05. The reason

253 63 6
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.














"Oh Sera, apa yang kau lakukan, Nak?? Sunoo sudah menunggumu di luar."

Sera menoleh kaget ke arah pintu kamarnya yang diketuk oleh sang Ibu. Ia mendengus tak percaya atas kedatangan pemuda itu yang tiba-tiba. Merutuk dalam hati karena Sunoo akhir-akhir ini selalu mendekatinya. Sera bahkan tidak tahu kalau pemuda itu akan datang ke rumahnya untuk mengajaknya berangkat sekolah bersama.

"Kenapa dia selalu datang sih??" gerutunya seraya menyentap almamater dan dengan cepat menggendong ranselnya di pundak. Ia lantas keluar dari kamar dan melangkah terburu-buru menuju rak sepatu.

"Makan dulu, sayang. Sudah Ibu buatkan roti selainya." kata sang Ibu yang duduk di meja makan.

Sera menggeleng, cepat-cepat mencium tangan sang Ibu. "Sunoo sudah menunggu. Tidak enak jika aku terlalu lama."

Terdengar helaan napas dari Ibunya. "Tenang saja, Sunoo juga baru datang. Tunggu sebentar, biar rotinya Ibu masukkan saja ke dalam bekal. Sekalian berikan juga untuk Sunoo, ya?"

"Ibu..." Sera merengek, sedangkan sang Ibu tertawa kecil dan melengos pergi ke dapur. Gadis itu mendengus, berbalik dan melangkah ke depan pintu. Ia menatap sosok Sunoo yang terlihat karena pagar rumahnya yang terbuka lebar. Pemuda itu tengah menopang kepala pada stang sepedanya.

"Yak! Kenapa kau ke sini??"

Sunoo menoleh, tersenyum lebar seraya melambaikan tangan dengan semangat. "Halo, Sera!! Ayo berangkat sekolah bersamaku!"

Sera mengabaikan ucapan Ketua OSIS itu dan menaruh atensi pada Ibunya yang datang menghampiri sambil membawa kotak bekal untuknya. Ia segera memasukkan bekal itu ke dalam tas dan langsung menghampiri Sunoo yang sudah duduk manis di atas sepeda usangnya.

"Setidaknya beri tahu aku dulu sebelum datang ke sini. Jangan tiba-tiba, Sunoo. Untung saja kak Sehun tidak pulang kemarin. Kalau tidak, dia pasti kecewa karena aku tidak berangkat bersamanya." Sera bicara panjang lebar menasehati pemuda Kim itu. Kini ia bahkan memijat pangkal hidungnya sambil meringis kecil. "Dan kenapa kau membawa sepeda? Kau tidak boleh kelelahan, Kim Sunoo! Astaga di mana pikiranmu??"

Mendengar gerutuan Sera beserta wajah cemasnya membuat senyum tipis Sunoo terlukis. Ia tahu bahwa gadis itu tak seacuh yang orang lain kira. Sera masih memiliki rasa cemas dan khawatir pada orang lain dibalik sikap dinginnya dan itu membuat sensasi aneh pada diri Sunoo. "Sudah bicaranya? Ayo naik, kita harus segera berangkat."

"Apa kau tidak mendengarku?" Sera bertanya dingin. Tatapan matanya terlihat menekan pemuda itu yang langsung membuat Sunoo mati kutu.

"A-aku dengar kok. Maaf, Sera. Aku tidak memberi tahumu terlebih dahulu karena sengaja ingin mengejutkanmu. Lagipula kondisiku tidak selemah itu. Aku masih kuat untuk mengayuh sepeda. Jangan khawatir."

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang