Terhitung tiga hari Jonathan hilang tanpa kabar, dan tingkahku nggak ada bedanya seperti istri yang di tinggal mati suami. Tiada hari yang kulewati tanpa uring-uringan. Makan nggak enak, tidur pun nggak nyenyak. Sialan Nathan. Ia harus tahu betapa frustasinya aku menunggu kabar darinya. Mulutku sudah gatal ingin menyemburkan kata-kata pedas. Namun sayangnya Nathan belum menunjukkan tanda-tanda akan datang menemuiku. Aku tahu kalo ia akan muncul kalo hatinya sudah membaik. Hanya saja kapan? Aku mulai lelah. Dari pada terus menerka-nerka, lebih baik aku bertindak lebih dulu, benar?
Lalu disinilah aku berada. Berdiri di depan sebuah bangunan yang sangat mencolok. The Hive- Nanyang Technological University icon. Bukan hanya ikon NTU, kurasa The Hive ini juga menjadi salah satu ikon Negara Singapura. Bentuknya yang luar biasa unik benar-benar menjadi daya tarik bagi seseorang yang buta akan desain bangunan sepertiku. Tapi saat ini bukan waktu yang tepat untuk mengagumi The Hive. Aku harus berhasil bertemu Nathan sebelum cowok itu kembali ke apartemennya.
Dengan langkah besar, aku berjalan menyusuri trotoar kampus. NTU sangat luas, aku sedikit ragu akan berhasil menemukan Block N4 School of Computer Science and Engineering- tempat biasa Nathan dan teman-temannya berkumpul sehabis kelas. Informasi elit itu kudapatkan dari salah satu teman kuliah Nathan. Namanya Narendra, cowok asal Bandung yang sering membagikan moment hangoutnya bersama Nathan. Aku nekat membalas story Instagram Narendra saat kulihat wajah lelah Nathan terpampang di sana.
"Capek..."
Hampir 1 jam berkeliling, namun nihil. Nggak ada hasil yang kudapatkan. Kakiku mulai pegal seiring kepercayaan diriku yang menguap habis. Rasanya sangat mustahil menemukan Nathan di tempat seluas ini dengan ratusan bahkan ribuan manusia yang nggak berhenti berlalu-lalang. Ragu-ragu kugulir layar ponselku untuk menghubungi seseorang- berharap orang itu sudi memberiku bantuan.
"Halo?" Deep voice di ujung sana kontan menyentak kesadaranku.
"Kak Rendra..." Astaga, kenapa aku harus merengek?
"Vanessa kamu udah di NTU?" Sahutnya.
"Udah... tapi aku nggak nemu-nemu di mana tempatnya... dari tadi keliling-keliling tetap aja nggak nemu..." Aku nggak ragu menumpahkan keluhanku.
"Ya udah kamu di mana biar aku ke situ."
Senyumku seketika mengembang setelah mendengar tawaran menggiurkan Narendra. Inilah yang kuingankan dari tadi. Tanpa terang-terangan meminta bantuan, cowok itu lebih dulu menawarkannya. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat good looking memang benar adanya.
"Aku di depan Lecture Theatre 1. Di lantai bawah ada kafetaria, atau food court, i dunno." Balasku kemudian.
"Okay, okay. Kamu tunggu di situ, jangan ke mana-mana. Only five minutes."
Sambungan segera di putus setelah ia menyelesaikan kalimatnya. Aku senang Jonathan berteman dengan orang-orang baik. Narendra ini, walaupun aku nggak pernah bertemu langsung, tapi aku sudah tahu bagaimana karekternya. Ia adalah tipe teman yang gemar membantu teman lainnya yang sedang kesusahan. Cara bicaranya yang lemah lembut dan juga sopan jelas membuktikan betapa ia menghargai perempuan. Aku sedikit tersanjung dibuatnya. Sudah baik, tampan pula. Sialan aku.
"Vanessa."
Belum sampai 5 menit, sosok Narendra tiba-tiba muncul dibelakangku. Bokong sintalku hampir menyapa lantai kalo ia nggak segera menahan pinggangku. Sial. Aku terlalu asik melamun hingga nggak menyadari kehadirannya yang sangat tiba-tiba itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
MARS & VENUS (Gara-gara donat)
Teen FictionTeenegers world; apa hubungannya donat yang lezat dengan 3 remaja yang terlibat cinta segitiga? CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • 18+ • Romance • Semi baku • Lokal