📖📖
"I can't lied Mark, is that anybody help me through this nightmare please??" Ujar Jeno, pagi-pagi sekali tubuh atletisnya telah diselimuti keringat yang cukup deras.
Jaemin mempercepat sapuan lantai nya, membuang jejak bahwa ia mendengar cicitan gelisah tuan muda lewat telpon genggamnya.
Melihat bubu hanya berbalut handuk putih, seperti sebuah jalan ninja untuknya. Ya, pura-pura tidak mendengar saja.
Dengan siapa Jeno berbicara, masih menjadi tanda tanya besar di otaknya.
"Nanti aku mau bersekolah" kata bubu sambil mengelap wajahnya.
"Kau ini sudah lansia masih saja memikirkan sekolah, dasar bubu menggemaskan"
"Hihi, nyanya kamu cantik seperti bubu"
"Emang kamu baru tau kalo aku ini cantik hmmm???" Jaemin memakaikan kaos oversize pada bubu yang habis mandi. Tidak lupa kulot hitam pendek kesukaan nya. "Abang Baekhyun nanti mau menjemput aku lagi nyanya"
"Boleh saja, tapi jangan nakal disana ya Bu??"
Jaemin memberi kelingkingnya, menautkan dengan milik bubu yang sama-sama lentiknya.
Ponsel berlogo apel keropos masih setia menempel pada telinga si Tuan Muda.
Jeno menyambar sandwich di tangan Jaemin yang belum selesai ia oles dengan mayonnaise.
"Tuan, susu mu di atas meja" ucap jaemin sesekali melirik Jeno yang hanya memakai kolor warna hijau itu.
Jeno menjawab dengan deheman saja, sandwich buatan Na Jaemin cukup enak. Apalagi susu nya ya?
Sebenarnya Jeno sesekali memandang paha jaemin yang berkibar. Karena hot pants yang di pakai jaemin cukup ngundang.
"Mungkin aku ingin sarapan yang berbeda, apa kau tau maksudku??"
Jaemin pura-pura polos saja, sebenarnya ia tau apa maksud tuan nya.
"Aku tidak tau maksud anda Tuan"
"Berhenti memanggil ku Tuan! Apa kau tuli hah!!?"
Tangan jaemin langsung bergerak cepat, membereskan kotoran diatas meja. Jangan sampai Jeno melakukan yang tidak-tidak, walau sebenarnya jaemin tidak keberatan.
"Bubur??"
Oh, seorang tuan muda bernama Jeno Andreas rupanya langsung berkamuflase. Raut wajahnya memerah, menyesuaikan dengan amarahnya karena jaemin tidak mengerti apa Maksudnya.
Kedua netra memandang kemana jaemin berjalan. Tepatnya selangkangan Jaemin yang putih cerah tanpa ada bekas luka.
Katanya straight.
Jeno menarik pinggul Jaemin, menghimpitnya sekeras mungkin pada perutnya.
"Tuan, apa maumu??"
"Sarapan pagi ku?? Bolehkah aku mendapatkannya???" Jeno mendaratkan telunjuknya pada belahan bibir bawah Jaemin, sesekali ia memainkan acak dan menusukkan jari pada lidahnya.
Diam-diam sosok manis berjalan mendekati dua manusia yang hampir saja tergoda oleh rayuan setan di pagi hari.
"Nyanya, abang Baekhyun apakah akan kemari secepatnya?? Aku sudah ingin bertemu Abang Chanyeol yang tampan"
Jaemin spontan menjauhkan tubuh Jeno yang masih mengeratkan cengkeraman pada pinggulnya. Menggandeng tangan bubu agar jauh-jauh dari sana.
Tidak beberapa lama, mobil Baekhyun telah tiba. Entah ada apa sebenarnya dirumah Baekhyun, Bubu seakan terobsesi untuk kesana setiap hari. Membuat Baekhyun bosan karena harus mengikuti atensinya menjadi tukang antar Jemput adiknya yang gila ini.
"Mengapa kau tidak menginap dirumahku saja? Cobalah satu hari saja, aku pun lelah harus mengantar jemput tanpa bayaran" ujar Baekhyun sambil mengacak kasar rambut Bubu.
"Bubu takut sama abang Chanyeol, nanti kalo dia memperkosaku bagaimana??" Bibir Taeyong mengerucu sambil memainkan kaosnya.
"Suami kita tidak sama Bubu, tidak seperti Jaehyun. Nusuk sana sini_ ohh kita pergi sekarang saja"
Jaemin memandang sambil tersenyum masam, sudah ia duga sebelumnya kalau Tuan Jaehyun memang pemilik latar belakang minor.
"Oh, Nana ini gaji bulanan mu" segepok uang di dalam amplop coklat mampu membuat kedua mata coklat Jaemin membinar.
"Tapi tuan, nana belum satu bulan kerja loch"
"Ambil saja, dopingan lumayan buat jajan. Yasudah, saya pergi dulu"
🐶🐰
Jaemin melangkah sambil mengipaskan beberapa lembar uang dengan nominal tertinggi itu pada mukanya. Melihat kelakuan asisten cantiknya, jeno tersenyum heran.
"Kau menolak pemberianku, dan menikmati pemberian Baekhyun yang tidak seberapa itu??"
"Kau tidak mengerti betapa senang nya menerima gaji pertama, jadi lebih baik kau diam saja" ucap Jaemin dengan nada malas.
"Benarkah??" Perlahan jeno mengusap surai coklat Jaemin, menarik dagu mungilnya dan menyambar bibir jaemin yang sedikit terbuka akibat ulahnya.
Jaemin pun menutup matanya, menikmati morning kiss yang di berikan oleh Tuan Muda.
Disisi lain, jeno pun menarik pinggul jaemin kemudian mengangkat pantatnya agar duduk di wastafel dapurnya. Tidak terlihat perasaan ragu, justru jeno tampak menikmati.
"Kau semakin montok saja" komentar Jeno sambil menyibak dressmaid yang dipakai jaemin. Mengacak dan meremas area selangkangannya.
"Itu semua karena mu, Tuan Jeno Andreas"
"Lantas??"
"Aku bukan anak kecil, Tuan"
Jaemin mengerlingkan mata, bermain pada leher kekar Tuan nya yang perlahan terbawa oleh suasana.
Diremasnya pinggul jaemin hingga empunya belingsatan, remasan itu berubah menjadi cengkeraman kuat ketika jaemin memberontak.
Ponsel berbunyi ...
"Ah sial!!" Umpat Jeno ketika mendapati nama Naeun terpampang jelas di sana.
"Ada apa?!!" Ucap jeno setelah ia memegang ponsel itu.
Suara Naeun terdengar parau dari ujung sana, lebih parahnya lagi Jeno langsung bergegas menyambar jaket nya di balik pintu.
Jaemin yang sudah frustasi akibat permainan nakal si tuan muda pun mencebikkan bibirnya. Beralih membuka kulkas, mencari apa saja yang bisa menjadi pemuas.
"Jeno bangsat!!!" Rutuknya, ketika penis mungil jaemin telah tegang.
CHEN 🫶🏻
Next kita ketemu SEX PROPERTY/ MAINAN 😆