18. I hope you have a good ending

150 43 4
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















"Aku mau dioperasi."

Ucapan di tengah keheningan ruang tengah itu terdengar menggema, praktis membuat semua atensi kedua kakaknya berpusat hanya padanya. Di atas sofa usang itu, Sunoo duduk bersama setoples keripik di pangkuan. Dia tak merasa terganggu dengan ekspresi terkejut dari kakaknya, terutama Winter yang melotot lebar dan Wonwoo yang tersedak ludahnya sendiri.

"Kau yakin??" tanya Winter, sedikit meragukan keputusan si bungsu sebab dia awalnya sangat bersikeras menolak operasi itu. Rasanya aneh jika tiba-tiba Sunoo menyetujuinya seperti ini. "Jangan terburu-buru mengambil keputusan."

"Tidak kak, aku sudah memikirkannya dan aku sudah yakin." Sunoo membalas lembut, menatap ke arah Winter dengan sorot teduh seakan berusaha menenangkan kegundahan yang menyelimuti sang kakak.

Wonwoo meletakkan ponselnya, sepenuhnya menatap ke arah Sunoo. "Apa yang merubah pikiranmu, Sunoo? Bukankah kau tidak mau?"

"Kenapa kalian malah meragukanku? Baiklah, kalau begitu kutarik kembali kata-kataku. Lupakan saja."

Sunoo hendak bangkit dari duduk, tapi seruan Wonwoo membuatnya kembali ke posisi semula. Ia memutar bola matanya dengan malas, merasa dongkol karena kedua kakaknya justru meragukannya padahal awalnya mereka-- terutama si sulung, sangat menginginkannya untuk menjalani operasi.

"Tunggu! Bukan begitu, Sunoo." Wonwoo membuang napas berat, berpindah duduk tepat di samping sang adik. "Aku justru merasa sangat lega dan senang sekarang karena akhirnya kau menyetujui hal itu. Tapi aku khawatir kau mengambil keputusan ini karena terpaksa. Aku sudah merelakan tentang ini melihat seberapa enggannya kau menyetujui operasi itu. Bisakah kau beri tahu alasanmu? Mengapa tiba-tiba kau berubah pikiran?"

Winter ikut menyimak penasaran, menutup lembaran buku tugas kuliahnya dan berfokus pada dua saudaranya. Sunoo sendiri masih menutup mulut, memainkan kuku-kuku jarinya sembari berpikir. Keheningan di ruang tengah itu terasa memeluk lagi, tapi cukup membuatnya sedikit merasa tenang. Dia menelan ludah, membasahi kerongkongan yang mendadak terasa kering. "A-aku hanya... hanya ingin hidup sedikit lebih lama, seperti apa yang kau katakan." jawabnya dengan suara rendah yang sedikit bergetar.

Sunoo menoleh ke arah Wonwoo, menatapnya yang terdiam seakan masih menunggu ucapannya untuk diteruskan. Ekspresi wajah si sulung tak terbaca, semuanya campur aduk. Dia kembali melanjutkan usai menarik satu napas yang terasa berat. "Aku masih ingin bersama kalian lebih lama lagi. Jadi kupikir tidak ada salahnya untuk menjalani operasi itu."

Kesunyian di antara mereka semakin terasa. Atmosfer di sekitarnya juga terasa berat dan sesak. Hanya ada suara dari televisi yang menyala dengan volume rendah. Sunoo tahu situasi seperti ini selalu terjadi tiap kali membahas tentang dirinya dan penyakit sialannya. Dalam sekejap raut wajah kedua kakaknya pasti selalu redup, sama seperti sekarang ini.

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang