03. She's change

295 69 3
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.













Sera melahap makan siangnya seraya mengedarkan pandangan ke sekeliling kantin yang ramai. Setelah hampir 2 minggu berada di rumah sakit, akhirnya kondisinya membaik dan ia sudah diperbolehkan untuk pulang. Meskipun sang dokter menyarankannya untuk lebih baik beristirahat dulu ketimbang langsung beraktivitas, Sera justru memilih untuk langsung kembali ke sekolah. Ia tak bisa berlama-lama absen karena dirinya akan kewalahan mengejar materi dan tugas. Ya walaupun bisa dibilang Sera akan diberi keringanan karena ibunya adalah wakasek, tapi ia tak mengambil keuntungan dari hal itu.

"Halo, Sera!"

Suara itu lagi, kontras dengan senyum cerah pemuda itu yang terlempar. Sera benar-benar jengah. Air mukanya berubah masam dengan napsu makan yang lenyap diembus angin. Ia mendengus, menatap Sunoo yang duduk manis di depannya sambil membuka sumpit kayu yang masih menyatu. "Bisakah kau pergi? Aku tidak nyaman dipandang sinis oleh fans-fansmu."

Sontak Sunoo menoleh ke sekitarnya, melihat murid-murid yang perhatiannya tertuju ke arah mereka. Tatapan mereka bermacam-macam, tapi lebih didominasi oleh bingung dan sinis. Sunoo tahu ini akan terjadi karena mereka berdua sangat terkenal. Keduanya orang berpengaruh di sekolah dan tentu saja dikenal dengan sikap tidak akur mereka. Pasti aneh melihat dua orang yang selalu cekcok, kini duduk dan makan bersama di satu meja.

"Apa yang kalian lihat?? Lebih baik habiskan makan kalian karena bel istirahat akan berakhir." kata Sunoo lantang dan tegas dan dengan mudahnya membuat tatapan mereka semua berpaling darinya. Sunoo beralih melirik Sera yang membuang pandangannya ke arah lain. "Mereka sudah tidak melihat kita lagi. Kau bisa lanjutkan makanmu."

"Tidak bisa karena kau ada di sini. Napsu makanku hilang." Sera menjawab sinis dan pedas. Tidak ada raut ramah yang menghiasi wajahnya. Persis kembali pada sosok Sera yang dulu.

Sunoo menghela napas kasar. Kerutan pada dahi putihnya terlihat samar. "Ada apa denganmu, Sera? Kenapa kau seperti ini padaku? Bukankah kita teman sekarang?" tanyanya dengan sedikit nada mendesak. Sedari pagi tadi, Sera mengacuhkannya. Senyum dan sapaan pemuda itu bahkan tak dilirik sedikit pun. Hal itulah yang membuat Sunoo bertanya-tanya dan tenggelam dalam kebingungannya sendiri. Padahal hubungan mereka baik-baik saja saat di rumah sakit, tapi begitu kembali ke sekolah, Sera justru berubah seperti dulu seolah mereka masih bermusuhan. Sunoo tidak nyaman dengan hal itu.

"Teman? Apa aku pernah bilang ingin berteman denganmu?" tanya Sera. Ekspresi wajahnya terlihat tak terima dengan ucapan Sunoo.

"Hei, berteman itu tidak butuh pengakuan masing-masing. Jika sudah saling mengobrol dan nyaman, itu bisa disebut teman 'kan?" sangkal Sunoo. Mereka menatap sengit satu sama lain. Bedanya adalah tatapan Sera jauh lebih tajam. "Jangan mengacuhkanku, Sera. Apakah pertemuan kita di rumah sakit tidak berarti bagimu?"

Sera sedikit tertegun mendengar nada kesedihan pada suara pemuda itu. Netra coklat muda Sunoo juga tampak sendu. Ia mendecak, bangkit dari duduknya dan bergegas pergi begitu saja. Meninggalkan makanan siangnya yang masih tersisa, juga mengabaikan seruan Kim Sunoo yang terdengar putus asa.

~~~~

Sera memijat dahinya yang berkerut dalam. Ia meringis karena sejak tadi siang kepalanya mendadak sakit lagi. Sudah berusaha meminum obat pun sakitnya tak kunjung mereda. Ia tidak tahu apa lagi yang salah dengan kepalanya. Baru satu hari ia bersekolah, penyakit sialannya sudah berulah.

"Sera?? Kenapa kau belum pulang?" tanya Sunoo yang baru keluar dari gedung sekolah bersama setumpuk buku didekapannya. Kedua manik rubahnya yang dibatasi kacamata, menatap bingung ke arah Sera yang masih bernaung di halte depan sekolah padahal jam sudah menunjukkan pukul 5 sore.

Gadis itu melirik sebentar, lantas memalingkan tatapan. "Aku menunggu kak Sehun."

"Ahh begitu. Mau pulang bersamaku? Ini sudah sore." tanya Sunoo dengan ramah beserta seulas senyum kecilnya.

"Apa pedulimu?"

Mendengar jawaban itu, Sunoo mendengus. Gadis ini benar-benar terlihat tidak suka padanya. Berulang kali Sunoo berpikir, apakah ia melakukan sesuatu yang salah sebelumnya? Apakah ada ucapannya yang tak sengaja menyakiti hati Sera? Tentu saja ada, tapi itu saat mereka berada di SMP dan Sera sudah memaafkannya. Lantas apa??

"Apa kau membenciku?" Sunoo bertanya lirih, menarik pelan lengan Sera agar gadis itu menghadap ke arahnya.

"Aku tak membencimu." jawabnya seraya melepas tangan Sunoo yang memegang lengannya. Sera memaksa senyumannya, menatap lelah ke arah si pemuda Kim. "Meskipun kau sudah minta maaf, tidak mudah untukku melupakan semua itu dan aku juga tak terbiasa dengan sikap baikmu sekarang. Aku takut kau melakukan yang lebih buruk dari masa-masa itu. Aku butuh waktu, Sunoo."

Sera menangkap jelas raut kecewa memenuhi tiap sudut wajah Sunoo. Binar cerah pada matanya tak terlihat lagi. Sang Ketua OSIS tampak berkecamuk pikirannya. Ia cukup terluka begitu mendengar bahwa Sera takut ia akan melakukan sesuatu yang lebih buruk padanya. Sunoo mengulum bibirnya sendiri sambil berusaha mengusir rasa sedih yang teramat dalam pada dirinya.

"Aku ingin berteman denganmu karena kita sama, Sera. Kita dalam keadaan yang sama dan aku tidak lagi merasa sendirian. Itu bukan berarti aku senang begitu tahu kalau kau sakit. Aku hanya..." Sunoo menjeda kalimatnya, menatap nanar ke arah Sera. "Aku hanya merasa senang karena menemukan alasan lain untuk bertahan. Aku ingin kita berjuang bersama-sama. Kalau itu bukan sesuatu yang tulus, lantas apa??"

Ada keheningan cukup lama setelah kalimat panjang itu mengudara. Sera terdiam membisu, tak mampu menyangkal perkataan Sunoo yang terdengar begitu serius. Kata-kata pemuda itu kemudian terputar ulang dalam kepalanya, membuatnya bertanya apakah ucapan dan sikapnya ini begitu menyakitinya? Tidak, Sera tidak berniat balas dendam. Sungguh, dia hanya tak terbiasa dengan perbedaan sikap Sunoo padanya yang berbanding jauh dari masa SMP mereka. Sera juga takut para penggemar Ketua OSIS itu akan mengusik kehidupan sekolahnya karena ia dekat-dekat dengan Sunoo. Sera hanya ingin hidup tenang, tapi Sunoo selalu menempel padanya. Sinyal risih yang diberikannya seolah tak dilihat oleh pemuda itu.

"Kau tidak mengerti, Sunoo." balas Sera setelah lama terdiam dan mengundang dengusan letih dari sang lawan bicara. Gadis itu memejamkan matanya sesaat, berusaha mengendalikan rasa sakit dan pusing yang kian menjadi-jadi. Degup jantungnya mulai tak terkendali. Tanda-tanda kedatangan Sehun bersama mobilnya bahkan belum terlihat sedari tadi.

"Sera, kau kenapa??" Sunoo bertanya dengan nada kelewat cemas. Air mukanya langsung berubah panik dalam hitungan detik. Ia dengan cepat menyadari wajah pucat gadis itu dan kepalan tangannya seakan tengah menahan sakit. "Sera--"

Kalimat Sunoo terpotong saat tiba-tiba tubuh ringkih gadis itu ambruk dan dengan sigap ia menahannya. Tatapan Sunoo bergetar melirik sekitarnya, berusaha mencari bantuan, tapi tidak ada murid yang berlalu-lalang karena langit hampir menggelap. Mau menunggu bus, kakak Sera, atau bahkan menunggu anak-anak esktra keluar dari sekolah pun tak bisa karena akan memakan banyak waktu. Dengan keadaan panik bukan main, Sunoo menggendong Sera di punggungnya, lalu berlari menuju rumah sakit terdekat dengan pikiran kacau yang bercabang-cabang.

Dan tak sengaja ia menangkap presensi seseorang di pinggir jalan yang tampak mengawasi dengan tatapan tajam, duduk di atas motor besarnya.

Sosok itu adalah Jay, mantan kekasih Sera.












《...》

Hmmm kira2 kemunculan Jay pertanda baik apa buruk ya??

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang