Pagi-pagi Jaemin mengerang, meringis merasakan hal yang begitu janggal dalam dirinya.
Puting jaemin bengkak. "Itu karena kamu lagi fase menyusui sayang" ucap Jeno.
Jeno pun terkena imbasnya, menjadi bahan tamparan dan rematan sekujur tubuhnya oleh oknum jaemin. Sebagai cara untuk menyalurkan rasa sakit nya.
Mereka telah di karuniai seorang bayi perempuan, Neora Queen Andreas.
Jaemin mulai gusar, nipple yang semula kecil kini membesar seperti buah ceri.
Jeno tertawa, melihat raut wajah jaemin yang begitu lucu. Disamping itu, ia pun kasihan karena jaemin harus menahan sakit pada fase menyusui ini.
"Aku akan menelpon mommy, tahan sayang" jeno mengusap pantat jaemin yang menungging di atas guling.
Bayi Neora pun terbangun dari tidurnya, mungkin mencium aroma sang papah yang kebetulan lewat depan kamarnya.
"Sayang bangun ya?" Jeno mengangkat tubuh bayi mungil itu. Membawanya ke dapur untuk menelpon mommy taeyong.
Jeno duduk, menaruh si bayi pada kereta berayun di sampingnya.
Bayi dengan mata hazel nya mewarisi kecantikan Jaemin, buna nya. Ia berceloteh ria, menggoda papahnya.
"Hallo mommy"
"Kau mengganggu tidurku sayang, ada apa hm!?"
"Apa kau tidak rindu dengan putramu, kau sudah memiliki cucu. Tetapi kau tidak pulang, huh mommy menyebalkan"
"Maafkan aku, kalau aku pulang selalu mengingat jaehyun papahmu"
"Apa itu bertanda rindu?"
"Semacam itu, sudahlah jawab aku! Ada apa kau menelponku?"
"Jaemin selalu merasakan sakit pada nipple nya, bahkan ia tidak mau menyusui anakku. Sakit sekali"
"Kalau dulu mommy pun sama, dan mommy selalu minta tolong sama papahmu untuk menghisap susu itu sampai habis"
"Oh, begitu?"
"Cecapan dari mulut dominan berbeda dengan bayi yang selalu menggigit. Lakukanlah, itu sangat sakit sayang!"
Tanpa menjawab, jeno melenggang masuk kamar Jaemin. Membiarkan Neora di dapur bermain sendirian.
Bayi neora bukanlah tipikal bayi yang begitu cerewet dan susah ditinggal. Asal ada boneka saja di sampingnya, ia akan tertidur memeluk boneka itu dengan sendirinya.
"Buna, apakah masih sakit?" Jeno memberikan pijatan pada bahu Jaemin dari belakangnya.
Jaemin mengangguk kemudian membalikkan badannya, menatap jeno dengan raut wajahnya yang begitu lesu.
"Sini biar mass lemesin"
"Gimana caranya mass?"
Jeno melihat dari luar kaos jaemin, begitu gembul dan menyembul keluar. Ingin jeno tertawa, tetapi melihat jaemin sungguh tidak kuasa.
"Lepas baju buna"
"Mass, kau bercanda? Mau apa mass?"
"Biar nggak sakit!"
Jeno menyibak kaos jaemin ke atas, begitu merah merekah puting jaemin.
Punggung jaemin ia tahan, agar membusung ke depan. Jeno menjulurkan lidahnya, sakit dan perih rasanya.
Jaemin pasrah, sambil meremat rambut jeno dengan keras.
Crruutt
Glukk