2.5 ABITAMA NURWAHID

212 59 0
                                    

Tragedi calon besan di Paguyuban Maung berhasil dicetak oleh Abitama Nurwahid. Manusia dengan tinggi 182cm melancarkan aksinya untuk menggaet adik dari Patih Sulung Sujaditama. Satu-satunya saudara Patih Sulung Sujaditama, bernama lengkap Ratulina Bungsu Sujaditama.

Ada kiranya dua bulan lalu, saat Ratu resmi masuk di CaratLand bagian Operator Database Logistic. Sebagai senior serta atasan di tim Logistic, Abitama ditunjuk menjadi tutor. Kisah cerita cinta jatuh pada pandang pertama semakin menguat sampai hari ini.

"Ratu, tolong sampaikan data ini ke bagian marketing. Tadi siang Mahen bilang kalau jadwal pemasarannya sebentar lagi," intruksi Tama pada gadis yang kini sedang berdiri di salah satu lorong rak besar.

"Baik pak." Segera Ratu mengambil alih flashdisk hitam dari tangan Tama.

"Kamu udah makan belum?" tanya Tama di sela-sela perjalanan menuju ruangan Ratu.

"Belum pak, tadi istirahat saya tidak sempat ke atas. Mungkin nanti istirahat kedua saya ke atas," jawab Ratu tersenyum manis.

Tama menyekal tangannya, menariknya untuk masuk ke ruangan miliknya. Tanpa basa-basi, dia mengeluarkan sebungkus snack dan coklat.

"Makan di sini aja," titahnya sembari membuka bungkusan untuk Ratu.

"Tapi pak, saya harus ngasih file ini," ujar Ratu yang tetap saja duduk, menuruti apa yang dilakukan Tama.

"Biar saya aja yang ke atas. Kamu duduk di sini, habiskan snacknya sambil masukin ini aja," kata Tama menyodorkan snack dan satu berkas berisi data-data sampel produk baru.

"Kata Patih, kamu itu punya magh kronis. Jangan pernah lewatin jam makan, nanti kambuh." Tama menatap gadis itu serius. Entah sebagai seorang atasan atau sebagai pacar baru dua hari, Tama tetap punya tanggungjawab besar terhadap semua bawahannya.

"Dalam hal ini, saya memberi perintah sebagai atasan kepada bawahannya. Jadi harus nurut," cetus Tama sembari berdiri mengambil lagi flashdisknya.

"Saya pergi dulu, titip ruangan. Kalau ada yang nanya saya kemana, jawab saja lagi terbang ke atas," titip Tama sebelum benar-benar pergi meninggalkan Ratu dengan kepala mengangguk-angguk paham.

Sebelum lift menyentuh lantai tiga, pintu terbuka di lantai dua. Tama bergeser sedikit mempersilahkan dua sejoli masuk. Kalau lagi berdampingan kaya gini, orang selewat pasti menganggap mereka kembar. Pada kenyataanya berbeda jauh, yang satu mirip malaikat sedangkan satunya lagi sebelas dua belas sama setan di neraka.

"Mau ke mana, Tam?" tanya Jordan setelah masuk ke dalam lift yang sama.

"Mahen minta data," jawab Tama menoleh ke kanan.

"Itu orang kalo sehari aja gak nyusahin orang lain kayanya bakal panas dingin deh," komentar Okta setelah menjadi korban Mahen, sejak pagi orang medan itu menyuruh Okta untuk melakukan banyak hal.

"Lo nya aja males," timpal Tama terkekeh pelan membuat Jordan tersenyum, saling memeberika kode bahwa Okta sudah masuk ke dalam perangkap. Sedangkan Okta mendelik tajam.

"Mahen dimana?" tanya tama sebelum melangkah keluar.

"Kalau gak ada di ruangannya, berarti di ruangan gue." Sekesal apapun manusia itu, tetap akan menjawab jika berhubungan dengan pekerjaan. Maklum, Okta menganut sekte profesionalisme dalam bekerja apapun keadaannya.

Ruangan Mahen di lantai tiga cukup jauh dari lift, letaknya ada di ujung koridor sayap kiri bangunan, bersebrangan dengan ruangan Okta. Setelah memastikan orang yang dituju ada, Tama langsung masuk tanpa mengetuk pintu.

"Mahen! ini masih siang, udah buka-bukaan aja lo pada!" pekik kaget Tama melihat dua orang dengan posisi ambigu.

"Ah, engga pak bukan gitu. Ini gak seperti apa yang bapak lihat." Byanca gelagapan segera turun dari pangkuan Mahen.

Mahen segera merapihkan kembali pakaiannya. "Bukan gitu Tam," ujar Mahen membawa Tama duduk di sofa tamu.

"Bukan gitu gimana? jelas-jelas ini gitu," cetus Tama melihatnya mereka berdua saling bergantian. Byanca tampak panik, dia duduk di sebelah Mahen dengan kepala menunduk dalam.

"Kalian berdua gila apa gimana? ini kantor bukan hotel. Kalo mau begitu check in sana." Tama sedikit membentak Mahen.

"Sumpah, dengerin gue dulu. Ini gak seperti bayangan lo," ujar Mahen mencoba menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi.

"Apa, hah? mau jelasin apa?" Tama menatap mata Mahen dengan sorotan tajam. "Ini kalo Patih tau, bisa abis lo," solotnya menunjuk wajah Mahen.

"Tenang dulu pak, saya jadi panik kalau bapaknya kaya gini," ujar Byanca bersuara meski masih gemetar.

"Tadi tuh saya kepeleset pak, ini kaki saya masih ngilu," jelas Byanca menunjukkan pergelangan kaki kanannya yang mulai membengkak.

"Gue nahan dia biar gak jatoh ke lantai," saut Mahen mempraktekan kejadiannya, hingga mau tidak mau Byanca jatuh dipangkuan Mahen.

"Kalau gak percaya, cek CCTV aja," lanjut Mahen berusaha tenang.

Tiba-tiba tawa Tama pecah seketika, sampai terjungkal dari sofa. Membuat Mahen dan Byanca menatapnya aneh.

"Prank!" teriak Tama membentangkan kedua tangannya sembari tersenyum bangga.

"Happy birthday!"

"Happy birthday pala lo botak anjir! Bukan gue yang ulang tahun!"

Terjadilah kejar-kejaran antara Tama dan Mahen sekitar sepuluh menit dalam ruangan. Byanca mengelus dadanya, memanjatkan doa-doa pada Tuhan agar dijauhkan dari aura negatif yang sedang dia tonton.

"Sumpah lucu banget kalian berdua, hahahaha." Tama memegang perutnya yang keram karena terus tertawa tanpa henti.

"Lucu banget, sampe bikin naik pitam," tukas Byanca menatap jengah dengan kelakuan atasan-atasannya.

"Jangan serius banget By, hidup itu harus ada ketawanya," katanya tersenyum senang karena berhasil mengerjai Mahen dan tangan kanannya.

"Masalahnya, alasan lo ketawa itu bikin gue jantungan setengah mati," ujar Mahen setelah menenggak air mineral dari botol di depannya.

"Kenapa? takut jadi santapan Asep ya lo?" tebak Tama diakhiri tawa puasnya.

"Keluar lo!" usir Mahen pada lelaki bungsu dari keluarga asal Lampung itu.

"Hahaha, iya iya. Maaf deh maaf," ungkapnya segera memberikan flashdisknya hitam dari saku jasnya.

Meski masih cekikikan tidak jelas, Tama keluar sebelum dirinya diserang pria babon itu. Meninggalkan Byanca dan Mahen yang masih syok dengan tuduhannya. Padahal, niat Tama hanya untuk bersenang-senang. Ah, harusnya Adipati menambahkan dirinya dalam skenario surprise ulang tahun Okta. Lihatlah, Mahen saja tidak tahu jika dirinya sedang akting.

Kembali lagi ke dalam area Logistic, Tama melanjutkan pekerjaan yang tertinggal. Bibirnya tidak bisa menahan senyuman kala melihat satu gelas americano disiapkan di mejanya. Ada stick note motif dinosaurus, menyampaikan pesan agar dirinya tetap semangat. Tanpa harus ditanya siapa yang buat, sang empunya sudah diam-diam mengintip di jendela pembatas antara ruangan dia dan Tama.

Sejurus kemudian, Tama mengetikkan beberapa pesan pendek pada handphonenya. Sontak saja Ratu berteriak dari ruangan sebelah. Tama menebak kalau sekarang Ratu tengah salah tingkah diajak kencan sepulang kerja.

"Siap komandan," lirihnya membaca balasan dari Ratu.

Akhirnya, malam minggu Tama bulan ini tidak akan sesepi minggu-minggu kemarin. Dia sudah punya seorang wanita yang bisa menemaninya kemana-mana, juga jadi bagian hidupnya untuk tahun-tahun selanjutnya.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang