Back To You (Sequel of First Love)

571 70 6
                                    

Keajaiban itu pasti ada.

Gue nggak tahu lagi gimana caranya gue mesti bersyukur ketika tahu bahwa detak jantung kak Jaehyun kembali. Ini adalah sebuah keajaiban yang nggak pernah bisa terukur di mata manusia.

Semua pekerja rumah sakit pun ikut bernapas lega termasuk gue. Mbak Joana memapah Mbak Alleta memberikan sebotol minuman karena lemas yang kembali menyerang. Gue tahu betul gimana rasanya hampir kehilangan orang yang disayangi.

Dokter Jeno masih terlihat nggak percaya sama apa yang terjadi. Dia cuma bisa menundukkan wajahnya dan menangis. Jujur, kalau bukan di rumah sakit mungkin gue bakalan meraung kayak orang yang lagi kesetanan.

Setelah ini, gue nggak akan meminta hal yang lebih. Bagi gue, kesehatan kak Jaehyun tetap menjadi prioritas. Meskipun pada akhirnya dia melupakan kebersamaan kita beberapa hari yang lalu dan melanjutkan hidupnya bersama dengan Mbak Alleta. Gue udah nggak peduli lagi, yang terpenting adalah pria yang gue cintai masih hidup dan gue masih bisa mengaguminya dari jarak jauh.

Dokter yang bertanggung jawab atas kak Jaehyun pun mulai berdatangan. Gue mengamati dan memperhatikan  gerak bibir mereka satu persatu dari jarak jauh.

Wanita paruh baya yang gue yakini sebagai ibu dari Kak Jaehyun ikut menangis tersedu, merengkuh tubuh dokter Jeno yang juga ikut menangis. Tangisan bahagia yang diperlihatkan dari seorang ibu untuk kesembuhan anaknya itu pun semakin pecah.

Senyum gue terbit setelah tahu kak Jaehyun akan dipindahkan ke ruang observasi. Kami kembali bernapas lega karena ada perubahan yang begitu signifikan untuk masa pemulihan kak Jaehyun.

"Y/N, kamu masih di sini?"

"Hah?" Astaga, iya gue lupa. Gue kan diminta dokter Hyo buat mastiin kamar rawat pasien? Mati lah gue.

Gue membungkuk sebagai permintaan maaf lalu berlari ke arah lift. "Alhamdulillah, Alhamdulillah, Alhamdulillah."

Nggak sengaja tatapan gue berhenti di gelang pemberian kak Jaehyun. Gue janji, bakalan menjaga gelang ini sampai kapan pun.

Hari ini gue kedapatan longshift lagi karena kondisi Mbak Alleta yang belum stabil. Gue mendengar kabar kalau dirinya sempat pingsan beberapa kali setelah tahu calon suaminya meninggal.

"Bu, saya jaga sama siapa malam ini?" tanya gue kepada kepala perawat. 

"Kamu ke atas dulu ya? Back up Anjani, biar IGD di back up sama Hendery." Gue mengangguk patuh meskipun bingung kenapa tiba-tiba banget gue diminta jaga di ruang VIP.

Awalnya gue ingin bertanya alasan kenapa gue di pindah, tapi gue urungkan niat itu, mengingat baru beberapa hari gue kerja di rumah sakit ini.

"Nggak apa kan Y/N? Kebetulan Anjani cuti mendadak. Orang tuanya habis kecelakaan jadi mau nggak mau kita butuh back-up. Kalau ruangan VIP kosong kamu  bisa bantu-bantu di IGD."

"Siap, Bu."

"Memangnya ada pasien yang mau masuk ya, Bu?"

"Dokter Jae," balas beliau singkat.

Mata gue melebar seakan mendapat jackpot atau ketiban durian runtuh. Gue pikir kak Jaehyun kembali dirawat di ruang ICU.

Dan sekarang gue yang ikut merawat kak Jaehyun nanti?

"Malah bengong, buruan kamu siapin segala sesuatunya. Kalau ada sesuatu yang terjadi sama dokter Jae, segera lapor ke dokter Byun ya?"

"Baik, Bu."






***




Gue mengikuti dokter Byun memasuki ruangan VIP yang terlihat sepi. Mengingat kondisi pasien yang masih membutuhkan perawatan. Dokter nggak menyarankan untuk keluarga berada di kamar tersebut.

"Kondisi pasien cukup stabil. Kita hanya perlu perawatan khusus setelah masa tindakan operasi. Kamu yang menggantikan Anjani ya?"

"Iya dok, saya Y/N."

"Karena kamu yang menggantikan Anjani. Saya minta kamu untuk selalu lapor ke saya setiap saat, perkembangan sekecil apapun."

"Baik, dok."

"Tolong jaga pasien selama satu jam ke depan. Segera hubungi saya kalau ada sesuatu."

"Baik, dok."

Setelah mendengar pintu tertutup rapat, gue beralih ke sisi ranjang. Menatap kak Jaehyun yang sedang memejamkan mata. Wajahnya udah nggak sepucat kemarin.

Gue berjalan pelan ke arah botol infusan, melihat seberapa laju tetesan tersebut. "Cepet sembuh ya Kak. Banyak orang yang sayang sama Kakak," ucap gue sembari mengusap dahinya yang berkeringat.

Baru saja ingin beranjak ke arah meja di sudut ruangan, gue kembali dikejutkan dengan pergerakan tangan dari kak Jaehyun.

"Kak?"

Pria yang sempat membuat gue ketakutan itu membuka mata secara perlahan. "Kak?" panggil gue lagi.

Belum ada sepatah kata yang terlontar dari bibirnya. Detik berikutnya gue kembali teringat akan pesan dari dokter Byun. Lalu berniat memanggil Beliau. Tapi sebelum itu suara kak Jaehyun yang menyebut nama gue membuat kaki gue berhenti melangkah.

"Y/N?"

"Iya, ini aku. Apa yang Kakak rasain? Ada yang sakit?"

"Ma-ka-sih," ucapnya terbata. Gue mengerutkan dahi tentunya merasa bingung, kenapa dia harus berterimakasih?

Matanya mengerjap berkali-kali. Tatapannya mulai melemah. "Kak? Kakak di sini ya? Jangan coba buat pergi lagi. Aku panggil dokter Byun dulu."

"Suara kamu...." Nada suaranya semakin melemah ngebuat gue semakin takut. Air mata gue udah meluncur bebas detik itu juga.

"Jangan bicara dulu, OK? Aku panggil dokter Byun."

"Y/N?" panggilnya lagi.

Ya Allah, aku nggak tahu harus apa?

Dan aku takut buat ninggalin kamu, kak.

Nggak ada pilihan lain, gue memilih untuk menekan tombol alarm yang ada di belakang ranjang dimana kak Jaehyun sedang terbaring lemah.

"Kak?" panggil gue lagi karena dia sempat memejamkan mata. "Kakak?" Nada suara gue semakin bergetar hebat. Dia kembali membuka mata ngebuat gue mengelus dada.

Belum ada satu pun dokter atau perawat yang datang memasuki kamar rawat ini, Gue semakin gelisah dibuatnya. Ini pada kemana? Perasaan gue bercampur aduk antara bahagia dan juga takut.

"Makasih, Y/n," katanya lagi. Kenapa harus mengucapkan terima kasih berkali-kali sedangkan gue nggak melakukan apa pun. Gue jadi semakin was-was. "Karena suara kamu... aku bisa kembali pulang."

"Dok—"

Dokter Byun berlarian mendekati ranjang, mengecek kondisi kak Jaehyun. Beliau menoleh ke arah gue dan  mengangguk pelan. Seakan mengerti dengan gesture yang diberikan. Tanpa pikir panjang gue segera berlari ke arah luar untuk memberitahu kabar bahagia kepada keluarga kak Jaehyun.

Kembali kasih kak. Terima kasih karena sudah bertahan sampai sejauh ini. Terima kasih karena kembali pulang. Mungkin nggak ada lagi kisah di antara kita. Sejak dulu kita hanyalah sebatas kakak tingkat dan adik tingkat dan sekarang kita ditakdirkan hanya sebatas junior dan senior.

Jung Jaehyun, pria yang aku sukai. Maaf belum bisa jujur sampai detik ini. Kesembuhanmu dan kesehatanmu adalah yang terpenting. Jadi jangan pikirkan apapun lagi. Terima kasih karena sudah banyak mengajarkanku artinya mengangumi dan mencintai dengan tulus. Aku selalu bersyukur atas itu. Ke depan sehat selalu untukmu, sayang. Jangan takut, aku akan kembali mencintaimu dalam diam. Just, back to you~




















JAEHYUN IMAGINES (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang