BAGIAN 02

34.6K 2.6K 22
                                    

02. Kehidupan Antagonis

Flashback

Saat itu hari sangat cerah berbeda sekali dengan suasana hati orang yang kini tengah duduk dikursi pojok cafe, wajahnya tertutupi buku yang lumayan tebal membuat orang tidak ada yang menyadari ekspresinya sekarang.

"Jihan" sapa seorang gadis bersurai hitam sebahu. Gadis itu pun langsung duduk diseberang orang yang tadi ia panggil 'Jihan'.

Sedangkan Jihan sendiri masih tetap dalam posisinya tanpa menjauhkan buku di genggamannya. Gadis itu mengira bahwa sahabatnya sedang merajuk pun berniat untuk membujuknya.

"Jihan maafkan aku, kau tahu kan akhir-akhir ini jalanan selalu macet jadi karena itu aku terlambat" tidak ada sahutan dari Jihan membuat gadis itu berpikir kalau sahabatnya tidak mempercayai ucapannya.

Buru-buru gadis itu melanjutkan, "Jihan aku bicara jujur. Mmm begini saja sebagai permintaan maaf ku hari ini aku yang traktir, bagaimana?" masih tidak ada respon, gadis itu mulai bingung dengan cara apalagi dia harus membujuk Jihan.

"Ak—" ucap gadis itu terhenti ketika melihat buku yang sedari tadi menghalangi pandangannya turun yang hanya memperlihatkan mata sahabatnya, dia terpaku melihat mata sembab Jihan.

"Lu-na" suara Jihan yang terdengar serak memperkuat keyakinan gadis itu jika sahabatnya habis menangis.

"Ya! Kau kenapa?!" Luna dengan reflek menaikan satu oktaf nada bicara dia, tangannya pun berusaha menyingkirkan buku berupa novel tersebut dari wajah Jihan.

Jihan yang lengah pun tidak bisa mempertahankan bukunya, sekarang wajah merah sembabnya terlihat jelas dimata Luna.

"Luna cepat kembalikan buku ku!" ujar Jihan berusaha menutupi wajahnya dengan kedua tangan.

Luna tak menghiraukan perkataan Jihan, "Jihan, kau menangis?" pertanyaan bodoh yang dilontarkan Luna membuat Jihan sedikit kesal.

"Apa kau tidak bisa lihat!" ucap Jihan sengit.

"Baiklah, tapi kenapa kau menangis?"

"Ini semua gara-gara kau" Luna mengernyit bingung.

"Aku?" tanya Luna memastikan pendengarannya, siapa tahu dia salah dengar.

"Ya kau! Sebenernya novel apa yang kau buat itu!" ujar Jihan seraya membersihkan wajahnya dengan tisu.

"Apa ada yang salah? Bukankah ceritanya berakhir bahagia?" Jihan rasanya ingin meremas muka sahabatnya karena gemas.

"Ada, banyak. Masih banyak hal dicerita yang tidak kau jelaskan."

"Apa maksudmu, ada beberapa penulis novel kan memang sengaja menyisakan beberapa hal untuk membuat pembaca bingung dan menebak-nebak. Aku hanya ingin mengikuti mereka" ucap Luna santai sambil menyesap kopi milik Jihan yang masih utuh.

"Tapi apa hanya karena itu kau menangis?"

"Tentu bukan! tapi kematian Arthur."

Luna terdiam, "Kau kasihan? kau aneh, disaat yang lain senang atas kematian Antagonis kau malah menangisinya."

"Awalnya pun aku berharap akan kematiannya, tapi ketika diakhir cerita dijelaskan bahwa Arthur saudara tiri dari Gabriel aku jadi merasa ada yang sesuatu yang membuat Arthur melakukan tindakan kriminal seperti itu." tutur Jihan

"Tidak mungkin ada orang yang melakukan kejahatan sampai sebegitu nya jika tidak ada alasan besar" imbuhnya.

"Tapi mereka hanya karakter fiksi Jihan, didunia fiksi apapun bisa terjadi." Jihan tahu. Tetapi hatinya berkata lain, entahlah Jihan sendiri bingung dengan perasaannya.

Beloved Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang