BAGIAN 09

23.7K 2.3K 18
                                    

09. Hanya Seperti 'Sepasang Kekasih'

Bug!

"Akh! Aduhh" pekik Emily sembari mengusap bagian belakang kepalanya yang terkena penghapus papan tulis.

Sang pelaku pelemparan penghapus langsung berlari dengan panik kearah Emily, "Emily, maafkan aku, sungguh aku tidak sengaja" ucap Justin penuh sesal.

"Jadi kau!" teriak Emily menatap garang kearah Justin, tanpa babibu gadis itu memukul punggung Justin dengan brutal.

"Akh! Emily maafkan aku" Justin berlari, berusaha menghindar dari pukulan maut gadis yang kini sedang mengejarnya.

Suasana yang tadinya sudah ramai bertambah ramai karena aksi kejar-kejaran Justin dan Emily. Kelas-kelas memang sedang jam kosong dikarenakan lima menit yang lalu, para wali kelas memberitahukan kepada murid-muridnya bahwa akan ada rapat yang kemungkinan akan berlangsung selama kurang lebih dua jam.

Sedangkan teman-teman yang lain tidak ada niatan untuk membantu, bahkan mereka semua tertawa seperti sedang menonton pertunjukan komedi.

Tak terkecuali Jihan, "Bukankah mereka pasangan yang lucu."

"Pasangan?" ucap gadis dengan wajah baby face, Lilly. Lalu ia tertawa tanpa sadar.

"Ups, maafkan aku Kalysta" Lilly menutup mulutnya ketika menyadari sikapnya yang sembrono.

Jihan mengernyit, "Kenapa? apa aku salah?"

Saat ini Jihan dan ketiga teman barunya sedang duduk berhadap-hadapan, dengan posisi Jihan yang meminjam bangku milik Cindy–teman sebangku Lilly.

"Mereka bukan pasangan Kalysta" ujar Ellen.

"Benarkah? Aku kira mereka pasangan."

"Pada awalnya juga kami berdua mengira mereka sepasang kekasih, tetapi Emily bilang mereka hanya teman kecil" ucap Lilly yang diangguki oleh Ellen.

"Teman kecil ya. Pantas saja mereka berdua keliatan sangat dekat."

"Huhh, aku lelah" ucap Emily yang baru singgah kembali ketempat duduknya.

"Suruh siapa berlari" ucap Ellen, tak ayal ia pun memberikan sebotol minuman miliknya untuk Emily.

"Ini semua gara-gara laki-laki jelek itu!" ucap Emily bersungut-sungut sehabis meminum air yang temannya berikan.

"Jangan terlalu membencinya. Apa kau pernah dengar pepatah seperti, jangan terlalu membenci seseorang karena itu bisa berubah menjadi cinta" ucap Lilly bijak.

"Aku tidak membencinya" gumam Emily yang masih bisa didengar ketiga orang didekatnya.

"Berarti kau menyukainya?" ucap Jihan tersenyum menggoda.

"Tidak!" tegas Emily dengan pipi merah merona membuat Jihan dan yang lainnya tertawa.

Tawa Jihan seketika reda ketika tanpa sengaja melihat sosok pemuda yang duduk menyendiri dipojokan.

"Apa dia memang selalu begitu?" ucap Jihan tanpa mengalihkan pandangannya dari sosok pemuda yang sedang memunggunginya.

Ellen mengikuti arah pandang Jihan, yang diikuti Lilly dan Emily.

"Arthur? Dia memang seperti itu, setiap hari" ucap Ellen.

"Apa guru tidak ada yang menegurnya?" ujar Jihan penasaran karena saat jam pelajaran Arthur hanya tidur dan guru pun tidak menegurnya, padahal ia yakin guru mereka melihatnya meskipun bangku yang diduduki Jihan dan Arthur berada dibagian belakang.

"Dulu dia memang sangat sering ditegur dan dihukum oleh guru karena tertidur waktu jam pelajaran, bahkan seingat ku dia pernah diskors" ujar Emily.

"Benar, tetapi karena otaknya yang pintar dia jadi bisa menjawab soal pertanyaan setiap kali guru menyuruhnya maju, bukan hanya itu nilai ujiannya pun selalu sempurna membuat guru-guru mulai membiarkannya" Lilly menimpali.

Beloved Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang