Bucin Terverifikasi

560 102 22
                                    

Venus ☉

Aku termenung menyaksikan dua laki-laki yang sedang asik bermain catur. Laki-laki pertama tampak serius menatap bidak-bidak didepannya. Air mukanya begitu keruh dengan beberapa lipatan yang membentang di sepanjang keningnya. Sedangkan laki-laki lain sedang tersenyum puas sebab kemenangan sudah di depan mata. Ia menoleh kearahku lalu mengedip nakal. Sial. Jonathan pasti sengaja melakukan itu untuk mengacaukan fokus Marcel. Dan benar saja, detik berikutnya Marcel ikut menoleh. Ia memberiku flying kiss tanpa mempedulikan wajah masam Jonathan.

"Kalian kenapa sih?" Jujur saja aku mulai lelah. Aku pikir hanya Marcel yang kurang waras, tapi nyatanya Jonathan sama saja.

Sebab kejadian tadi siang, aku dan Jonathan berakhir dengan pertengkaran. Dugaanku seratus persen benar, Jonathan semakin salah paham kala aku kelepasan mendesah. Aku mengerti. Cowok mana yang tidak marah saat pacarnya mendesah karena orang lain? Apa lagi orang ini adalah Marcel. Si tengil yang sangat di benci Jonathan. Kupikir Jonathan akan mengamuk saat berkata akan menemuiku di flat. Namun aku benar-benar salah besar. Bukannya menghajar Marcel, ia justru menantang cowok itu bermain catur. Dan yang paling menyebalkan adalah fakta bahwa mereka menjadikanku sebagai barang taruhan.

Jika Marcel menang, Jonathan nggak boleh melarangnya untuk mendekatiku. Dan jika Jonathan yang menang, maka Marcel harus berhenti menggangguku. Sebenarnya cukup melegakan, karena aku yakin kalo Jonathan yang akan menang. Namun tetap saja aku nggak terima diperlakukan sedemikian rupa. I mean, kenapa mereka menempatkanku pada situasi seperti ini? Sial sekali.

"Tenang, Yang. Aku nggak akan kalah." Balas Nathan.

Tentu saja ia nggak akan kalah. Pacar tampanku itu mahasiswa NTU major computer science, ingat? Marcel sangat bodoh karena ia mau-mau saja dikelabui Nathan. Walaupun Marcel nggak kalah jenius, tapi ia bukanlah apa-apa jika dibandingkan dengan seseorang yang menguasai ilmu coding. Kemampuan bermusik Marcel sama sekali nggak bisa diandalkan dalam permainan catur. Aku bingung antara senang atau sedih. Senang karena Jonathan pasti menang. Sedih karena Marcel ditipu oleh Jonathan.

Setidaknya aku bersyukur karena nggak ada adegan baku hantam antara keduanya. Nggak bisa kubayangkan kalo kami berakhir di deportasi gara-gara membuat keributan di Negara orang.

"Skakmat! Hahaha mampus! Makanya nggak usah sok jago!" Astaga, selama bertahun-tahun pacaran, aku nggak pernah melihat Jonathan bertingkah menyebalkan seperti sekarang. Biasanya ia selalu tenang dalam situasi apa pun. Mana pernah ia tertawa puas sambil guling-guling?

"Nathan..." Aku berusaha menegurnya. Sebenarnya aku merasa nggak enak pada Marcel. Laki-laki itu tampak sangat kecewa.

"Sayang, kalo abis ini Marcel masih gangguin kamu. Lapor ke aku." Ujarnya.

Well, mereka telah sepakat membayar denda sekian dollar ketika salah satu pihak melanggar perjanjian. Aku benar-benar nggak habis pikir pada jalan pikiran cowok-cowok tampan. Apa aku secantik itu hingga membuat Jonathan dan Marcel hilang akal? Sialan aku.

"Tapi aku nggak akan jauhin Caca." Marcel ikut bersuara.

"Aku nggak bilang kamu harus jauhin pacar aku. Cukup jangan sentuh dia seenaknya."

Aku terharu. Jonathan sangat protektif pada pacarnya. Ekspresi cowok itu mulai berubah. Wajah kocaknya sudah menghilang dan digantikan dengan wajah dingin. Ia duduk bersila di atas sofa seraya menatap lurus obsidian kelam Marcel. Namun Marcel nggak mau kalah, ia justru balas memelototi Jonathan. Jika di manga-manga, bola mata keduanya pasti sudah menyemburkan sinar laser.

"Ayang, Marcel nggak gitu kok... dia cuma becanda." Terangku.

"Kamu belain dia?" Fokus Nathan sudah beralih padaku. Oh, kenapa ia semakin seksi saat satu alisnya naik ke atas?

MARS & VENUS (Gara-gara donat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang