Move On!
Langkah awal yang mesti gue lakukan adalah menjauh dari Jaehyun. Saat putus cinta mungkin kita akan sedih dalam waktu yang cukup lama. Hal yang sangat wajar tapi bukan berarti gue harus terpuruk dalam kesedihan. Gue memiliki hidup gue sendiri. Begitu pun dengan Jaehyun, dia berhak memilih kebahagiaannya sendiri.
Kenapa gue nggak jujur sama Jaehyun tentang perasaan gue sendiri?
Nggak akan semudah itu. Gue harus berperang dengan hati gue. Gimana perasaan Jaehyun nanti setelah tahu rekan kerjanya justru menyukai dia. Yang ada dia bakalan menjauh dari gue. Maka dari itu, biar gue duluan yang pergi dari hidup dia.
Melupakan itu perkara yang cukup sulit. Gue mengakui itu. Sudah jalan sebulan gue tinggal di Kota Malang. Mencari suasana baru dan pekerjaan baru. Beruntungnya gue sudah mendapatkan pekerjaan hasil rekomendasi dari teman kak Taeyong. Nakamoto Yuta namanya. Gue juga baru tahu ternyata pria berdarah Japan itu memiliki bisnis kecil-kecilan di Kota Malang.
Donwgrade?
Nggak ada salahnya. Bukan berarti gue harus menyesal atas keputusan gue yang meninggalkan karir yang cukup bagus hanya untuk bekerja di sini. Gue justru bersyukur karena menambah wawasan dan pengalaman baru. Ditambah kak Yuta orang yang cukup supportif. Dia yang selalu memotivasi gue untuk menjadi manusia yang inovatif.
"Percuma lo lulusan bisnis manajemen kalau nggak bisa buat usaha dan lapangan pekerjaan baru. Kuliah mahal-mahal cuma buat jadi babu. Ngapain." Kalimatnya memang pedas, tapi dibalik itu terselip makna yang cukup ngebuat pandangan gue terbuka buat dia.
"Btw, lo udah dapat tempat sewa baru? Kalau belum tinggal di rumah gue aja. Deket juga kok sama kampus lo, jadi lo nggak perlu jauh-jauh bolak-balik ngantor-kuliah."
Yang bener aja dia nawarin gue buat tinggal serumah?
"Gue tinggal di apart yang deket kantor. Jangan nethink aja pikiran lo. Lagian, Taeyong udah nitipin lo ke gue. Yakali, adek temen sendiri mau gue embat."
"Kali aja Kak. Namanya juga cowok, ikan dibedakin aja doyan," celetuk gue tanpa ragu. Dia hanya terkekeh membalas ucapan gue.
"Dikira gue kucing kali," jawab kak Yuta.
"Kenapa?" tanya gue bingung. Dia tampak berpikir seperti ragu untuk mengungkapkan sesuatu.
"Nggak, gue cuma penasaran aja. Kenapa lo milih keluar dari zona nyaman? Pasti ada sesuatu."
"Oh, itu. Cuma bosan aja. Pengen mandiri juga. Lagian gue butuh banyak pengalaman. Mumpung gue masih single. Iya nggak sih?"
Kak Yuta nampak setuju. "Betul, puas-puasin deh. Mumpung lo masih belum berpawang. Kalau udah, jangan harap lo bisa bebas kayak gini lagi. Nikah itu berat, banyak yang harus dipikirin bukan cuma masalah uang, bakal banyak pertimbangannya."
"Kak, jadi kapan?"
"Apanya anjir..."
"Kapan lo nyusul Kak Taeyong?"
"Masih lama. Gue belum sukses, mau gue kasih makan apa bini gue nanti." Pemikiran yang cukup keren menurut gue.
Di saat Jaehyun yang sudah kebelet kawin, gue justru dipertemukan dengan pria yang mempunyai pemikiran terlewat sexy. Beruntung banget yang bakal jadi istrinya kak Yuta nanti.
Sedikit heran, dia udah punya rumah dan mobil, mau cari apa lagi? Bisnis yang dia bangun pun punya prospek yang bagus. Gue yakin kalau kak Yuta bakal jadi orang yang sukses nanti.
***
Kali ini gue melamun, melamun lagi. Entah dalam sehari gue bisa melamun keberapa kali sampai kak Yuta bingung dibuatnya. Dia menganggap bahwa gue lagi banyak pikiran.
Lo tahu nggak gimana rasanya pergi, berjuang seorang diri di kota orang tanpa restu dari orang tua? Cuma kak Taeyong yang membela gue habis-habisan pada saat itu.
Gue jadi mikir, sebenarnya gue anak kandung papa dan mama bukan sih? Kenapa gue harus dibedakan? Kenapa cuma gue yang selalu dianggap remeh, yang selalu nggak sesuai sama ekspektasi mereka. Gue juga punya jalan hidup sendiri. Usia gue pun terbilang cukup dewasa untuk merantau dan memiliki impian.
"Mama nggak pernah setuju kamu keluar dari rumah ini. Apalagi kamu mau kerja jauh. Kamu yakin bisa ngerawat diri kamu sendiri? Lagian ngapain lagi sih kamu belajar. Cewek juga ujung-ujungnya bakalan di dapur. Nggak usah lah kamu buang-buang biaya kalau ujung-ujungnya bakalan nikah."
"Loh Mah, nggak ada salahnya adek kuliah lagi," timpal kak Taeyong.
"Iya Mah, aku kuliah juga pakai uang aku sendiri."
"Emang nya udah yakin kamu bakalan dapat kerja yang layak di sana? Punya pengalaman apa sih kamu?" sahut papa.
Gue hanya bisa menunduk. Kak Yerin hanya bisa diam. Nggak mengeluarkan sepatah kata pun. "Emangnya salah ya kalau cewek punya gelar lebih dari satu?" Gue mengangkat wajah. Menatap mama dan papa bergantian. "Aku cuma mau anak-anak aku nanti lebih pinter dari aku. Kepintaran anak itu menurun dari Ibunya. Aku masih mampu ngebiayain kuliah aku sendiri. Aku masih punya tabungan buat lanjutin hidup di sana. Lagian aku nggak akan pilih-pilih kerjaan. Papa sama Mama yakin mau melarang aku? Aku mau belajar mandiri. Sejak dulu, Y/N nggak pernah menentang kemauan Papa dan Mama. Untuk kali ini aja.Y/N minta ijin buat ke Malang. Y/N janji nggak akan buat keluarga ini malu."
"Kenapa sih masih banyak orang tua yang berpikir kolot. Heran banget deh gue. Emangnya salah kalau cewek punya gelar yang panjang kayak kereta api? Mau dibawa ke mana hidup gue pun cuma Tuhan yang bisa menentukan. Kenapa harus repot?"
Toh, mereka juga nggak akan peduli. Buktinya udah lama gue tinggal di sini, nggak ada niatan dari mereka buat sekedar nanya gimana kabar gue.
"Y/N?" Gue menoleh ke arah belakang.
"Iya kak Doy, kenapa?"
"Temenin saya hari ini ya? Nanda nggak masuk. Saya butuh temen buat—"
"Manja amat buset, minta ditemenin. Biasanya juga sendiri lo, Doy."
"Kali ini beda Yut, lo kan tahu gimana Pak Bastian."
"Oke, oke. Y/N, lo belum masuk kuliah kan? Temenin Doyoung dulu. Lo gue kasih tanggung jawab buat nerusin project ini bareng Doyoung. Si Nanda cuti besar."
"Hah? Beneran ini?"
"Ya iya masa bohongan."
"Nanda sakit apaan Kak?"
"Operasi usus buntu," balas kak Doy.
Gue mengangguk mengerti, seenggaknya bakal ada pengalaman dan ilmu baru yang bisa gue ambil dari senior gue ini.
"Suka mah bilang Doy, jangan cuma diliatin," celetuk kak Yuta. Gue menatap dia dengan tatapan bingung. Siapa yang dimaksud kak Yuta tadi? Siapa yang disukai kak Doyoung?
Atensi gue teralih saat sebuah notif terpampang di layar ponsel. Jung Jaehyun, meskipun gue sudah menghapus kontaknya tetap aja gue ingat nomornya di luar kepala.
Sebulan tanpa kabar, dengan tiba-tiba dia mengirimi gue pesan. Cukup aneh. Gue kira dia udah bahagia dengan wanita pilihannya.
+62
Apa kabar?
Gua di Malang, bisa kita ketemu?
Ada yang mau gua bicarin
Lo nggak kangen gua?
Apa cuma gua yang kangen sama lo, Y/N?Baru sebulan Jaehyun, bisa nggak lo nggak menarik hati gue lagi. Bakalan sulit buat gue ngelupain lo kalau lo begini. Gue nggak mau usaha gue berakhir sia-sia. Gue juga nggak tahu gimana kelanjutan hubungan lo sama kak Yerin.
![](https://img.wattpad.com/cover/317638730-288-k436424.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETED)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...