3.9 MAHEN PUTRA KALINGGA

91 23 0
                                    

Berteman dengan Paguyuban Maung membuat Mahen banyak mengenal pepatah. Hampir semua anggotanya suka membaca buku sedangkan dirinya lebih suka mendengar. Setiap kali ada yang menyelesaikan bacaannya, Mahen selalu mendengarkan mereka yang memberikan kesimpulan dan pelajaran dari buku tersebut. Kali ini, ada satu pepatah terlintas diingatannya.

“Sebuas-buasnya harimau, ia tidak akan memakan anaknya sendiri."

Kalimat yang bisa mewakili kenapa Mahen seharian ada di rumah sakit ini. Setia menunggu ayahnya yang kembali terbaring di atas ranjang itu. Dia duduk menemani ibunya yang juga tertidur lelap dibahunya. Karena seburuk apapun orangtua, Mahen tidak pernah lupa atas segala jasa mereka dalam hidupnya. Meski banyak salah paham diantara mereka, dia tidak pernah bisa menjadi seorang pembenci.

Sudah lama sekali keluarganya tidak berkumpul. Namun, bukan dalam keadaan seperti ini yang dia inginkan. Mahen rindu saat dirinya masih kecil. Ketika yang dia tahu hanyalah ayah ibu selalu bersamanya, mengikuti semua keinginannya, memberikan apa yang dia mau. Mahen tidak munafik, dia pernah menjadi anak kecil paling bahagia kala itu. Semakin bertambah angka pada lilin yang dia tiup pada ulang tahunnya, membuat dia semakin paham kalau segala sesuatu yang dierima harus ada yang diberikan. Akhirnya, Mahen menyimpulkan bahwa ada harga yang harus dibayar mahal untuk merasakan bahagia.

Orang tuanya memberikan apa yang Mahen butuhkan, tapi dia harus memberikan apa yang orang tuanya mau. Mereka mengatur kehidupannya dalam segala bidang. Lingkungan, teman-teman, sampai Mahen menyerah saat dirinya harus mengorbankan masa depan yang diinginkan. Dia memutuskan untuk pergi dari rumah setelah dirinya resmi bercerai dengan Rachel. Perkara hati tidak ada yang boleh ikut andil kecuali dirinya sendiri.

"Kenapa kamu bercerai dengan Rachel?" pertanyaan yang tiba-tiba keluar dari mulut ibunya. Dia menarik diri untuk melihat wajah putra satu-satunya dari samping.

"Pertanyaan retorik bu. Tapi aku tetap akan menjawab, bahwa cinta tidak datang karena terbiasa seperti apa yang pernah ibu ucapkan." Matanya masih melihat ayahnya yang masih tidak bergerak sejak 24jam terakhir.

"Mahen, pernikahan bukan hanya tentang cinta. Kamu pikir, manusia bertahan hidup hanya dengan makan cinta? pernikahan itu seperti kontrak bisnis, harus saling menguntungkan, dan Rachel orang yang tepat," jelas ibunya masih berharap Mahen mempertahankan pernikahannya yang harus melewati satu sidang lagi sebelum benar-benar resmi menduda.

"Lalu, kenapa ibu masih setia nunggu ayah di sini? merawat ayah yang sering sakit, membiarkan dia kembali kepelukan ibu bahkan saat ibu tau tentang perselingkuhannya? bukan kah pernikahan itu harus saling menguntungkan?" Mahen menoleh membuat mereka saling menatap.

"Bukankah itu semua sangat merugikan, bu? apa sebutannya untuk pengorbanan ibu selama ini kalau bukan cinta?" tanyanya mendesak  penjelasan lebih rinci tentang apa yang telah ibu lakukan untuk ayah. Namun, wanita itu hanya diam.

"Kontrak bisnis macam apa ini, banyak rugi daripada untung." Dia melanjutkan kalimatnya tanpa mengalihkan pandangan. "Kalo aku pemilik bisnisnya, sudah sejak lama aku gulung tikar."

Memang, cinta bukan satu-satunya aspek untuk bertahan hidup, tapi dengan cinta bisa membuat manusia merasa hidup. Memang, hidup perlu uang, Mahen akui itu. Namun, uang bukan sesuatu yang bisa membayar cinta. Karena perasaan tidak bisa dinilai dengan nominal angka.

"Bu, Mahen gak pernah minta untuk lahir di keluarga kaya raya, yang punya bisnis besar, yang punya omzet penjualan hingga mencapai miliyaran. Mahen hanya ingin jadi anak dari sebuah keluarga yang penuh kasih sayang, yang mencintai anggotanya bukan mencintai uangnya." Mahen mengatur emosi yang mulai menyesakkan dada.

"Keluarga bukan ajang untuk berbisnis," ujarnya mengakhiri percakapan sebelum dirinya benar-benar terbawa suasana.

Mahen pamit keluar mencari angin, menyalakan sebatang rokok dengan pematik bensin. Taman Rumah Sakit menjadi tempat pelarian terbaik, dia bersandar pada bangku yang tersedia. Asap mengepul banyak ke udara, menguap begitu saja terbawa angin. Andai masalah dalam pikirannya seperti asap, mudah hilang, dapat dipastikan Mahen akan puas tidur setiap malamnya.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang