Merasa tidak dianggap, merasa tidak dihargai itu yang disimpulkan Y/N. Kecewa sudah pasti apalagi dirinya merasa dibohongi dengan keluarga Biantara. Mengapa bisa mereka berbuat nekat? Lebih tepatnya membiarkan anaknya berselingkuh lalu menutupi semua aibnya dengan kematian.
Gila, ini benar-benar gila. Gue jadi merasa kasihan sama Mas Jaehyun. Kenapa Mas Jaehyun sampai nggak tahu masalah ini? Segoblok itu ya emang kalau cowok udah bucin.
Kembali melamun Y/N jadi memikirkan perbincangan dirinya bersama dengan Nara tempo hari. Di mana wanita itu menangis terisak. Merasa bersalah karena telah meninggalkan anak juga suami yang begitu peduli dan menyayangi dirinya.
Tetap saja Y/N merasa kesal dengan sikap dan pilihan yang diambil oleh mama dari Jenandra. Berkedok dibalik kata khilaf. Y/N pikir hanya pria saja yang bisa selingkuh ternyata wanita juga bisa diselingkuhi dan menyelengkuhi.
"Kalau udah gini gue mesti gimana anj. Kayak makan buah simalakama. Bertahan juga percuma, buat apa juga kan? Tapi kalau gue nyerah kasihan sama Mas Jaehyun. Kalau dia nggak tahu gimana peringai istrinya sampai seumur hidup gimana? Astaghfirullah. Bingung hamba."
"Saya tahu saya salah. Saya khilaf waktu itu karena mantan pacar saya sakit. Nyatanya setelah saya selidiki dia sama sekali nggak sakit. Dia cuma terobsesi sama saya."
"Mas Jaehyun tahu soal ini?"
"Nggak ada yang tahu kecuali keluarga saya."
"Termasuk Mas Bian?"
"Justru Mas Bian yang memergoki perselingkuhan itu. Bahkan dia tahu kalau Jenandra bukan darah daging Jaehyun."
"Mbak— saya nggak—"
"Y/N. Kita sama-sama perempuan. Kamu tahu betul bagaimana perasaan saya. Saya cinta sama Jaehyun. Saya nggak mau kehilangan mereka lagi. Sekarang saya kembali, saya mau perbaiki rumah tangga saya."
"Meskipun terlambat, tapi saya tahu kalau kamu gadis baik-baik. Masa depan kamu masih panjang. Saya tahu kamu terkekang hidup bersama Jaehyun. Saya tahu persis bagaimana Jaehyun mencintai saya. Jadi, saya minta tolong sama kamu. Kembalikan keluarga kecil saya, kembalikan suami dan anak saya. Kamu mau minta apapun pasti akan saya turuti."
"Apa Mbak nggak malu? Sama sekali nggak malu?"
"Maksud kamu?"
"Maaf Mbak, saya nggak punya hak atas itu. Cuma Mas Jaehyun yang berhak meminta saya untuk tetap tinggal atau meminta saya untuk pergi dari kehidupannya. Cuma Mas Jaehyun yang berhak, bukan Mbak Nara. Saat ini, saya yang menjadi istrinya Mas Jaehyun bukan Mbak Nara. Apa yang menimpa Mbak Nara bukan menjadi tanggung jawab saya bukan? Mbak boleh bilang kalau saya jahat, saya perempuan tapi nggak bisa mengerti perasaan Mbak tapi apakah Mbak sudah berpikir beribu kali sebelum menghianati Mas Jaehyun? Apa Mbak pernah memikirkan bagaimana resikonya?"
"Mbak harusnya sadar kalau di sini bukan hanya Mas Jaehyun yang jadi korban, tapi ada Jenandra yang notabennya anak Mbak sendiri. Bukan maksud saya untuk menggurui, kalau memang Mbak meminta saya untuk merasakan atau menghargai perasaan Mbak karena kita sesama perempuan tolong hargai saya juga sebagai seorang perempuan. Apa Mbak pernah berpikir bagaimana perasaan saya setelah menikah dengan Mas Jaehyun?"
"Sakit Mbak, sakit ketika nggak dianggap kehadirannya oleh suami sendiri meskipun kami menikah secara terpaksa. Saya sudah berusaha sepenuh hati menyayangi anak Mbak. Saya sudah berusaha semampu saya menjadi seorang istri yang bisa dibanggakan oleh Mas Jaehyun. Tapi, apa yang selalu saya dapat? Nggak ada Mbak. Hati dan mata Mas Jaehyun sudah tertutup dan hanya tertuju sama Mbak. Kalau pun pada akhirnya Mas Jaehyun tetap memilih Mbak Nara dan sudah memaafkan semua yang Mbak perbuat saya siap, saya siap pergi menjauh dari kehidupan kalian. Beruntung rasa cinta itu belum semakin dalam. Bohong kalau saya tidak memiliki perasaan itu. Sebagai seorang istri, sudah sepantasnya saya mencintai suami saya. Sebagai seorang istri sudah sepantasnya pula saya berharap memiliki kehidupan yang harmonis dengan keluarga kecil saya. Tapi, saya tetap sadar diri bahwa nggak akan mudah membuat Mas Jaehyun berpaling. Karena itu, saya mengaku kalah. Saya bertahan hanya karena Jenandra selebihnya saya hanya mengikuti garis takdir."
"Y/N, saya minta maaf."
"Bukan ke saya Mbak, tapi ke Mas Jaehyun, ke Janendra dan keluarga besar termasuk keluarga besar Mbak."
"Tolong jaga anak saya. Saya akan berusaha sekeras apa pun untuk memperjuangkan mereka kembali. Saya percaya kamu akan dapat suami yang lebih baik lagi."
Y/N terkikik geli. "Siapa yang mau dengan janda Mbak?"
"Saya akan carikan kamu pasangan."
"Yah, dijodohin lagi. Males saya Mbak kalau cuma dijodohin tapi ujung-ujungnya nggak berhasil. Cuma bikin capek hati aja."
Kayaknya gue emang nggak pantes bahagia deh.
Sebuah tepukan di kepala membuat lamunan Y/N buyar seketika. "Ngapain sih Mas?"
"Kamu dari tadi saya perhatiin ngelamun terus. Lagi ngelamun jorok ya kamu?"
"Sembarangan banget ini duda."
"Duda duda, saya udah pensiun jadi duda."
"Mas, saya mau tanya."
"Tanya apa?" Jaehyun menatap Y/N penuh selidik. Kalau sudah seperti ini dia harus siap sedia menjawab pertanyaan random Y/N yang di luar nalar itu.
"Misalnya nih, Ada seorang duda terus nikah lagi terus istrinya yang dulu balik lagi. Kira-kira mantan duda itu bakal milih siapa? Milih istri yang dinikahi sekarang atau istrinya yang dulu yang begitu dia cintai?"
"Nggak usah pakai misal, langsung aja."
"Kalau misalnya, Mba Nara nggak meninggal terus dia masih hidup. Mas bakal pilih siapa? Kamu pilih aku atau dia?"
"Atau."
"Mas ih."
"Ngaco banget. Mana ada orang udah mati hidup lagi."
"Ya kan misalnya."
"Makanya jangan kebanyakan perumpamaan. Hidup itu realistis."
"Jadi, saya ganti pertanyaannya. Kamu bakal hidup sama orang asing yang baru kenal sama kamu atau hidup sama orang yang kamu cinta tapi memiliki banyak kebohongan?"
"Nggak ada yang bagus pilihannya."
"Tinggal pilih doang Mas, kok repot," jawab Y/N merajuk.
"Pertanyaan kamu aja berandai-andai ngapain juga saya repot-repot mikir."
"Iya juga ya?"
"Nah itu kamu tahu."
"Mas?"
"Hum?"
"Mas, saya mau tanya lagi. Tolong di jawab jujur. Kita udah hidup bersama hampir 6 bulan. Apa status saya masih sama di mata Mas? Cuma sebatas Ibu sambung buat Jenandra. Kira-kira ada perubahan nggak sih?"
"Ada."
Mata Y/N berbinar. Entah ada sedikit harapan atau tidak untuk dirinya menyelamatkan rumah tangganya yang masih seumur jagung itu.
"Berapa persen?"
"2 %"
"Dikit amat, tapi nggak apa masih banyak waktu buat jadi 100%, ya kan?"
"100% apa?"
"98% lagi, kalau saya mau berusaha masih sempat nggak ya Mas?"
Jaehyun mengernyit heran, ke mana arah pembicaraannya saat ini. "Maksudnya?"
"98% lagi buat saya berusaha supaya Mas mau memandang saya sebagai seorang istri, bukan hanya sebagai ibu sambung Jenandra."
Sedari awal saya sudah menganggap kamu sebagai istri saya Jung Y/N, hanya saja saya belum bisa menerima kamu di hati saya.
Terlambat sudah~
KAMU SEDANG MEMBACA
JAEHYUN IMAGINES (COMPLETED)
FanfictionWork ini adalah lanjutan kisah Jaehyun As. Mungkin cerita sebelumnya lebih menceritakan perihal Jika Jaehyun menjadi, tapi work kali ini lebih mengangkat ke topik permasalahannya. Ada kemungkinan juga beberapa Chapter yang belum terselesaikan di par...