Part 5 (Husband & Wife)

29K 259 7
                                    

Arin menatap pantulan tubuhnya yang dibalut dress berwarna ungu di depan cermin. Berputar, menatap dari atas ke bawah, memastikan ia tidak kekurangan satu hal pun. Dia tampak cantik. Penampilannya sudah mempesona.

Hanya satu yang kurang. Rasa percaya diri.

Dimas muncul dari arah belakang, dalam balutan jas hitam yang rapi. Tersenyum melihat istrinya yang berdiri di depan cermin. Cantik seperti biasanya.

Dimas melangkah menuju Arin, memeluknya dari belakang. "Cantik banget."

Arin menyentuh tangan Dimas yang melingkari pinggangnya. Terdiam sebentar dengan mata yang mengamati pantulan wajah mereka di cermin.

"Apa dressnya kelihatan cocok sama aku?" Tanya Arin kepada Dimas.

"Cocok banget. Kamu selalu cantik pakai apapun." Dimas menjawab tanpa ragu. Dia mengecup pipi Arin sekilas. "Aku yakin kalau di pesta ulang tahun Lala nanti, kamu bakal jadi perempuan paling cantik di sana."

Tidak lama lagi Dimas dan Arin akan menghadiri pesta ulang tahun dari anak adiknya Dimas. Lala namanya. Gadis kecil itu berusia empat tahun tepat di hari ini. Tapi bukan itu yang menjadi sumber keresahan Arin. Bukan pesta ulang tahunnya, melainkan orang-orang yang hadir di sana nanti.

"Mas." Arin melepaskan pelukan Dimas, berputar, menghadap wajah suaminya yang tampan. "Takut." Ujar Arin pelan.

Wajah Dimas berubah murung. Seolah-olah keresahan Arin tersalurkan padanya. Dia merangkum wajah Arin dengan lembut.

"Kenapa, Sayang?"

"Aku takut datang ke pesta ulang tahun Lala." Arin berbicara ragu-ragu. Kemudian menggeleng pelan. "Bukan pesta ulang tahunnya. Tapi orang-orang di sana..."

Arin terdiam. Dia mencekram tangan Dimas untuk menyalurkan kekalutan di dalam dirinya.

"Apa kita gak usah datang aja?" Tanya Dimas. Bagi dirinya, kenyamanan dan keselematan Arin selalu jadi nomor satu.

"Gak." Balas Arin cepat. "Gak enak sama Elisa dan Hendra."

Arin tidak bisa bersikap kekanakan hanya karena ia takut bertemu dengan orang-orang yang mungkin akan berbicara buruk tenang dirinya. Itu tidak mencerminkan sikap dewasa sama sekali. Selain itu, ada harga diri suaminya yang harus dijaga. Apa kata orang nanti kalau mereka tidak datang ke pesta ulang tahun Lala yang dihadiri juga oleh kolega bisnis Dimas?

Tidak. Arin tidak bisa memberikan mereka ruang lagi untuk lebih leluasa menjatuhkan dirinya.

"Kita bakalan tetap datang." Lanjut Arin. "Aku cuma gak nyaman aja untuk ketemu beberapa orang di sana nanti. Tapi, gak mungkin oleh sikap aku yang kekanakan gini kita gak datang ke ulang tahun Lala. Kasian dia nanti kalau Tante kesayangannya gak datang." Ujar Arin seraya berusaha tersenyum.

"Dengar. Kalau ada yang gangguin kamu, bilang sama aku. Gak perlu kasihan sama mereka." Dimas menatap Arin tepat di dalam matanya. "Aku yang bakal kasih pelajaran sama orang-orang itu. Ngerti?"

Arin mengangguk. "Iya, Mas."

Dimas tersenyum. Mengusap pipi Arin. "Berangkat sekarang?"

"Iya." Jawab Arin.

***

Kediaman Hendra dan Elisa yang merupakan orang tua Lala sudah dipenuhi oleh banyak tamu. Ruangan dihias sesuai dengan selera anak-anak. Warna pink dan putih mendominasi tempat itu. Ada banyak anak yang datang, yang pastinya didampingi oleh orang tua masing-masing.

Beberapa orang mungkin akan berpikir kalau pesta ini sedikit berlebihan untuk anak perempuan yang baru berumur empat tahun. Namun tidak bagi Hendra dan Elisa yang sangat memanjakan putri mereka.

Short Stories (21+)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang