BAGIAN 24

12.9K 1K 11
                                    

24. Cinta Yang Membutakan

"Bukankah ini aneh? Dia tidak seperti biasanya."

"Mungkin dia akhirnya memilih menyerah setelah kejadian hari itu."

"Entahlah, aku merasa bukan karena itu" perasaan Sonya bertolak belakang dengan apa yang dikatakan oleh Thalia.

"Lalu?"

"Bisakah kalian diam?" ucap Nora dengan tegas, wajahnya tampak tidak bersahabat.

Thalia maupun Sonya saling bertukar pandang, mereka sepertinya memiliki pemikiran yang sama tetapi lebih memilih diam.

Meski Nora tidak pernah menyampaikan isi pikirannya, tetapi percayalah gadis itu juga tengah memikirkan sikap Elysia yang tidak biasa seperti sebelumnya. Nora juga memiliki perasaan yang sama seperti yang Sonya katakan mengenai hal ini.

Sudah hari ketiga setelah kejadian di pesta itu terjadi, dan sampai sekarang tidak ada tanda-tanda bahwa Elysia akan membalas dendam kepada Nora.

Entahlah, apa dirinya harus merasa senang, atau khawatir?

"Kali ini apa yang akan jalang kecil itu lakukan" gumam Nora.

"Kau mengatakan sesuatu?"

Tanpa menjawab pertanyaan Sonya, Nora beranjak pergi meninggalkan kebingungan dari kedua temannya.

"Nora, tunggu!"

Di lain sisi, di meja pojok kantin terdapat segerombolan pemuda yang tengah duduk berhadap-hadapan.

"Apa aku harus membunuhnya?"

Plak!

"Ahk!"

"Jangan berlebihan! Masih beruntung kau hanya mendapatkan luka lecet saja, bukan mati" ujar Marcus mulai malas meladeni ocehan orang di sampingnya.

Orang itu--Corwin selalu berbicara ingin membunuh orang yang sudah menabraknya, padahal luka yang pemuda itu dapatkan hanya luka kecil yang disebabkan juga karena kecerobohannya sendiri yang bermain ponsel saat berjalan.

Corwin yang mendengar kalimat 'hanya' untuk luka yang ia dapatkan pun merasa tidak terima, "Ya! Apa kau tidak tahu? Mau itu luka kecil atau besar, itu sama-sama menyakitkan!"

Marcus berdecih, tidak menyangka kalau dirinya akan mendengar kalimat itu dari mulut seorang psikopat gila yang sangat suka menyiksa para korbannya.

"Kenapa kau melihatku seperti itu?" tanya Corwin yang merasa aneh karena Marcus yang terus-menerus menatapnya.

"Aku sedang melihat seorang psikopat berbicara omong kosong."

"El!"

"Kau--" tangan Corwin yang tadinya sudah siap akan memukul tengkuk Marcus seketika berhenti di udara saat mendengar panggilan dan suara yang terdengar familiar.

"El, aku duduk ya!" nadanya terdengar ceria, dan semua orang disana tahu itu hanya berlaku untuk satu orang saja.

"El--"

"Bukankah sudah aku bilang jangan memanggilku seperti itu?"

"Kau sedang makan?" bukannya menjawab Nora malah mengganti topik pembicaraan.

Menurutnya sudah menjadi kebiasaan sapaan hangatnya selalu di balas nada ketus oleh Gabriel, meski awalnya menakutkan tetapi sekarang tidak lagi.

Nora menyakini meski Gabriel terlihat dingin dan selalu menolaknya pemuda itu sebenarnya sangat baik, terbukti Gabriel tidak pernah sekalipun bermain tangan kepadanya. Bahkan ketika Nora sudah memaksa, pemuda itu hanya akan menolaknya dengan ketus lalu pergi.

Beloved Antagonist Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang