Work ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...
Melamun dan melamun merupakan hobby Y/N untuk saat ini. Terkadang Jaehyun dibuat pusing dengan tingkah laku Y/N yang tidak biasa. Ingin bertanya apakah gadis itu memiliki masalah tetapi dirinya ragu. Lebih tepatnya merasa gengsi. Y/N pasti berpikir bahwa Jaehyun sedang khawatir terhadap dirinya.
BIG NO.
Selama berstatus sebagai seorang istri dari Jung Jaehyun baru kali ini Y/N terpaksa menjemput Jenandra di kediaman milik Biantara. Rumah yang dimana tersimpan banyak kenangan, rasa haru, canda dan penuh tawa. Bangunan kokoh yang menjadi saksi bisu tumbuh kembangnya Biantara dan Nara hingga dewasa.
"Assalamu'alaikum."
"Wa'alaikumsalam." Y/N terlihat bingung mendapati mantan mertua suaminya dengan wajah bengkak persis seperti orang yang baru saja menangis.
"Mimi, lagi banyak tamu ya? Y/N jadi ganggu. Kalau gitu Y/N bawa pulang Jenandra sekarang ya?"
"Masuk dulu, nak. Mimi mau bicara sama kamu."
"Maksudnya apa?"
"Jangan keras-keras Mas, nanti anak aku bangun."
"Mi?" Perasaan tegang mulai menyelimuti Y/N. Suara ribut dari arah ruang tamu semakin terdengar jelas di telinganya.
"Sumpah, kamu nggak malu? Berani kamu pulang ke rumah ini? Ngemis-ngemis minta balik sama Jaehyun? Waras nggak sih kamu?"
Gue nggak salah denger. Nama Mas Jaehyun disebut? Apa Mbak Nara udah berani nampakin diri di depan keluarganya.
"Aku khilaf."
"Itu namanya bego Kim Nara. Bukan khilaf. Mana ada khilaf? Kamu bohongin semua orang, keluarga kamu, suami kamu sendiri, teman-teman kamu dengan kematian palsu. Mau jadi penjahat? Gila, saya nggak habis pikir sama kelakuan kamu. Saya bantuin kamu buat sekolah tinggi-tinggi bukan nyuruh kamu jadi orang tolol kayak gini. Kamu tahu, gimana kecewanya saya sama kamu? Gimana kecewanya Y/N sama saya? Nggak bersyukur banget kamu jadi manusia hah? Susah payah saya minta Y/N buat jadi ibu sambung anak kamu asal kamu tahu. Tapi apa yang dia terima sekarang? Punya otak nggak kamu?"
"Mas—"
"Diem! Saya belum selesai ngomong."
"Biantara...."
"Mama? Y/N—"
"Cukup, Mama nggak mau denger keributan lagi. Malu di dengar tetangga. Kamu mau Jenandra denger semuanya. Dia masih terlalu kecil buat denger pertikaian."
"Tapi Nara udah keterlaluan Mah."
"Kamu pikir Mama nggak marah sama adik kamu? Nasi udah menjadi bubur. Biarin dia terima atas apa yang dia lakuin. Mama nggak akan maksa Jaehyun untuk balik sama Nara. Perselingkuhan nggak pernah bisa termaafkan. Semua pilihan ada sama Jaehyun, kita nggak perlu ikut campur. Biar Jaehyun yang memilih."
"Nggak bisa begitu. Jaehyun udah punya Y/N. Buat apa lagi dia memilih?"
"Terus gimana sama aku, Mas? Kenapa kamu lebih membela orang lain dibanding adik kamu sendiri?"
"Coba kamu pikir lagi. Masih pantaskah saya membela kamu dengan apa yang udah kamu lakuin selama ini? Jangan salahkan orang lain. Kamu yang salah di sini. Kamu yang terlalu bodoh karena terperdaya sama laki-laki yang nggak tahu asal usulnya itu. Sudah berapa kali saya peringati kamu untuk berhenti, tapi apa? Kamu masih berhubungan sama mantan kamu itu kan? Sekarang, terima akibatnya. Mungkin kamu nggak akan diterima lagi sama keluarga besar Jaehyun."
"Y/N, Mimi nggak akan maksa kamu buat ninggalin suami kamu. Kamu berhak bertahan. Meskipun Nara anak Mimi, dia bersalah. Mimi nggak akan pernah membenarkan tindakannya. Mimi cuma mau minta satu hal sama kamu. Jangan pernah halangi Mimi untuk bertemu sama cucu Mimi."
Mi, Y/N nggak punya hak atas itu. Cuma Mas Jaehyun yang berhak meskipun Jenandra bukan anak kandungnya tapi Mas Jaehyun yang membesarkan Jenandra dari kecil.
"Y/N—"
Tak membiarkan Biantara menyelesaikan kalimatnya. Y/N lebih dulu berpamitan. Membawa Jenandra pulang ke rumah. Ia tidak ingin terlalu jauh mencampuri urusan mereka.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Sakit kepala Ambu, huhu."
***
Entah apa yang sedang ada dipikiran Jaehyun. Sejak tadi pria itu hanya bisa mondar-mandir seperti setrikaan. Hal itu sukses membuat Y/N mengernyit kebingungan.
"Mas, bisa diem dulu nggak? Dari pada ganggu saya ngepel mending Mas bangunin Andra. Udah makin sore, dia belum mandi."
"Lagian ngapain kamu ngepel jam segini?
"Biasanya juga Bi Minah. Tolong ya Mas, nggak usah ngajak ribut saya. Saya cukup capek hari ini buat ngurus rumah."
"Duduk dulu."
"Ya Allah, kerjaan saya kapan kelarnya."
"Saya mau ngomong," tekan Jaehyun tak ingin dibantah.
"Kan bisa nanti-nanti. Ini udah mau magrib loh ya. Cepetan. Kasihan sama Jenandra, Mas."
Jaehyun enggan beranjak. Ia justru mendudukkan dirinya di sofa membuat tiang pel an hampir saja melayang. Untung saja Y/N sadar diri bahwa dia tidak boleh melakukan itu. Melakukan tindak kekerasan pada sang suami.
"Saya nggak suka." Tiga kata yang mampu membuat Y/N terdiam. Tanpa perlu dijelaskan Y/N sadar bahwa Jaehyun tidak menyukai dirinya. Akan selalu dirinya ingat.
"Saya tahu," jawab Y/N cepat.
"Saya nggak suka Doyoung memanas-manasi saya. Mulai besok kamu harus ke kantor jam makan siang, ajak Jenandra, jangan lupa bawa bekal."
"Hah?"
Tunggu-tunggu, kenapa tiba-tiba banget?
"Mulai besok, kamu masak dan bawain saya bekal makan siang. Kamu sendiri yang bawa ke kantor," jelas Jaehyun lagi.
"Kok?"
"Aneh ya?" tanya Jaehyun. Dia sendiri pun tidak mengerti mengapa bisa bertindak demikian. Yang jelas dia merasa kesal dengan rekan kerjanya itu.
Dia pikir cuma dia yang bisa memamerkan kemesraan di kantor?
"Ya jelas aneh. Mas lagi demam ya?"
"Tangan kamu kotor," sela Jaehyun cepat menyingkirkan punggung tangan Y/N yang ada di dahinya.
"Tapi nggak panas kok. Aneh banget tahu. Bukannya Mas nggak pernah suka kalau saya datang ke kantor?"
"Siapa bilang? Negatif terus pikiran kamu."
"Mas lupa, Mas sendiri yang bilang. Nggak suka mencampuradukkan urusan keluarga dengan urusan pekerjaan. Perlu saya jelasin lagi supaya Mas inget. Saya aja masih inget dengan jelas kok ucapan Mas yang itu."
"Nggak usah banyak ngebantah. Katanya mau usaha yang 98% nya lagi. Kalau kamu nurut saya ubah yang 2% jadi 10%, gimana?"
Saya sadar kalau selama ini saya jahat sama kamu. Mungkin sudah waktunya saya membuka diri. Sampai kapan pun Nara nggak akan bisa kembali ke kehidupan saya. Untuk apa saya menunggu yang nggak pasti? Bantu saya buat belajar mencintai kamu, Jung Y/N.