2.12 SATYA RAJA BUMI

155 36 0
                                    

"Dunia ternyata hanya selebar daun kelor"

Pepatah itu beneran terjadi sama pria yang baru saja menginjak umur kepala dua ini. Kenapa dari sekian banyak wanita yang Satya jumpai, hatinya menjatuhkan diri pada wanita di depannya? Padahal karyawati yang bekerja di pabrik kaos sablonnya bukan hanya satu orang, melainkan hampir semuanya wanita.

"Mba," panggil Satya menepuk bahu wanita yang tengah berdiri di depan salah satu mesin sablon.

"Oh Aden," jawabnya saat berhasil menoleh ke arahnya, ada rasa segan meski tahu umur Satya jauh lebih muda darinya. Namanya juga ke atasan, mau tua atau muda harus tetap hormat.

"Ada yang bisa dibantu, den?" tanya Wanita itu lagi karena Satya sedari tadi hanya menatapnya dalam diam.

"Rai ..., sehat?"

Benar, Satya telah melakukan kebodohan yang fatal. Dia lancang menyukai wanita di depannya, ibu kandung dari Rai alias kakak dari Arjuna.

Lelaki ini bukan tidak tahu cerita masa lalu dari sosok perempuan di hadapannya, tapi kalau kata Judika cinta itu buta dan tuli. Tak memandang bagaimana rupanya, tak peduli bagaimana kisah kelamnya, Satya menyukai dan mencintai seorang Sinta Eka Prasetya tanpa harus punya alasan.

Sinta mengangguk. "Sehat den, kemarin dia kesenengan bisa ikut ekskul balet," ungkapnya tersenyum ikut merasakan kebahagian anaknya.

"Wah, aku juga mau lihat mba. Pasti lucu banget Rai nari balet pake baju ada sayapnya kaya angsa," komentar itu terdengar tulus.

"Boleh, den. Nanti saya ajak Aden nonton Rai nari balet, kebetulan akhir semester ini ada pertunjukan bakat di acara kenaikan tingkat," jelas Sinta bersemangat ingin segera memamerkan bakat dari anak gadis semata wayangnya.

Lain halnya saat bersama Arjuna, Sinta lebih terbuka membicarakan tentang anaknya kepada Satya. Alasannya tentu karena Arjuna tahu bagaimana kisah gelap itu, sedangkan Sinta tidak mengetahui ada sebuah jalinan pertemanan antara Satya dan adiknya. Identitas lelaki ini sebagai sahabat dekat Arjuna masih belum terkuak, karena pertemanan mereka juga baru terjalin saat harus menjadi partner kerja di CaratLand.

Satya menyunggingkan senyum manisnya. "Aku tunggu undangannya."

Awal mula mereka bertemu menjadi cerita paling heroik yang pernah terjadi dalam hidupnya. Sekitar dua tahun lalu, Satya yang sedang beli cilok di depan gedung apartemennya dikejutkan dengan bayangan hitam di rooftop gedung kosong sebrang sana. Dari bayangan rambut panjang berkibar menandakan kalau itu sosok perempuan.

Lima menit dia terus menandangi bayangan itu dari bawah, sambil bertanya-tanya apakah itu manusia atau hanya kuntilanak, karena Satya memang punya indra keenam turunan dari eyangnya. Namun, kenyataan bahwa kaki perempuan itu tidak melayang membuatnya segera berlari meninggalkan tukang cilok.

Pria itu juga tidak memperhatikan lampu merah yang dua detik kemudian jadi hijau, dia menyebrang dan melesat secepat kilat membuat sedikit keributan di jalan raya, beruntungnya tidak ada lakalantas malam itu. Bahkan, jika diingat kembali, Satya tidak mempedulikan gedung gelap itu dipenuhi makhluk ghaib yang berseliweran dimana-mana. Fokusnya hanya satu, nyawa seorang manusia tengah dalam bahaya.

Saat sampai di atap, dia mengontrol deru nafasnya terlebih dahulu. Kemudian mendekat dengan jalan pelan-pelan takut membuat kaget perempuan yang sedang melakukan percobaan bunuh diri itu. Seharusnya, Satya menelpon pemadam kebakaran atau polisi, tapi semua itu tidak terpikir diotaknya yang kelewat kalut. Aksi penyelematan pun berhasil setelah melewati sesi negosiasi panjang. Dengan bujukan memberi bantuan untuk biaya lahiran dan berjanji akan memberinya pekerjaan untuk membayarnya, akhirnya Siska tidak jadi terjun malam itu.

SEJAWAT || SVTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang