📖📖
Jika bukan karena rasa sayangnya pada sosok Taeyong, jeno tidak akan terpuruk seperti ini. Seorang pria yang berani bertaruh nyawa di saat mengandung diri nya, harus menerima pahitnya buah dari kebaikan nya.
Semua harta yang ia perjuangkan dari semasa kedua orang tua taeyong masih ada, hingga kini mereka pergi untuk selamanya telah lenyap seperti ilalang kering terbakar api. Hangus dalam hitungan menit. Jeno tidak habis pikir, langkah beratnya kini membawa dirinya kembali memasuki serambi mewahnya. Suara caci maki kerap ia dengar, nyalang memekakkan telinga. Tetapi itu bukan suara taeyong, melainkan Baekhyun dan Chanyeol.Begitu juga Jaehyun yang duduk bersimpuh, menunduk dalam di belakang taeyong memohon ampunan.
Apakah jaehyun telah mengetahui bahwa kegilaan taeyong hanyalah berpura-pura? Jawabannya adalah 'ya'.
Sebuah amplop coklat di genggam begitu erat oleh tangan Jaehyun yang masih menderaikan air mata nya.Jeno menghentikan langkahnya di depan pintu yang terbelah itu. Menampakkan siluet yang diciptakan oleh teriknya cahaya matahari siang itu. Begitupula jaemin yang masih setia menggenggam erat tangan dan bahu nya dari belakang.
Nafas seorang jeno terdengar kasar, seperti Jaehyun yang tabiat nya adalah seorang ayah kandung baginya."Tanda tangani perceraian itu, pergilah bersama gundikmu yang sedang hamil anakmu itu" suara Chanyeol bagai petir seakan membelah jiwa seorang Jeno yang enggan untuk melangkah maju. Bahkan anak itu perlahan mundur, namun ditahan oleh tangan Jaemin yang berusaha menahan nya dari belakang.
"Mengapa kau tega melakukan semua ini pada adik kesayangan ku, Jaehyun?"
Semua itu bagaikan mimpi buruk yang tidak ingin terjadi. Jeno menahan tangisnya, begitu juga sebuah pena yang sudah Jaehyun ambil di atas lantai. Pena hitam itu perlahan mengotori lembaran putih pada kolom tanda tangan. Berat, namun tidak seberapa dengan rasa sakit yang ia ciptakan.
Semua itu bagaikan siluman, yang akan hilang dan muncul jika suatu mara bahaya datang menyerbu markas. Seperti hati jaehyun saat ini, yang harus membayar semua keteledorannya yang tidak bisa memegang sumpahnya di depan tuhan di saat pernikahan
Suara Jaehyun hilang, terbelenggu oleh keadaan. Setelah sebuah tanda tangan ia tuliskan, dengan sisa rasa malu dan penyesalan yang masih ada dirinya menyerahkan lembaran itu pada Chanyeol yang menatap garang.
"Kemasi barangmu, pergilah dari sini" titah Baekhyun.
"Yongie,,"
Sebuah kata yang jaehyun pernah ucapkan ketika hari pertama mereka bertemu kini terucap kembali.
"Maafkan aku"
Taeyong kini mengerti, berat rasanya melepaskan seseorang yang ia cintai. Tetapi begitu rugi baginya jika rumah tangga yang ia bangun bersama selama hampir 30 tahun ini harus dipertahankan, jika rasa kecewa tercipta dari salah satu pihak.
Taeyong tidak mau kembali pada masa lalu nya yang suram, tidak mengenyam bangku pendidikan tinggi walau ia terlahir dari golongan konglomerat. Karena kehamilannya pada usia muda, menjadi penghalang baginya untuk meraih apa yang ia inginkan. Bukan hanya pendidikan saja yang ia tinggalkan. Namun kedua orang tua taeyong pun rela meregang nyawa secara mengenaskan setelah mendengar kehamilan putra bungsu yang paling ia sayangi.Mereka berdua bunuh diri, tepat di kamar yang saat ini di huni oleh taeyong.
Dengan berat, jaehyun berdiri tegak. Melihat punggung taeyong yang seakan enggan untuk melihat wajahnya yang memelas.
"Aku pergi, Yongie"
Serasa sebuah pondasi kokoh Jeno runtuh seketika, membuat nya ingin sekali berlari merengkuh tubuh sang ayah. Namun semua itu terhalang oleh Chanyeol yang sudah mengetahui keberadaannya, sengaja memberikan lampu hijau pada Jeno untuk melihat dan mendengar betapa bejat nya seorang ayah yang mendidik nya.