Chap 15. Sakit (1)

399 55 1
                                    

"𝘜𝘩𝘶𝘬! Haa.. Kupikir efeknya sudah hilang, ternyata aku malah kena demam sungguhan.. Hufft.. Kepalaku berat sekali.. "

***

Keesokan harinya setelah insiden kolam renang.

Di kelas 3-E.

"Ne, tumben sekali (Name)-san belum datang? Biasanya dia selalu datang paling awal." ucap Kayano saat melihat bangku (Name) yang masih kosong.

Ucapannya barusan di notice oleh Karma dan Nagisa.

"Mungkin saja (Surname)-san sakit? Wajahnya sangat pucat kemarin, apalagi setelah terbawa arus." Nagisa menebak.

Pembicaraan mereka harus terhenti karna bel sudah berbunyi, tak lama Koro-sensei masuk kelas dan seperti biasa akan disambut oleh percobaan pembunuhan oleh murid-muridnya, yang tentu saja selalu mudah dihindari.

Koro-sensei berdiri di depan kelas dan seperti biasa menyapa semua murid sebelum memulai pelajaran. Saat ia akan memulai pelajarannya, terdengat ketukan di pintu kelas mereka, yang ternyata adalah Irina dengan sebuah surat ditangannya.

Irina bilang (Name) tidak bisa masuk karna sedang demam. Koro-sensei mengangguk kepala saat mendengar penjelasan Irina.

Irina pun keluar kelas setelah selesai memberikan surat izin (Name), Koro-sensei pun memulai pelajarannya.

Karma terlihat tidak fokus mendengarkan penjelasan materi Koro-sensei, pikirannya terus memikirkan (Name) ia juga sering mencuri pandang ke kursi (Name) yang kosong.

.

.

.

"𝘏𝘢-𝘩𝘢𝘤𝘩𝘶𝘶!"

Disisi lain, seorang gadis dengan rambut pirang nya tengah berbaring di kasurnya dengan wajah yang memerah. Ia terlalu lemah untuk sekedar bangun dari kasurnya, kepalanya terasa sangat pusing, bahkan gadis itu belum makan apa-apa sedari pagi.

Saat akan kembali menutup matanya, terdengar seseorang yang menekan bel kamar apartemennya, gadis itu bersusah payah bangun dari kasurnya sembari memegang kepalanya yang pusing.

"Siapa?" monolognya.

Dengan berpegangan pada dinding, ia berjalan pelan menuju pintu utama. Saat sudah sampai, ia membuka pintunya dan mendapati seseorang yang menunggunya.

"Eh? A--"

𝘽𝙧𝙪𝙠𝙠!

"(Name)?!"

***

(Name) mengerjapkan matanya, menyesuaikan cahaya yang masuk. Ia merasa ada benda dingin yang menempel di dahinya.

Pengelihatan (Name) masih agak buram karna efek demam. Saat dirasa sudah agak membaik, terlihat sesosok pemuda yang sedang duduk di samping kasurnya sembari mengganti kompresnya.

"𝘈𝘯𝘪𝘬𝘪?"

Pemuda yang dipanggil 𝘈𝘯𝘪𝘬𝘪 itu tersenyum lembut pada (Name), tangannya dengan lembut menempelkan kompresan handuk yang sudah diganti di dahi gadis itu.

"Kau sudah bangun.. Bagaimana keadaanmu? Masih pusing?" tanya pemuda itu khawatir, sembari mengusap lembut rambut (Name).

"Masih pusing.. Darimana 𝘈𝘯𝘪𝘬𝘪 tau aku sakit?" tanya (Name).

"Irina yang memberitahuku."

"Irina-nee?"

"Aa, dia bilang kau demam dan sendirian disini, Irina sedang ada urusan dan tidak bisa menemanimu, jadi aku bergegas kemari."

Pemuda tersebut bernama Kurokawa Rei. Ia adalah kenalan orang tua (Name), ia juga adalah orang yang merawat dan mendampingi (Name) semenjak orang tua gadis itu meninggal. Umurnya lebih tua 3 tahun dari (Name), Rei sangat menyayangi (Name) selayaknya adiknya sendiri.

Ia memiliki rambut seputih salju, dengan matanya yang berwarna biru muda.

Ia juga seorang pembunuh bayaran, dengan kemampuan yang hebat.

"(Name) ayo makan, kau belum makan apa-apa 'kan?" kata Rei, (Name) mengangguk dan bangun dari posisinya.

Rei membantu (Name) bangun dan duduk bersandar di kasurnya, pemuda itu dengan telaten menyuapi (Name) bubur yang dibuatnya.

Sambil menyuapi (Name), Rei sesekali menanyakan sekolahnya, apakah ia baik-baik saja di sekolahnya yang baru.





















"(Name) ayo minum obat.." bujuk Rei.

"Tidak! Aku tak mau! Obatnya pahit!" tolak (Name), gadis itu menutupi seluruh tubuhnya dengan selimut.

Sudah setengah jam Rei mencoba membujuk (Name) untuk meminum obatnya, tapi gadis itu masih tetap tak mau meminum obatnya.

Pemuda itu tetap sabar membujuk (Name), ia sudah terbiasa dengan sikap (Name) yang seperti ini.

"(Name).."

"Tidak mau dan tidak akan!"

Rei menghela napas, jika sudah begini maka ia harus melakukan sesuatu.

"Mau bagaimana lagi.." Rei mengeluarkan sesuatu dari balik jaketnya.

***

"Nah sekarang tidurlah."

(Name) tertidur setelah meminum obatnya, ya, Rei berhasil membuat (Name) meminum obatnya dan tidur.

Rei menyelimuti (Name) dengan hati-hati, takut membangunkan gadis yang sedang tertidur itu. Pemuda itu melihat jam, ternyata sudah sangat siang.

Rei keluar dari kamar (Name) dan menutup pintunya dengan pelan, pemuda itu pergi ke dapur untuk membuat teh hijau, sekalian membersihkan benda-benda yang kotor.

Ia membawa teh hijau yang dibuatnya ke ruang tengah, Rei melepas jas yang digunakannya dan meletakkannya di sandaran sofa. Pemuda itu duduk sembari menikmati teh hijaunya.

Cukup lama ia duduk di sofa sampai ia mendengar suara bel dari pintu utama.

"..??"

Rei beranjak dari ruang tengah menuju pintu depan untuk melihat siapa yang datang.

Saat pintu terbuka terlihat seorang pemuda dengan rambut merah yang sedang membelakanginya, saat pemuda itu berbalik ia cukup terkejut dengan keberadaan Rei begitu juga Rei yang terkejut melihat pemuda berambut merah itu.

𝙏𝙗𝙘..

738 𝙬𝙤𝙧𝙙𝙨.

Little Killer || Ansatsu Kyoushitsu x Reader || [SLOW UPDATE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang