20. Confused

135 41 5
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Sera mulai sering menghabiskan waktu bersama Ryujin dan Yuna. Entah itu pergi ke kantin, pulang bersama, atau kadang ia akan dibawa dua gadis itu untuk menonton pertandingan basket saat jam istirahat. Namun, meski begitu, Sera tak pernah lupa untuk belajar. Dia masih mencintai buku pelajarannya melebihi apapun dan masih terus mengunjungi perpustakaan, walau tak se-intens sebelumnya.

Seperti saat ini, Sera tengah belajar fisika di meja perpustakaannya. Jari tangannya yang dibalut plester itu dengan lincah menulis angka dan memasukkan berbagai rumus. Sesekali dengusan sebal terembus kala ia kesulitan menemukan jawaban hingga dahinya berkerut. Di tengah keseriusannya, sebuah pesawat kertas dari koran pun jatuh di atas bukunya. Sera langsung menghentikan aktivitasnya, menoleh antusias ke arah sosok yang sudah beberapa hari ini tak berjumpa dengannya.

Kim Sunoo ada di sana. Duduk seperti biasa di dekat rak buku sejarah, melambaikan tangan sambil tersenyum ke arah Sera. Gadis itu segera meninggalkan buku-bukunya dan duduk di samping Sunoo.

"Sudah lama tidak melihatmu. Kau baik?" Sera bertanya, menatap Sunoo yang memasangkan sebelah earphone ke telinganya. Sebuah kebiasaan mereka yang tak pernah hilang. Alunan musik yang tak asing pun mengisi rungu Sera dan ia tak pernah bosan. Dia sangat rindu menghabiskan waktu dengan pemuda Kim ini. Selain karena Sera lebih sering bermain bersama temannya, Sunoo juga belakangan ini sering rapat OSIS untuk membahas dan mengurus serah terima jabatan mereka.

"Tentu saja aku baik. Kau sendiri?"

"Aku juga baik."

Sunoo tersenyum. "Kudengar kau sudah punya teman ya? Jungwon mengatakannya padaku."

Sera mengangguk, senyumnya ikut mengembang. "Iya! Ternyata memiliki teman tidak seburuk itu. Terima kasih, Sunoo. Jika kau tidak membujukku, mungkin aku masih terjebak di labirinku sendiri."

Senyuman Sera tampak berbeda dan Sunoo merasa terharu melihatnya. Binar bahagia di wajahnya mulai kembali bersinar. Sera tidak lagi kaku seperti dulu. Antusiasme dalam suaranya pun terdengar ketara, membuat senyuman Sunoo kian melebar. "Berterima kasihlah pada dirimu sendiri, Sera. Kau yang melakukannya, aku hanya sekedar memberitahu."

Sunoo memberikan sekotak susu dan sebungkus roti untuk Sera. Seperti biasa dia tahu kalau gadis itu pasti tidak akan pergi ke kantin di jam istirahat pertama. "Itu artinya kau sudah bisa tanpaku kan? Ini akan berakhir indah kan?"

"Apa maksudmu?" tanya Sera dengan kernyitan bingung di dahi.

Ada jeda sesaat yang mengisi percakapan mereka. Waktu terasa melambat, seiring dengan hadirnya perasaan tak nyaman pada diri Sera. Sunoo tak menjawab, bertepatan dengan Sera yang mengerti arti dari kalimat itu.

"Aku masih membutuhkanmu, Sunoo. Sampai kapanpun. Hanya karena aku punya teman selain dirimu bukan berarti aku akan melupakanmu. Kenapa ucapanmu seperti itu seolah kau akan pergi??"

Sunoo terdiam lagi. Tatapannya kosong dan sendu bersamaan. Ia berucap lirih, terdengar sedikit bergetar. "Aku tidak seharusnya di sini. Maaf karena kisah kita seperti ini."

"Sunoo, apa maksudmu?? Ada apa denganmu? Jelaskan padaku, aku tidak mengerti." Sera melempar pertanyaan bertubi-tubi, frustasi karena ucapan Sunoo sama sekali tak bisa ia mengerti.

Pemuda Kim itu menggenggam tangan Sera, menatap matanya begitu dalam. Ia menarik napas, melepasnya dengan berat. "Meskipun kisah kita berjalan seperti ini, aku akan memberikan akhir yang baik, Sera. Aku berjanji."

~~~~

Hari ini adalah hari di mana Sunoo akan dioperasi. Sera tak bisa mengelak perasaan cemas yang mengisi hatinya sejak semalam. Berbagai pikiran negatif bermunculan di kepalanya, pula beserta kalimat rancu Sunoo yang senantiasa masih bergelayut di ingatan dan tak mampu ia pecahkan. Sera takut operasinya gagal atau tidak berjalan dengan baik. Dia takut Sunoo akan meninggalkan dirinya di saat ia belum sempat mengutarakan perasaannya yang selama ini selalu ia kesampingkan.

Ya. Sera mengakui bahwa dirinya telah mencintai Sunoo, lebih dari rasa cintanya pada Jay sebelumnya. Eksistensi sang Ketua OSIS yang kelewat sering dan perlakuan penuh perhatiannya membuat perasaan itu tumbuh walau ia berusaha menolaknya berulang kali. Pertama kali dia menyadarinya adalah saat Sunoo datang ke rumahnya untuk menjenguk. Perasaan aneh yang berdesir itu muncul samar-samar dan semakin kuat seiring waktu. Sera bukan gadis remaja yang tabu tentang cinta, karena itu dia tahu perasaan apa yang ia rasakan. Dia tahu bahwa Kim Sunoo berhasil membuatnya jatuh hati sedalam-dalamnya dan Sera memilih memendamnya karena berpikir perasaan itu akan memudar. Namun, alih-alih memudar, rasa cintanya justru semakin kuat dan kini ia memutuskan akan menyatakannya sebelum operasi Sunoo dilakukan.

Sera berhenti di depan zebra cross, bersiap menyebrang jalan yang ramai kendaraan karena hari sudah hampir petang. Ia melirik jam di ujung layar ponsel yang menunjukkan pukul 05.44 sore. Masih banyak waktu tersisa sebelum operasi Sunoo dilakukan pada pukul 7. Sera berencana untuk tidak pulang ke rumah dan hanya menemani Sunoo di rumah sakit.

Menyimpan ponselnya ke dalam saku sweater, Sera beralih menatap lampu yang sudah berubah menjadi hijau. Sera dengan santai menyeberang, hanya dirinya seorang. Namun, bagai sebuah dèja vu, Sera merasakan sensasi aneh dan menyesakkan sekaligus. Garis-garis zebra cross membuat kepalanya pusing. Bunyi deru kendaraan ikut menambah pening. Semuanya terasa sangat familiar, seolah ia merasa pernah ada di posisi yang sama, tapi tak satupun yang bisa diingat. Sera tak sadar bahwa dirinya berhenti tepat di tengah dan lampu pejalan kaki telah berubah menjadi merah. Saat ia tersadar dan mengayun tungkai, bersiap berlari, tubuhnya terlebih dahulu menghantam kaca mobil dan terpental jauh ke belakang, jatuh dengan keras di atas aspal yang dingin.

Sera menatap langit dengan sedikit carian merah yang menghalangi pandangan. Bunyi dering ponselnya masih tertangkap samar-samar, memperlihatkan kontak Sunoo yang meneleponnya. Gema tapak sepatu dari derap langkah orang-orang sekitar, saling bersahutan. Sera berusaha terus terjaga walau kantuk terus menyerangnya dan rasa sakit yang terasa meremukkan dirinya.

Rasa sakit ini begitu familiar, seakan mereka telah bersahabat lama. Sera perlahan merasa ada sesuatu yang salah, tapi entah apa dan di mana. Namun, meski sekujur tubuhnya terasa sakit luar biasa, Sera percaya bahwa ini bukanlah sebuah akhir untuknya.












《...》

Hmm kira2 ada apa ya?? Ada yg bisa nebak?

Btw paper plane sedikit lagi tamat, hehe. Sekitar 2 atau 3 chapter lagi

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang