2.1 REGARDA SANGGA LANGIT

414 72 0
                                    

CaratLand dibangun tepat pada tahun 2008 dipimpin oleh owner dan CEO pertamanya, yaitu bapak Rusto Sujaditama. Hingga pada tahun 2016 diturunkan ke tangan Patih Sujaditama, sebagai anak pertama dari keluarganya. Namun, karena beliau tidak mau merangkap menjadi CEO, akhirnya Sangga naik jabatan menduduki kursi tersebut.

Perusahaan berbentuk agensi ini, sejak dulu bergerak pada bidang jasa periklanan. Akan ada seleksi produk yang ingin beriklan di CaratLand. Jika sudah lolos tahap seleksi, maka kontrak akan dimulai sesuai persetujuan kedua belah pihak. Sampai sekarang CaratLand telah bekerjasama dengan perusahaan skincare dan make up, fashion, entertainment, pariwisata, teknologi, dan medis.

Berkembangnya CaratLand tentu bukan hanya dari satu tangan saja, berkat kinerja tim yang baik dan bersinergi membuat perusahaan start-up ini menjadi nomor satu terbesar se-Indonesia, merubahnya menjadi perusahaan terbatas atau PT. Yang tadinya punya karyawan gak lebih dari dua puluh, akhirnya melebarkan sayapnya hingga mempunyai kurang lebih 3000 orang.

Sangga baru saja memasuki lift naik ke lantai lima, langkah kakinya menuntun masuk ke ruang rapat yang dapat dipastikan ke dua belas partner kerjanya sudah duduk rapih. Tepat pukul 08.00 pintu rapat di tutup olehnya, Winanda sebagai sekretaris pribadinya menyalakan monitor.

"Baik, selamat pagi semuanya. Saya harap teman-teman dalam keadaan sehat dan sejahtera," ujar Sangga setelah menduduki kursi.

"Pagi juga, pak." Mereka serempak menjawab dengan semangat.

Seperti biasa, tiap awal bulan akan diadakan evaluasi mengenai target kerja yang dijalankan pada bulan kemarin, juga pembahasan pembaruan dan solusi untuk bulan ini agar semua masalah kemarin dapat diatasi lebih baik lagi.

"Ada masalah apa di bulan kemarin?" tanya Sangga menyapu pandangan ke seluruh penjuru.

"Ijin pak." Dimas angkat suara.

"Iya, Dimas?"

"Sebelumnya saya berterima kasih kepada pak Sangga dan pak Satya, telah membantu saya mengatasi insiden beberapa hari yang lalu. Saya ingin menjelaskan latar belakang terjadinya hal tersebut," ujar Dimas membuka percakapan penting ini.

"Customer tersebut adalah perwakilan dari salah satu brand produk skincare, mereka tidak terima jika penjualan brand miliknya lebih rendah dari brand sebelah yang juga beriklan di CaratLand."

"Seperti yang saya duga, isu kecemburuan memang kerap terjadi. Setelah saya amati ternyata bukan kesalahan dari konsep yang diberikan kepada brand tersebut. Namun, karena kontrak yang dipilih juga mempengaruhi treatment kita terhadap suatu brand," lanjut Dimas memperhatikan detail-detail yang telah dia data sebelum rapat berlangsung.

"Saya di sini ingin meminta pendapat dan solusi untuk isu kecemburuan sosial ini. Bagaimana caranya agar tidak terjadi lagi untuk kedepannya?" Dimas mengakhiri pembicaraan dengan sebuah tanda tanya.

"Permisi, ijin bersuara," timpal Mahen sebagai tim Marketing yang bertanggung jawab besar pada bagian penjualan.

"Menanggapi perbedaan kontrak yang dipilih oleh brand A, maka menurut saya harus lebih selektif lagi dalam menjalin kontrak bersama brand dengan produk sesama jenis. Saya juga menyarankan agar tidak mengambil lebih dari dua brand produk similar dalam satu periode kontrak yang berdekatan," lanjutnya menjelaskan solusi terbaik dan simpel untuk dilakukan.

"Baik, Mahen sudah memberikan saran dalam jangka panjang. Namun, untuk jangka penddeknya apa ada solusi?" tanya Sangga.

"Sebenarnya tidak sulit pak," sahut Patih yang berada pada tim operasi sebagai penghubung antara kantor dan produksi.

"Cukup dengan melakukan pendekatan dan menjelaskan lagi benefit atau treatment apa yang akan diberikan kepada customer secara berkala. Dengan begitu, customer akan lebih mengerti. Bila memang customer masih tidak menerima, maka berikan konsekuensi agar tidak semena-mena." Patih mengangkat bolpoin hitamnya menjelaskan dengan gestur tubuh.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang