Taukah kau nona,
lekuk senyum simpulmu layaknya buih ombak di lautan,kau membuat para burung mati dengan racun yang sangat mematikan,
akibatnya mayat bergelimpangan di pinggiran,akankah kau sadar bahwa itu pertanda buruk bagi nelayan, wahai nona?tak perlu kau umbar senyummu hai nona,
Jika membunuh satu atau sekawanan burung adalah tujuanmu,maka tak perlu lagi ada badai ditengah hujan,nona.cukuplah aku yang mabuk atas rintik yang kau tabur nona,cukuplah kapitalis yang diberikan kebebasan untuk menduduki singgasana,jangan kau hancurkan karang dengan ombak yang sengaja kau ciptakan,karna sekali kakimu melangkah,badaipun tak sempat mengumpulkan pasukannya nona.
pulanglah,sudah cukup dunia menjadi cermin terbalik bagimu nona,
tak perlu meminta izin atas tuan tanah yang tak tau rasanya belas kasih,
besok atau nanti dunia akan penuh oleh debur yang takkan siap kau bendung nona.siapkan telingamu hai nona,
dengarkan amuk sang lautan atas gelombang yang tak sempat kau deburkan di permukaan,atas karang yang bertabur di bebatuan,atau atas sampan yang kau jinjing ke tengah lautan,
kau harus siap nona,
karna tak ada lagi harapan atas ikan laut yang hidup di air tawar,
bendungan pantai yang diberi pagar,
dan kau sadar,bahwa dengan lengan kau topang dagumu yang tertidur dikamar.