Part 4 (Affair)

43.3K 178 8
                                    

Ketika aku berjalan masuk, kerumunan orang dengan pakaian yang mewah dan elegan menyapa netra mataku. Ditemani suara alunan musik sebagai background, suara mereka tumpang tindih menjadi satu.

Aku berjalan melewati beberapa orang, menatap sekitar sampai mataku menemukan seorang perempuan cantik bergaun biru melambai ke arahku. Secara refleks tanganku balas melambai, tersenyum lalu melangkah menghampirinya.

"Claudia."

Renata memeluk tubuhku dengan erat. Kami berpelukan selama beberapa saat.

"Makasih udah datang."

Renata kelihatan bahagia sekali. Seperti ada cahaya terang yang memancar di wajahnya. Kedengarannya memang sedikit berlebihan. Tapi semenjak bertunangan satu bulan yang lalu, dia kelihatan lebih bahagia.

Wajar saja. Perempuan mana yang tidak akan bahagia kalau bersanding dengan pria tampan, kaya dan baik hati. Aku yakin kalau Renata adalah salah satu perempuan paling beruntung di dunia karena memiliki tunangan sebaik Dion. Pria itu memiliki kualitas yang diinginkan semua orang. Dion bahkan rela untuk menunggu selama 7 tahun sampai cintanya diterima oleh Renata.

Lalu sekarang, berselang satu bulan setelah acara pertunangannya, adalah acara ulang tahun pernikahan orang tua Renata. Aku berpaling, menatap ke tempat orang tua Renata berdiri. Pasangan yang sudah menikah selama puluhan tahun itu tampak bahagia dan menikmati momen berharga ini.

Tersenyum, aku menatap Renata kembali. "Aku yang senang bisa datang. Pestanya keren sekali."

Pesta yang dilaksanakan di kediaman orang tua Renata ini memang luar biasa. Dari dekorasi sampai menu yang disajikan, semuanya terlihat sudah dipersiapkan dari jauh hari untuk menyambut hari yang membahagiakan ini. Tidak ada kekurangan sedikit pun.

Renata melirik ke sekitar secara sekilas lalu tersenyum. Senyum bahagia bercampur bangga.

"Mama yang menyiapkan pesta ini dari jauh hari. Kamu tahu, beliau selalu bersemangat untuk menyiapkan segala hal setiap tahunnya agar semuanya berjalan dengan sempurna. Jadi, gak diragukan lagi kalau hasilnya akan sebagus ini."

Ucapan Renata tidak terdengar pamer sama sekali, malahan lebih terdengar seperti rasa bangga. Lagipula, buat apa dia pamer, kalau kami saja berasal dari keluarga yang memiliki latar ekonomi yang sama.

Aku sudah terbiasa melihat barang-barang mewah dan menghadiri pesta berkelas. Hanya saja, keluarga Renata memiliki kehangatan yang jarang aku rasakan. Kedua orang tuaku sangat sibuk, untuk menggantikan ketidakhadiran peran mereka dalam hidupku, mereka menggantinya dengan uang dan barang mewah.

Aku bersyukur memiliki kehidupanku sekarang. Hanya saja, aku juga ingin merasakan kehangatan dari orang tua juga seperti yang Renata rasakan.

Untungnya sekarang aku sudah bekerja dan memiliki kesibukan sendiri, jadi aku akan menghabiskan banyak waktu tenggelam dalam pekerjaan alih-alih merasa sedih karena kesepian.

"Gak diragukan lagi, kemampuan Tante Sarah memang luar biasa. Pesta yang beliau siapkan selalu membuat aku tercengang." Pujiku tulus.

"Kamu benar." Balas Renata. Tentu saja dia setuju dengan ucapanku. "Aku saja kalah kalau soal menyiapkan pesta."

Kami tertawa bersama mendengar ucapan Renata.

Kemudian, tatapan Renata tampak seperti orang yang tengah mencari-cari sesuatu. Aku mengernyit samar, penasaran dengan apa yang sedang dicarinya.

"Kamu... datang sendiri?" Renata bertanya dengan ragu-ragu. Nada suaranya terdengar tidak enak hati.

Aku mengangguk, tersenyum tipis. Jadi, itu yang membuat Renata mencari-cari, dia sedang mencari keberadaan seseorang. Lebih tepatnya keberadaan pacarku.

Short Stories (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang