📖📖
Jeno begitu mendidih, diiringi rasa cemasnya ia melangkah lebar menuju kantornya. Tepatnya di lantai 7 ruangannya.
"Bisakah untuk tidak membuat onar sehari saja, persetan!!!"
"Mana mungkin boss.!! sebelum kau memberi nya suatu pelajaran, Naeun tidak akan jera" sahut mingyu yang mengikuti langkahnya. Sedikit menyamakan langkah tuannya walau kaki mingyu terkilir beberapa kali.
Jeno telah sampai di ambang pintu, melihat Naeun duduk diatas meja kantornya. Dress yang ia pakai pun jauh dari kata sopan.
Melihat Jeno di depan matanya dengan sorot tajam, Naeun melompat begitu saja. Bergelayut manja pada lengan Jeno yang memandang nya nanar.
Meskipun begitu, jeno tidak melepaskan. Sebelum ada perkataan yang ia dengar, dari mulut Naeun.
"Sayang, kau akan menikahi ku bukan???"
"Cukup Naeun! Sejak kapan aku berkata seperti itu?" Jeno menepis tubuh naeun yang perlahan menggesekkan kedua payudara nya di lengan kekarnya.
"Tapi sayang, bukankah kita hampir bertunangan? Lebih baik kita langsung menikah saja, ya sayang ya??"
Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut Jeno sebelumnya, membuat mingyu semakin yakin bahwa Jeno perlahan memperlihatkan kodratnya sebegai penyuka sesama gender.
"Tetapi kita sudah melakukannya sayang"
"Drama apa lagi ini!! Sejak kapan aku menyentuhmu??"
Jeno mengingat tragedi pertama kali ia menyetubuhi Jaemin, Naeun ada di waktu yang sama. Tetapi entah kenapa, Jeno enggan untuk menyentuhnya. Lebih memilih menggoda asisten barunya, Na Jaemin.
Bahkan sampai saat ini hanya desahan Jaemin yang ada dalam otak kecil nya.
Pertemuan Jeno dengan Naeun sebenarnya tidak disengaja, Yakni di dalam Gay Bar??
Lalu, mengapa Naeun ada disana? Sedangkan Gay bar tersebut banyak di rubungi oleh kaum adam.
"AKU HAMIL"
Bak disambar oleh angin tornado, Jeno mendorong tubuh Naeun agar menjauh dari nya.
"Lalu apa hubungannya dengan aku??"
"Karena ini anakmu" ucap Naeun, kedua pundaknya bergetar.
Terlihat mingyu diujung sana menggeleng tidak percaya, menatap tajam pada Jeno disana.
"Edan, anak sopo kuwi?? Bisa-bisa nya minta tanggung jawab sama bosku?? Masih bisa hamil juga ternyata?" Mingyu melipat kedua tangannya seolah-olah ia mengerti latar belakang gadis berumur matang itu, mingyu berjalan santai menuju Jeno yang mulai tumbang pada sofa disana. Jeno meremat surai legamnya, sungguh perkataan yang tidak ingin ia dengarkan dari seorang wanita.
"Kalau bukan kamu pelakunya mah nggak usah over reaction gitu boss, santuy saja" mingyu menepuk punggung Jeno yang mulai frustasi. "Tetapi kalau memang kamu pelakunya ya beda crita, Ya Toh!!!??"
Mingyu mendorong pelan tubuh naeun yang menangis sesenggukan. Sebisa mungkin menjauhkan Naeun dari tuannya.
"Ngga ada guna loe ngemis-ngemis sama tuan gue yang udah punya penggantinya" kekeh mingyu. Naeun semakin tidak tahan untuk memecahkan tangis nya, dipukulnya dada bidang mingyu sambil melangkah mundur. Kemudian tangan mingyu berusaha mengunci ruang itu, membiarkan Jeno menyendiri dengan peraduan yang tidak berguna.
🫶🏻📖📖
Jeno tidak langsung pulang ke rumahnya, setelah mendapat pesan dari Jaemin bahwa ia ingin segera Jeno pulang.Entah mengapa, Jeno begitu bimbang untuk saat ini. Hatinya kacau, tetapi untuk mengakui betapa berwarna hidup nya saat ini cukup kuat yaitu tertuju pada Jaemin.