Work ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...
Punya papa kolot seperti Johnny? Bagaimana caranya kamu bertahan? Disaat banyak gadis seumuran kamu terlihat begitu bebas.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Bisa dibilang keluargaku cukup harmonis. Hanya saja papa yang masih memiliki sifat kolot membuatku dan adikku bekerjasama untuk mengelabui papa. Maaf, memang ini terkesan durhaka kepada orang tua. Tapi mau bagaimana lagi, aku dan Injun butuh kebebasan. Bebas dalam artian masih dalam pola hidup yang menjunjung tinggi norma yang berlaku di masyarakat.
"Johnny, Johnny yes papa."
"Heh, kurang ajar kamu sama papa?"
"Apaan sih pah. Injun cuma nyanyi kok."
Aku dan mama hanya tertawa melihat pertengkaran yang terjadi pagi ini. Keributan yang justru membuat keluarga kami semakin erat. Aku bersyukur memiliki orang tua seperti papa dan mama meskipun banyak pertentangan yang aku lontarkan untuk papa.
Usiaku menginjak 21 Tahun tapi papa masih melarangku untuk berpacaran apalagi Injun. Dia yang baru menginjak semester satu harus menahan malu karena selalu dikawal oleh bodyguard. Tentunya aku juga, tapi aku sudah terbiasa dengan itu.
Beruntungnya aku mengikuti kepintaran dari mama. Aku meminta papa untuk tidak menyewa bodyguard untukku jika aku mendapat IPK 4 dan usaha memang tidak pernah mengkhianati hasil.
Selama 2 semester ini aku bisa bebas meskipun hanya di kampus.
"Mbak?"
"Hum? Kenapa?" Aku menoleh ke arah Injun. Dia hanya menatapku, dengan sekali tatap saja aku sudah mengerti apa yang dia maksud.
"Pak Mat, kalau saya nggak salah denger. Istri Bapak baru melahirkan ya?"
Injun terlihat kebingungan dengan perkataanku. Aku hanya melirik ke arahnya dan menyentuh dadaku pelan. Seakan mengatakan, 'tenang biar itu jadi urusan gue'
"Iya, Mbak." jawab Pak Mat.
"Kenapa nggak nemenin istrinya Pak? Bapak nggak mau lihat anak Bapak?"
"Ya mau lah Mbak. Tapi kan saya juga punya tanggung jawab. Nganter dan jemput juga jagain mas Injun."
"Gini deh, saya punya tawaran. Semoga Bapak tertarik, jangan takut sama papa. Masalah papa biar jadi urusan saya. Gimana kalau sekarang Bapak pulang aja? Bapak bisa turunin saya sama Injun di halte depan itu. Kita berdua bisa naik bus atau taxi kok Pak. Saya cuma kasihan sama anak Bapak. Masa iya nggak lihat Bapaknya pas lahir, kalau ngira orang lain yang jadi Bapaknya gimana? Emang Bapak mau?"
"Ya nggak mau lah Mbak."
"Nah, terima aja tawaran dari Mbak. Saya bisa handle semuanya sendiri kok Pak Mat." sahut Injun. Aku mengarahkan jempol tanganku ke Injun. Pintar sekali memang adikku ini. Untungnya kami berdua mewarisi kepintaran dari mama.