2.2 JUANDA OKTAVIAN

308 66 0
                                    

Okta baru saja keluar dari ruangan sudah disambut oleh gadis cantik dari tim design produk. Namanya Salsha, sering dipanggil Acha. Gadis itu emang suka banget nempel ke Okta, beruntung saja kerjaan Okta kebanyakan di luar kantor jadi gak terlalu sering di deketin Acha.

Tiap hari kerjaan Acha ini ngintilin Okta, sering minta di anterin pulang karena rumahnya satu arah. Mana kalau ditagih duit bensin gak pernah ngasih, maunya gratisan padahal harga bbm lagi naik.

"Ngapain lo ke sini?" tanya Okta ketus.

"Mau nebeng pulang, pak." Acha menampilkan sederet gigi putih rapihnya.

"Gue gak bisa hari ini, mau ada acara ngumpul dulu," jawab Okta melangkah mendahului gadis itu.

"Ngumpul di mana pak? Acha gak diajak?" tanya gadis dengan sesilih usia lima tahun dengan Okta.

"Engga dulu ya, Cha. Soalnya gue mau kumpul sama anak-anak, pasti lama kalau lo ikut." Okta berusaha menolak dengan halus.

"Tapi Acha pengen ikut pak, di rumah gak ada siapa-siapa."

Bukan pura-pura, sekarang rumah Acha benaran sepi. Ayah dan ibunya pergi ke Bangkok ada acara bisnis. Kakak lelakinya juga gak akan pulang cepat karena harus menyelesaikan rapat di kantornya.

"Itu urusan lo, bukan urusan gue. Dah ah, awas lo ngalangin jalan." Okta menggeser tubuh Acha yang menutupi akses masuk ke lift.

Tidak menyerah sampai sana, Acha mengikutinya masuk ke dalam lift. Jangan tanya raut wajah Okta sekarang kaya gimana, yang jelas dia lagi mode senggol bacok.

"Acha gapapa deh nunggu lama pak. Acha gak mau sendiri di rumah, takut pak," rengeknya pada Okta sembari merangkul tangannya.

"Cha, jangan gini. Gue gak pandai nahan emosi loh," ujar Okta menepis tangan Acha.

Sampai di parkiran pun Acha masih mengikuti Okta. Membuat mereka jadi pusat perhatian, banyak bisik-bisik mengira jika mereka adalah sepasang kekasih yang tengah berantam.

"Cha!" bentak Okta, kali ini kelewat jengkel melihat kelakuan Acha.

"Lo nebeng sama gue, gue gak masalah Cha. Tapi kalau tiap hari banget, jujur gue risih. Apalagi kali ini gue bener-bener gak bisa bawa lo, karena gue mau ngumpul sama anak-anak." Okta menatap galak ke arah gadis itu.

Acha sudah mulai menangis merasa serba salah. Di satu sisi sebenarnya tidak mau menyusahkan siapapun, tapi sisi lain dia benar-benar tidak bisa sendiri dengan alasan yang tidak bisa dijelaskan. Terlebih orang yang dia kenal hanya Okta, tidak ada yang lain.

"Acha minta maaf pak," ujar gadis itu, berlari meninggalkan Okta yang masih marah.

Tidak peduli bagaimana tanggapan orang-orang, Okta sekarang sudah masuk ke dalam mobil. Menjalankannya dengan kecepatan tinggi menuju basecamp Paguyuban Maung. Hari ini menjadi salah satu hari paling ancur dalam hidup Okta.

"Minta sebat," ujar Okta setelah sampai di basecamp.

"Kusut banget muka lo," komentar dari Patih yang memberikan sebatang rokok.

"Gimana gak kusut, orang abis main drama di pakiran sama si Acha," timpal Mahen, si paling update gosip terhangat.

"Anjir, anak orang diapain sampe nangis begitu?" tanya Arjuna baru selesai memutar video amatir yang diambil oleh salah satu staff ditempat kejadian.

"Emang anjing kalian semua," umpat Okta kemudian pergi ke balkon luar untuk menyendiri.

Kepulan asap rokok terbentuk setelah dinyalakan. Okta bertumpu pada pagar pembatas, menyaksikan city light yang cukup indah. Selang beberapa detik, Sangga menghampirinya membawa dua gelas kopi hitam.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang