Kinda 🌚
...
'Sebenarnya kesalahan fatal apa yang pernah kulakukan, sampai Tuhan harus menghukumku dengan cara seperti ini?'
Pertanyaan semacam itu terus berputar-putar setiap aku menghadapi situasi pelik seperti sekarang. Dan jawaban yang kudapatkan selalu sama. Nihil. Nggak pernah ada jawaban yang memuaskan. Kalo memang kesalahan fatal itu berhubungan dengan dosa kedua orangtuaku, maka dengan lantang kutekankan, aku nggak bisa menerimanya.
Aku nggak terima diperlakukan buruk hanya karena rasa benci pada seseorang yang bahkan tidak kuketahui bagaimana rupanya. Ibu kandungku, jika suatu hari nanti aku berkesempatan untuk bertemu beliau, aku nggak akan segan melontarkan kata-kata makian. Karena demi Tuhan, apa haknya memberiku kehidupan bak neraka?
"Papa kamu nggak pernah ngajarin kamu buat jadi benalu di kehidupan orang lain. Sadar Caca... Sadar posisi kamu di mana..."
"Harusnya kamu tau diri. Selama ini kamu hidup karna belas kasihan dari saya. Kalau dari awal saya nggak terima kehadiran kamu, hahh... Kamu akan berakhir hidup di jalanan."
"Sudahlah, Di. Ndak ada gunanya bicara panjang lebar. Anak ini bebal karna darah haram Ibu-nya terlalu kental."
Aku menggenggam erat tangan Marcel-- mencegah cowok itu agar nggak melakukan tindakan impulsif, dan berujung pada keributan. Pandangan mata kami bertemu beberapa saat, benar-benar sesaat sebab sepertinya Marcel menolak untuk ditenangkan.
"Aku capek, Bu! Dulu Andrew juga begitu, maunya dimengerti, tapi tidak pernah menghargai perasaanku. Dia kira gampang menerima anak hasil perselingkuhan?!"
"Kalian--"
"Mas, please..."
Kata-kata yang hendak keluar kembali Marcel telan. Marcel mengunci mulutnya rapat-rapat ketika kuberi tatapan mengiba. Nggak ada yang tahu seberapa besarnya dampak dari kata-kata yang meluncur dari mulut Marcel. Membayangkannya saja membuat bulu kudukku meremang.
"Maaf, tujuan kalian datang ke mari sebenarnya untuk apa? Setelah mendengar kalimat panjang yang kalian sampaikan, saya sama sekali nggak bisa menarik kesimpulan." Mama Marcel tiba-tiba bersuara.
"Begini, Nak Ria, Ibu dan Diana tidak bermaksud apa-apa. Kedatangan kami ke sini hanya ingin mewanti-wanti keluarga kalian sebelum terjadi hal-hal yang tidak diinginkan."
"Kalau boleh tau, hal-hal yang tidak diinginkan itu seperti apa?"
"Nak Ria tahu sendiri, Vanessa tidak ada hubungan dengan keluarga Ibu. Statusnya di mata hukum juga masih dipertanyakan. Ibu cuma takut kehadiran Vanessa akan merusak reputasi keluarga kalian."
"Bu, tidak ada yang harus kami takuti. Vanessa bukan hama, dia juga manusia seperti kita. Ucapan Ibu seakan-akan Vanessa sangat buruk. Padahal kita semua belum tentu lebih baik dari Vanessa."
Oma Lilian mengatup bibirnya sedemikian rapat. Sepertinya beliau sadar kalo hinaannya nggak cukup ampuh untuk menendangku ke jalanan. Wajah gusar Tante Ria jelas bukan sesuatu yang mereka inginkan. Pun ekspresi siap terkam Marcel semakin memperburuk keadaan. It's over. I win, they lose. Mereka sudah kalah meski aku belum melakukan perlawanan.
"Saya benar-benar tidak mengerti. Sebenarnya apa yang kalian inginkan? Kalian ingin membawa Vanessa pulang, atau ingin menendang Vanessa jauh-jauh? Aneh."
"Ria, jangan salah paham dulu." Sela Mama Diana.
"Nggak ada yang saya salahpahami. Hanya saja saya sangat kaget mendengar hinaan yang kalian lontarkan. Sejujurnya, saya sangat menyayangkan kata-kata sejahat itu keluar dari mulut seorang Ibu."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARS & VENUS (Gara-gara donat)
Dla nastolatkówTeenegers world; apa hubungannya donat yang lezat dengan 3 remaja yang terlibat cinta segitiga? CW! • Markhyuck face claim • Genderswitch • 18+ • Romance • Semi baku • Lokal