22. NOMIN UNIVERSE

9.7K 484 11
                                    

Penantian yang panjang dengan harapan yang perlahan terjawab seiring berjalannya waktu. Jaemin tengah mengandung anak pertamanya.

Setelah satu tahun lamanya mereka menjalin hubungan, akhirnya doa mereka terjawab juga.

Bagi Jeno ini seperti mimpi, membayangkan betapa sempurna nya menjadi seorang ayah. Sebuah hal yang belum pernah jeno alami.

"Pelan-pelan sayang"

"Mas, jangan kenceng-kenceng. Pinggang nana sakit di remat terus!"

"Aaakkhhhh mass aahhh ahhh" jaemin mendesah ketika genjotan alat vital Jeno menusuk dalam prostatnya

CROOT

CROOT

Pelepasan yang begitu hebat keluar bersamaan. Pantat jaemin masih menghentak-hentak didalam bathub berisi air yang perlahan surut akibat goncangan mereka.

Jeno membalikkan tubuh jaemin, mengecup bibirnya dan memberikan lumatan yang begitu dalam.

"Terimakasih untuk kebahagiaan ini Na"

"Mass, bayiku belum lahir"

Jaemin duduk mengangkang, membiarkan jeno mengecupi perutnya dan memandikannya. Tiga ronde di dalam bathub membuat tubuh Jaemin lemas dan malas.

Jeno terlihat begitu semangat mendengar kehamilan ini. Empat buah testpack positif pun ia simpan di dalam nakas nya dengan baik.

"Mass akan menyiapkan kamar untuk bayi kita, mass akan membeli perlengkapan untuk bayi kita sayang"

Jaemin merotasikan kedua matanya, apalagi jeno semakin membenamkan kepalanya pada perut nya yang masih rata membuat jaemin harus menahan desah.

"Eeunngh. I-iya mas tetapi itu telalu cepat"

"Nggak papa Na, beneran deh. Setelah mandi, mass akan mengajakmu jalan. Hmmm??" Jeno beralih mencumbui bibir jaemin yang nampaknya pasrah akan polahnya. Mau memberontak pun percuma, karena tubuh Jeno lebih besar darinya.

"I-iya mass mmmmppphhhhh"

🐰🐶

Jaemin memegang galah, untuk memetik mangga di rumah tetangga.

Padahal Jeno akan mengajaknya jalan sore ini. Melihat begitu hijaunya mangga di atas genteng tetangga membuatnya ngiler habis-habisan. Apalagi panas-panas begini paling enak kalo bikin rujak.

"Pak Sooman, boleh minta mangganya nggak?"

"Sok atuh neng geulis, perlu bantuan bapak nggak?" Pak sooman mendekat sambil memegang sarungnya, takut melorot soalnya.

Perut gempal pak sooman bergoyang seiring langkahnya yang begitu cepat.

"Nyidam Ya??" Pak sooman berkedip nakal sama tetangga nya ini.

"Hehe, baru satu minggu pak"

"Bagus atuh"

Galah panjang pak sooman berhasil menjatuhkan beberapa butir mangga muda.

Galah bambu ya bukan galah itu

"Mangga nya super ya Pak Dhe? Makasih banyak ya?"

Pria paruh baya itu mengangguk, melihat punggung jaemin yang perlahan menghilang dari pandang.

"Cantik kali kau memang, andaikan saya masih muda saya mau jadiin kamu simpanan" monolog pak sooman.

Jaemin memotong mangga itu, tidak merasa asam sekalipun jaemin belum makan nasi dari pagi.

Namun kedatangan Jeno membuatnya menyimpan mangga muda itu dari pandangan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Namun kedatangan Jeno membuatnya menyimpan mangga muda itu dari pandangan. Jaemin membuang sampah bekas potongan kulit mangga itu ke tempat sampah.

"Ehm, mass kok tumben pulang cepet?" Jaemin begitu gugup ketika Jeno sudah menjulang di belakangnya.

"Apa kau melupakannya buna? Kalau aku akan mengajakmu jalan malam ini hmm?"

"Oohhh, aku pikir nggak jadi loh mass. Maaf yaa, emmm sekarang nana mandi dulu deh"

"Kau menyembunyikan sesuatu dari ku buna? Apa itu?" Kedua mata jeno menyipit, rasa mangga di mulut Jaemin begitu menyengat. Jeno bisa mencecap rasa asam itu. "Sudah kah kau memakan nasi sebelum kau memakan buah yang begitu asam?? Hmm?"

"Mass, jangan marah"

"Astaga, mass nggak marah buna? Tapi sudakah kau memakan nasi? Pagi ini mass nggak liat kamu makan nasi, cuma makan roti. Itu saja buna langsung muntah"

"Nana mau mangga mass," jaemin memainkan ujung baju yang ia pakai sambil menunduk.

Jeno bergerak mundur, membuka rice cooker di dapurnya. Nasi di dalam sana masih utuh, tidak tersentuh sedikitpun.

"Plis makan, atau mau makan di luar ??"

"Mau makan dirumah" jaemin mendekati Jeno, jangan sampai mood seorang Jeno menjadi buruk karena jaemin tidak makan,

Namun,,

"Aakkhhhh mass" jaemin luruh, memegangi perutnya. Ia lupa akan penyakit asam lambung yang ia derita.

"Itu sebabnya mass nggak suka kalau kamu sampe telat makan!" Jeno menggendong jaemin menuju kamar. Rencana nya mau ngajak jalan mungkin bisa di lakukan di hari berikutnya.

"Ngeyel, sakit kan?!"

"Mass jangan marah sama Nana,,"

Jaemin tidak mengerti betapa khawatirnya sosok jeno padanya.

Dibalik semua itu, jeno menegakkan tubuhnya. Di depan pintu rumah ia memandang sekelilingnya. Kemana ia harus pergi saat ini.

Jeno menyambar sandal jaemin, tidak ada pilihan lagi. Tubuhnya berjalan menuju rumah makan padang dekat rumahnya.

Membeli nasi lengkap dengan lauk untuk jaemin, walau dirumah ada nasi tetapi egonya mengatakan bahwa jaemin saat ini sedang mengikuti atensi janin di dalam perutnya.

Sekantung makanan padang sudah ia genggam. "Kembaliannya ambil aja Bi"

Langkahnya begitu cepat. Melihat jaemin sedang memegangi perutnya, membuat jeno mengangkat kembali tubuhnya dan mendudukannya di kursi meja makan.

Kepulan nasi hangat terlihat begitu mengerikan, jaemin menutup mulutnya dengan tangan. Kedua mata nya pun berkaca-kaca, melihat jeno begitu antusiasnya meniup dan menyuwir daging rendang untuk disuapkan.

"Mass, nana nggak___ aaemm"

"Kunyah, telen"

Dengan air mata yang terus menerus turun membasahi pipinya, jaemin berusaha menelan mati-matian nasi di dalam mulutnya.

Begitu seterusnya hingga nasi di dalam bungkusan kertas minyak itu berhasil masuk ke perutnya.

"Disuruh makan susah! Masih sakit nggak perutnya?"

Jaemin menggeleng pelan.

"Mas nyuruh kamu makan nasi, bukan ekstasi! Paham!"

Sadar akan perhatian jeno begitu besar, jaemin langsung memeluk nya dengan sayang.

Tbc..
Makin gaje ya ceritanya 🙂

MAID || NOMIN 🔞 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang