12. Meet you in Bali

12.4K 800 11
                                    

📖📖🔞

Kalau orang bertanya sedang apa Jeno di bali saat ini, tentu saja jawaban yang tepat adalah mencari Na Jaemin.

Ya kali ngrongsok. Kan Jeno udah tajir.

Setelah jeno menemukan rumah paman Sehun, jangan tanya dari mana ia mengetahui hunian pria paruh baya itu. Dari mingyu lah siapa lagi? Jeno memberanikan diri mengetuk rumah sederhana dengan dinding masih tradisional, yang dipenuhi oleh ukiran bambu bernuansa pedesaan.

"Oh, Jadi anda yang dimaksud majikan terbaik anak saya" kata sehun sambil menyajikan satu gelas teh hangat untuk Jeno yang duduk sambil memandang dinding rumah tersebut.

"Nana dimana paman??" Ucap Jeno tidak sabar.

"Nana ada di belakang rumah, lagi mungutin kayu bakar. Dia mah gitu, disuruh istirahat malah lari nya ke laut" jawab paman sehun.

"Bisakah saya ke sana paman?"

"Boleh saja, tetapi saya takut kalau tebing disana cukup curam. Berhati-hatilah, mari saya antarkan"

Jeno membuntuti paman sehun, setelah menyeruput teh nya. Tidak ada hentinya Jeno tersenyum, menikmati udara pagi di bali yang belum pernah ia hirup sebelumnya.

Hamparan laut biru dengan ombak datar membuat jeno takjub seketika. Jeno mengedarkn pandang, mencari dimana sosok Jaemin berada saat ini.

"Baik paman, aku akan turun ke sana"

"Berhati-hatilah anak muda"

Jeno harus menyusuri bebatuan dan karang untuk sampai pada bibir pantai. Sepatu mahal miliknya kini berpijak dengan dataran pedesaan yang belum pernah ia kunjungi sebelumnya.

Menanjak dan menuruni tebing yang membahayakan untuknya bukanlah hal yang sulit. Padahal ini cukup mudah, hanya membutuhkan tenaga ekstra saja karena pagi itu lumayan terik.

Jeno terfokus pada satu objek, seorang pria dengan kaos oblong putih sedang berayun-ayun di bawah pohon waru yang lumayan besar.

"Apakah itu Nana?"

Jeno mempercepat langkahnya. Pria bersurai coklat itu pun mengenakan celana jeans pendek yang sudah terlihat usang.

"Nana!!!!"

Suara bariton Jeno mampu membuat lelaki itu tersenyum. "Tuan, Jeno"

"Naa"

Seperti dilema, Jeno menangis di bahu Na Jaemin. Bahkan pelukan itu sangat kencang, diiringi isakan yang sungguh mengerikan. Apakah ini tentang kehidupannya yang terlihat nelangsa? Atau memang tujuan jeno kesini memang ada kejanggalan tentang hidupnya?

"Tuan, ada apa?"

Tidak bisa di pungkiri, untuk pertama kalinya bahu Jaemin menerima sebuah tangisan yang mampu menggetarkan hati nya.

"Na, kembali ke Jakarta ya?" Kata Jeno sebelum peluk kedua kali nya terjadi lagi.

Ternyata jaemin di sini tidak sendiri, seorang pria bersurai hitam berdiri di belakang jaemin sambil memegang beberapa kayu yang sudah diikat.

"Nana, ipun sira??"
*dia siapa?

"Ah" jaemin melepas peluk itu. Memundurkan langkahnya untuk menhadap sang pria. "Dia boss saya, dari Jakarta"

Pria itu mencakupkan kedua tangannya, sedikit membungkuk. "Om swastiastu" kata nya.

Dengan tatapan yang masih sendu, jeno pun mengikuti nya. Mencakupkan kedua tangan serta membungkuk sedikit. Sebagai salam hormat.

"Tuan, dia Haruto. Teman masa kecil saya"

Lelaki bernama haruto itu pun pergi meninggalkan jaemin beserta tuannya.

MAID || NOMIN 🔞 ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang