilik perpustakaan. Namun, kebiasaan yang telah menjadi ciri khas itu kini menghantarkan rasa heran pada Sera, sampai keningnya berkerut dalam saat tak ada pesawat kertas yang jatuh di atas bukunya bahkan ketika ia sudah menghabiskan waktu di sini hingga bel istirahat nyaris berakhir. Ia bangkit dari kursi, menatap meja bundar dekat rak buku sejarah. Tidak ada sosok Sunoo di sana yang duduk bersandar seraya mendengarkan lagu lewat earphone seperti biasanya.
Aneh.
Apakah pemuda itu sedang ada urusan osis lagi? Atau apakah ia tersinggung akan ucapannya kemarin?
Sera mendengus. Ia sama sekali belum melihat batang hidung pemuda Kim itu sejak pagi dan ia benci fakta bahwa ia merasa tak terbiasa dengan ketidakhadiran presensi Sunoo. Sera merasa sedikit hampa dan kosong yang sulit ia jelaskan saat ia tak menjumpai senyum Sunoo yang selalu ia lihat tiap hari. Pemuda itu seolah menyuntikkan semangat dan kebahagiaan yang tanpa sadar membuat Sera bergantung padanya. Presensi sang Ketua OSIS sedikitnya membawa cukup banyak warna di lembaran hari-harinya yang menjenuhkan. Ke manapun dirinya, Sunoo selalu ada di sisinya. Itulah mengapa lama-lama Sera terbiasa dan merasa nyaman. Bahkan mungkin jika mereka satu kelas, Sunoo akan jadi satu-satunya orang yang mengajaknya berbincang selain orang lain yang memang enggan berdekatan dengannya karena aura dingin yang terpancar kuat.
Sera selalu berkutat dengan buku dan dunianya sendiri, sampai akhirnya Sunoo mendarat di hidupnya dan membuatnya sedikit tak merasa kesepian. Kendati sebelumnya pemuda itu adalah orang yang paling tidak ia sukai, tapi kini ia akui Sunoo adalah orang yang kehadirannya ia tunggu-tunggu.
Membereskan buku-bukunya, Sera pun akhirnya menyudahi kegiatan belajarnya yang bahkan ia rasa tak ada satupun materi yang mengisi otaknya karena konsentrasinya yang buyar, terlampau kacau dan gusar memikirkan Sunoo. Ia sudah mengirim pesan pada pemuda itu, tapi hingga detik ini tidak ada balasan apapun. Bahkan pesan yang ia kirimkan belum dibaca.
Sera mengayun tungkai keluar dari perpustakaan dengan langkah tak bersemangat. Biasanya setelah si Ketos mendaratkan pesawat kertasnya di atas bukunya, dia akan mengajak Sera untuk makan siang di kantin bersama-sama. Sera jarang ke kantin, dan belakangan ini sering menginjakkan kaki di sana berkat paksaan Sunoo. Atau jika ia kelewat enggan, maka si pemuda Kim lah yang akan memberikannya susu atau roti. Memastikan agar setidaknya perut gadis itu tak benar-benar kosong.
KAMU SEDANG MEMBACA
『√』Paper Plane | Kim Sunoo
FanfictionLewat sebuah pesawat kertas yang jatuh di dekat kakinya, Oh Sera bertemu dengan Kim Sunoo, sang Ketua OSIS yang dulu sering mengganggunya. Sosok lelaki yang sempat menoreh banyak momen pahit di lembar hidup Sera dan keduanya justru dipertemukan deng...