21. The truth

175 44 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.















Sera duduk melamun di perpustakaan, menggenggam pulpen tanpa menulis apapun di bukunya. Dia hanya terdiam menatap kosong halaman buku catatannya yang masih bersih tanpa coretan apapun walau ia sudah berada di sini sejak 10 menit yang lalu.

"Sera?"

Satu panggilan itu cukup membuatnya tersadar. Ia menoleh, menatap Sunoo yang berdiri di sampingnya. Pemuda itu menatapnya heran, "Aku melempar pesawat kertasku, tapi kau tidak menyadarinya." katanya sambil menarik kursi dan duduk di sisi gadis itu sambil memangku kepala dengan kepalan tangan. "Ada apa? Tak biasanya kau melamun, apalagi saat belajar."

Sera membisu sesaat. Yang dilakukannya hanyalah menatap lamat wajah Sunoo. Pemuda itu sudah dioperasi 2 minggu yang lalu dan kondisi Sera juga sudah membaik usai mengalami kecelakaan, walau ia sempat kritis. Waktu terasa semakin cepat berlalu, terasa tak normal dan tak terkendali. Semua masa yang mereka lalui dengan cepat melebur dengan waktu yang berpacu.

Sunoo juga sudah melaksanakan serah terima jabatan, yang artinya kini masa jabatannya telah selesai. Sunoo tidak perlu lagi dipusingkan oleh OSIS dan bisa memberi banyak ruang istirahat untuk dirinya sendiri. Hanya saja, dari sekian masa yang berlalu itu, Sera masih belum mengungkapkan perasaannya. Terasa ada yang mengganjal di dadanya, tapi entah mengapa lidahnya selalu kelu tiap kali hendak mengatakannya.

"Kau agaknya banyak pikiran." Sunoo berceletuk lagi usai pertanyaannya hanya disambut hening. Ia mendengus kecil, tersenyum tipis. "Nanti sepulang sekolah, aku akan mengajakmu berkeliling naik sepedaku. Kita cari udara segar bersama-sama."

Pemuda Kim itu bangkit dari duduk, mengusap pelan pucuk kepala Sera yang seketika membuat gadis itu tertegun. "Untuk sekarang, aku akan meninggalkanmu. Kurasa kau butuh waktu untuk sendiri. Kalau butuh sesuatu, hubungi saja aku ya? Aku ada untukmu, Sera. Kau tidak sendiri."

Tak bersuara lagi, Sera lagi-lagi hanya menatap punggung Sunoo yang perlahan menjauh dan menghilang dibalik pintu perpustakaan usai melempar senyum simpul padanya. Ia menunduk, memandang roti dan susu yang ditinggalkan Sunoo untuknya. Sesak merambat di dada, menghadirkan rasa panas di matanya. Sunoo selalu tahu dan selalu paham tentang dirinya. Dia tahu bahwa Sera memerlukan waktu untuk sendiri. Dia tahu betapa berkecamuknya pikirannya dan betapa berisiknya isi kepala gadis itu. Semua hal itu membuat mata Sera berkaca-kaca karena untuk pertama kalinya ada seseorang yang benar-benar mengerti dirinya. Sunoo masih tetap sama. Sunoo tidak berubah.

Tapi kenapa rasanya sesak?

Kenapa Sera merasa semuanya terlalu berjalan dengan indah?

Kenapa alur kehidupannya menjadi lebih mulus semenjak bertemu dengan Sunoo?

Sera memejamkan matanya, semakin merasa pening. Ia menelungkupkan wajahnya di atas meja, mengabaikan susu pemberian Sunoo yang tak lagi dingin. Perasaannya begitu kacau dan berat, entah apa alasannya. Ia merasa seperti tersesat dalam labirin yang ia ciptakan sendiri.

『√』Paper Plane | Kim SunooTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang