09. She's mad

184 49 1
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


















"Kau terlalu baik."

Kalimat itu tak lekang dari ingatan, keluar dari bibir semua orang yang kelewat tak mengerti akan sikapnya yang sangat berbelas kasih pada orang lain kendati dirinya sendiri menjerit butuh pertolongan. Sunoo tak sekali dua kali mendengarnya, melainkan berulang kali sampai rasanya semua suara yang berbeda itu menjadi sebuah kaset khusus yang selalu berputar tanpa ia kehendaki. Pun dengan kekaguman orang-orang yang tumpah ruah atas dirinya yang tampak seperti manusia sempurna dan hidupnya yang terlihat penuh keseimbangan.

Sunoo melakukan hal baik bukan tanpa alasan, melainkan karena ia ingin segera mati. Orang baik selalu dipanggil lebih dulu sebab tuhan begitu menyayangi dan merindukan mereka.

Bukankah bunga yang indah biasanya akan dipetik lebih dulu?

Sebuah penggambaran yang membuat Sunoo bersemangat untuk berbuat baik sekecil apapun itu walau ia harus mengorbankan kesenangannya sendiri, demi supaya ia bisa cepat-cepat pulang ke dekapan tuhan dan bertemu dengan ayah ibunya. Dia merasa keberadaannya di sini semakin membuatnya terjerat rasa sakit.

Sunoo menatap tak bergeming beberapa pil obat yang terbaring di atas telapak tangannya. Mereka seakan menatapnya penuh ejekan bahwa ia tak akan bisa bernapas dengan baik tanpa membawa mereka masuk ke dalam tubuhnya. Dalam hidup, semua orang pasti pernah menemui titik bosan yang bahkan bisa muncul dari sesuatu yang begitu kita sukai. Begitu pula dengan Sunoo bersama benteng semangatnya yang kian roboh. Ketika sesuatu berubah menjadi rutinitas dan sebuah keharusan, di situlah ia menemui rasa hambar yang membuatnya muak. Dulu, ia begitu semangat menjalani serangkaian pengobatan dan meminum obat guna memperjuangkan hidupnya yang di ujung tebing titik akhir, karena hanya dengan ini, ia bisa tetap menjadi bagian dari bumi. Tapi, lama-lama ia lelah. Sunoo merasa muak karena lagi-lagi ia harus menelan semua obat itu dan tali-tali kebebasannya pun sedikit demi sedikit terputus, membuatnya terkurung dalam sebuah keharusan untuk menjaga tubuhnya yang lemah dan rentan.

Ia meremas tangannya kuat-kuat, membuat pil-pil obat itu patah dan berubah menjadi butiran kasar yang tak utuh lagi. Sunoo memutuskan untuk tak meminum obatnya kali ini dan mungkin seterusnya karena semua itu sia-sia. Tak terbesit sedikit pun sepercik rasa sesal atau rasa bersalah karena tindakannya barusan sama saja tak menghargai Wonwoo yang banting tulang untuk membiayai pengobatannya.

Sunoo tersenyum pahit karena menyadari bahwa dirinya telah berada di fase menyerah setelah berjuang penuh semangat selama satu tahun. Ia menertawakan dirinya sendiri yang dulu heran karena orang-orang yang sama sepertinya telah menyerah dan putus asa karena penyakit mereka, tapi kali ini ia merasakannya sendiri. Sunoo tak butuh obatnya lagi dan mulai detik ini ia akan kembali menyambungkan tali kebebasannya yang semula putus. Karena sekeras apapun ia berusaha bertahan, Sunoo akan tetap menemui kematian.


~~~~


Sera menghentikan langkahnya tiba-tiba ketika ia melihat daksa Sunoo yang berdiri menjulang di dekat pintu kelas, mengundang tatapan penasaran dari banyaknya pasang mata di sekitarnya. Pemuda itu melambai ringan ke arahnya, tak lupa dengan senyuman manis yang dilukisnya. Sera kebingungan karena tak biasanya Sunoo menghampirinya di kelas. Ia pun lekas mendekat ke arahnya dan berbisik pelan. "Apa yang kau lakukan di sini?"

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang