Part 3 (Lovers)

38.1K 307 4
                                    

Jangan lupa vote sama komen

Note : banyak typo

***

Suasana pagi hari di kampus selalu ramai diisi oleh mahasiswa. Ada yang berdesakan ingin buru-buru masuk ke kelas, ada juga yang bersantai di koridor sambil menunggu jam masuk.

Begitu juga dengan Lea yang baru saja menginjakkan kaki di lantai dua gedung kuliah. Dia melenggang dengan santai melewati mahasiswa lainnya, berjalan menuju kelas. Berbeda dengan Vani yang lari terbirit-birit hingga tidak sengaja menabrak bahunya.

"Aw." Lea meringis pelan sambil mengusap bahunya.

"Sorry, Le. Gak sengaja, gue lagi buru-buru." Vani mengatupkan tangan di depan dada, meringis. Dia berkata sambil terus melangkah. "Lupa ngerjain tugas." Kemudian lari secepat yang dia bisa ke kelas.

Lea hanya menggeleng-geleng kepala. Vani tidak sengaja menabraknya, lagi pula rasanya juga tidak terlalu.

"Dasar Vani." Gumam Lea.

Lea terus bergerak menuju kelas. Ia menunduk, mengecek jam di tangan. Masih tersisa sekitar 20 menit lagi sebelum kelas dimulai. Semua tugas sudah dia kerjakan dari beberapa hari yang lalu. Lea bisa bernapas dengan tenang tanpa mengkhawatirkan apapun.

"Aww!" Lea meringis sakit.

Kepala Lea mundur ke belakang bersama dengan tarikan di ujung rambutnya. Disusul dengan rasa nyeri setelah itu.

"Aw aw, sakit ya, Tuan Puteri." Si pelaku menepuk-nepuk kepala Lea sambil membuat wajah meringis yang menyebalkan.

"Maaf." Gio tertawa. Menikmati delikan tajam dari Lea. "Gue sengaja."

Lea menepis tangan Gio. "Apaan sih! Kepala gue sakit tau."

Gio tersenyum mengejek. "Masa? Katanya lo dijuluki mahasiswa pintar nan cerdas. Kalau gitu aja sakit, gimana otak lo bisa menampung semua pengetahuan dan informasi yang banyak banget. Gue ragu kalo lo itu emang pintar."

Lea melotot. "Kurang ajar." Dia menunjuk wajah Gio dengan telunjuk.

Jika berhadapan dengan Gio, semua reputasi mahasiswa pintar dan cerdas yang tersematkan pada Lea langsung lenyap seketika. Alih-alih terlihat sebagai mahasiswa pintar, Lea lebih seperti korban bully.

Gio dengan cepat menangkap tangan Lea. "Eitss, gak boleh gitu dong."

Lea menarik tangannya dari cengkeraman Gio.

"Sama kating itu harus sopan. Bilang 'Kak, selamat pagi', bukannya malah ngatain terus nusuk matanya pake jari." Lanjut Gio.

Gio tersenyum puas melihat Lea yang menghembuskan napas kencang. Lirikan tajam dari perempuan itu justru membuat Gio semakin bersemangat untuk mengganggunya.

"Gue gak akan begini kalo lo gak ganggu gue duluan." Ujar Lea jengkel.

"Lebay." Gio mencentil kening Lea dengan jari telunjuk. "Bercanda aja kali."

"Dasar gil-"

"Pacar lo datang." Gio memotong ucapan Lea cepat, menatap ke arah belakang Lea di mana seorang lelaki sedang berjalan ke arah mereka.

"Kayaknya dia cemburu deh ngeliat lo bareng sama gue." Kata Gio setengah mengejek.

Menoleh ke belakang, Lea mengikuti arah pandang Gio. Dan benar saja, teman sekelasnya yang bernama Gilang sedang berjalan menghampiri mereka. Melangkah dengan percaya diri hingga tiba di antara Lea dan Gio.

Gilang tampak begitu tenang ketika menghadapi Gio yang merupakan kakak tingkat yang disegani karena reputasi keluarganya, serta ketampanannya yang sering dipuja-puja para wanita. Andai saja Gio memiliki akhlak dan sikap yang lebih baik dan tidak suka merundungnya, Lea juga pasti akan terpesona dengan ketampanan Gio. Sayangnya, mata Lea sudah buram karena sifat Gio yang menyebabkan. Yang bisa Lea lihat hanyalah perangi buruk dari Gio saja.

Short Stories (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang