Ceklek
Kedua pasang mata itu sontak menatap kaget ke arah pintu rumah. Jaemin langsung menjauhkan tubuhnya dari mingyu. Dengan rasa gugup dan pundak yang bergetar, ia memberanikan diri mendekati sosok itu. Dengan bayi neora yang ia dekap sekuat mungkin.
"Bubu!"
"Nana, huaaaa hiks hikss. Bubu kangen Jaehyun Na, kangen Jaehyun"
Pria manis paruh baya itu pun memeluk jaemin dengan erat, diiringi oleh air mata nya yang terurai.
Tidak perduli bayi neora terhimpit di tengah-tengah.
"Bubu, tenangkanlah dirimu mari masuk dulu" jaemin menggiring bubu yang masih menangis itu.
Kemudian disusul mingyu yang tiba-tiba pamit dan pergi dari rumah itu.
Ia tidak mau mengganggu kesedihan ini."Kau tau Na Jaemin, aku selalu bermimpi melakukan hubungan suami istri dengannya. Aku tidak tau lagi harus bagaimana Nana, aku ingin punya bayi dari nya lagi"
Jaemin pikir, di usia bubu yang semakin bertambah tua bisa merubah sifat kekanakannya. Namun tidak, bubu semakin terlihat menggemaskan.
"Sebenarnya, papah Jaehyun sudah bercerai dengan Rose, Bu"
"Aku sudah tau, sebenarnya kita tidak lost contact Na. Hanya saja, aku tidak memberi tau kalian. Aku, tidak tau harus bagaimana Na"
"Kalau begitu, bagaimana bu? Apa kau akan kembali pada papah Jaehyun?" jaemin menatap sendu.
"Aku ingin merasakan kembali betapa manis rayuan maut nya. Aku ingin sekali rasanya di banting diatas ranjang dikala kita bercinta, dengan miliknya yang besar. Dengan tenaga nya yang begitu perkasaaahh, ohh Nana'hhh akuh tidakh tahann"
Mendengarnya saja Jaemin langsung merinding. Apakah semua pemeran dominan itu sama saja? Sama-sama Ganas di ranjang.
"Eehm ka-kalo beg-begitu aku pamit masak aja ya bu! Ehm. Ini cucu mu, jangan sampe nangis ya?" Jaemin menaruh sembarang bayi nya pada pangkuan bubu.
Sedangkan dirinya memilih untuk berkutat di dalam dapurnya. Sambil membayangkan betapa mengerikan nya seorang bubu itu.
Ting
Ponsel jaemin berbunyi, satu pesan dari Jeno.
Sambil mengintip tirai yang menghubungkan ruang tamu tempat bubu bersarang, jaemin membaca pesan itu.
"Aku berhasil membujuk ayah untuk pulang malam ini, bersiaplah untuk merayakan keberhasilan aku sayang?"
"Maksud mass?"
"Aku minta Jatah"
"Si anying!"
Nambah pusing juga si Jaemin. Ia melenggang keluar menemui mang Dejun untuk membeli sayur.
Berpapasan dengan bi Ningning yang menggerutu lirih. "Aku pesan ikan salmon sudah dua bulan ini tidak juga di kabulin!"
"Kenapa Bi?"
"Biasalah, kenapa tidak kau tutup saja warungnya sekalian Dejun?"
Jaemin makin ngeri aja sama bi Ningning. Ditanya A jawabnya Z.
Sudah dibilang kalau jaemin adalah tipikal pria mageran yang tidak mau mengendarai mobil untuk membeli sayuran di supermarket.
Karena warung mang dejun pun lumayan lengkap, apalagi penjualnya yang ganteng kaya orang china itu.
Anggap saja ini adalah sebuah awal yang menyenangkan.
"Nana makin kasep euy, makin cantik en semok pula!" Ucap mang dejun sambil mengipas wajahnya dengan kardus air mineral.