2.10 MALIBU XAFIER

253 52 0
                                    

Malam Minggu sering Malibu habiskan di salah satu club kota Jakarta. Dari security, bartender, sampai pemiliknya sudah sangat dekat dengannya. Aneh banget kalau Malibu gak datang dalam kurun waktu seminggu, sampai pernah di telepon security malam-malam menanyakan keadaanya, padahal saat itu dirinya tengah lembur membereskan data-data closing.

"Kita ini apa?" tanya Laura-si pemilik club-yang dua jam lalu menyender dibahu Malibu.

"Manusia," jawabnya enteng sembari terus mengusap lembut tangan Laura.

Kesal mendengar jawaban tidak serius dari Malibu, gadis itu beringsut membenarkan posisinya agar menghadap Malibu. Emang gak diragukan lagi, pesona Malibu lebih memabukkan dari pada Wiski yang ada di meja. Sampai tidak tahu bagaimana ceritanya, bibirnya telah mengecap bibir Malibu selama lima menit.

"Gimana rasanya?" Laura bertanya lagi, dia ingin memastikan sesuatu pada diri lelaki dihadapannya yang memasang senyuman manis.

"Manis, enak," jawab Malibu jujur. Tangan kanannya terangkat untuk merapihkan kembali lipstik Laura.

"Lo bisa gak sih serius dikit?" tegas Laura menatapnya dalam.

"Lo emang gak pernah ngerasa detak jantung lo berpacu lebih cepat pas gue cium? atau lo gak pernah ngerasa kaya banyak kupu-kupu berterbangan di dalam perut lo saat kita skinship?" cecarnya tanpa ampun.

Meski suara musik berdentum keras, Malibu bisa mendengar ocehan yang keluar dari Laura dengan jelas. Bukannya menjawab, Malibu malah memilih untuk minum setenggak alkohol yang tersedia di meja. Toh dia yang bayar, harus di nikmati sebaik mungkin.

Tak kunjung mendapat jawaban, Laura melayangkan tanya kembali, "Mal, jangan bilang kalau lo nyimpang?"

"Goblok, pemikiran macam apa itu?" tanya Malibu menonyor kepala gadis itu sampai sedikit limbung dari duduknya.

"Lagian gue aneh banget sama lo, gak ada baper-bapernya gue tempelin," celetuk Laura menuangkan Wiskinya ke dalam gelas miliknya.

"Cukup, jangan minum lagi. Toleransi lo terhadap alkohol cuma sampe dua botol," ujar Malibu menahan tangannya yang beberapa senti lagi menyentuh mulut Laura.

"Biarin, gue mau mabuk."

Tak dituruti, Malibu mengambil alih gelasnya secara paksa. Lalu melemparnya ke sembarang arah sampai terdengar bunyi pecahan kaca berbenturan dengan tembok.

"Gue gak suka sama orang yang gak nurut sama gue," ucapnya memalingkan wajah ke sembarang arah.

"Makannya ikat gue secara resmi, biar gue nurut sama lo tanpa bisa melawan."

---

Kalimat terakhir dari Laura membuat Malibu kepikiran. Pagi ini pun pria yang notabenenya sebagai Head Of Department itu tidak banyak bicara, padahal seharusnya dia aktif memberikan arahan-arahan kepada bawahannya.

Dua puluh menit berdiam diri di dalam toliet, akhirnya dia keluar setelah membasuh wajahnya dengan air dingin.

"Galau lo jelek banget, Mal," cibir Patih yang sudah berdiri di depan meja kerja Malibu, mencari file yang seharusnya sudah ada di tangannya pagi tadi.

Malibu masih diam, wajahnya sudah mirip dengan baju yang tidak di setrika selama sebulan lebih. Patih pernah bilang, kalau Malibu lagi begini lebih menyeramkan dari pada amukan Satya.

"Kalau udah ketemu apa yang lo mau, buruan keluar dari ruangan gue," ujarnya dingin tanpa menoleh sedikitpun ke arah Patih.

Nah kan, siapa yang berani ngusir atasannya? Hanya Malibu Xafier. Manusia yang kadang tenang kadang senang itu, lebih rumit untuk dipahami.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang