18. Hadiah Untuk Arthur
"Nona."
Raut terkejut tampak jelas di wajah suster ketika ia mendapati seorang gadis yang sangat ia kenali berdiri tepat di depan pintu rawat.
Kalysta meringis melihatnya, "Maaf. Apa aku mengejutkan mu?"
Mata Kalysta tak sengaja menangkap sebuah nampan yang di bawa oleh suster di hadapannya.
"Saya baru saja mengganti infus Tuan Arthur" ucap suster seperti paham apa yang di pikirkan oleh Kalysta.
Kalysta kembali menatap orang yang berada di depannya. "Ah, begitu?"
Suster tersenyum, "Apa anda ingin menjenguk Tuan Arthur?" tanyanya tepat sasaran.
Kalysta mengangguk.
Setelah itu suster tersebut pun mempersilahkan Kalysta untuk masuk keruang rawat Arthur, dan meninggalkan Kalysta berdua saja dengan Arthur.
Kalysta menghampiri ranjang rumah sakit yang dimana disana terdapat Arthur yang tengah memejamkan matanya.
"Kau terlihat sangat nyenyak" gumam Kalysta di antara keheningan.
Kalysta lalu menaruh tote bag yang ia bawa di meja dekat sofa yang sengaja di taruh diruangan itu, kemudian kembali duduk di bangku samping ranjang.
1 menit.
2 menit.
3 menit.
Kalysta masih tetap diam. Gadis itu berusaha menyiapkan dirinya untuk apa yang nanti akan terjadi, ia tidak ingin kejadian saat dirinya pingsan disekolah kembali terulang.
Kalysta sangat ingat apa tujuan awalnya berada disini, yaitu untuk memastikan sesuatu yang dimana itu sangat penting, karena hal itu bisa jadi menjadi petunjuk Kalysta dimasa depan.
Tangan Kalysta mulai terangkat dan menaruhnya di atas dahi milik pemuda yang masih setia memejamkan matanya.
Kerutan muncul di dahi Kalysta.
'Tidak ada.'
"Kalysta."
Kalysta tersentak mendengarnya. "Arthur? Kau sudah bangun?"
Arthur menahan tangan Kalysta saat gadis itu berusaha untuk menariknya kembali dan memindahkannya ke sisi wajah pemuda itu.
"Kau disini?"
Kalysta terdiam.
Memori asing tiba-tiba kembali, memaksa masuk kedalam kepalanya, layaknya sebuah kaset yang berulangkali menampakan gambaran seseorang secara bergantian.
Arthur mengernyitkan dahinya, ia kira mungkin saja Kalysta merasa tidak nyaman karena dirinya menyentuh tangan gadis itu.
Maka dari itu dengan perasaan enggan dan sedikit kecewa Arthur hendak melepaskan genggamannya. Tetapi kini giliran dirinya yang dibuat terkejut oleh Kalysta yang tiba-tiba saja menggenggam erat tangannya kembali.
Meski bingung dengan reaksi gadis itu Arthur tetap diam membiarkan Kalysta berbuat semaunya dengan perasaan berbunga-bunga.
Beberapa saat berlalu, selama itu hanya ada keheningan di dalam ruangan itu. Kalysta yang sibuk dengan isi pikirannya dan Arthur yang bungkam sembari menikmati wajah cantik Kalysta.
"Akh! sssttt" ringis Kalysta.
Sama seperti kejadian disekolah, kepala Kalysta pun merasakan sakit yang sama persis, seiring memori itu muncul. Bedanya ia bisa menahan diri sekarang dan karena itu Kalysta tidak berakhir pingsan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beloved Antagonist
Fantasy"Bahkan jika bukan semua orang, aku akan menjadi satu-satunya yang mencintaimu." ••• Arthur Sebastian merupakan nama Antagonis dari novel 'With You' yang berakhir mengenaskan setelah berulangkali berusaha memisahkan kedua Protagonis. Perilakunya yan...