Tiger vs Lion

713 118 25
                                    

Kelopak mataku mengerjap perlahan- membiasakan cahaya matahari yang menyeruak masuk ke dalam kamar. Kutolehkan pandangan pada jam weker di atas nakas, pukul 10.50 waktu setempat. Terlalu siang untuk sarapan, pun terlalu awal untuk makan siang. Pasti tidurku nyenyak sekali karena nggak biasanya aku bangun terlambat. Oh, siapa yang nggak nyenyak jika semalaman ditemani pacar? Aku terkikik geli mengingat tingkahku semalam. Bisa-bisanya aku merengek pada Jonathan agar dinyanyikan lagu penghantar tidur saat video call. Bukannya benar-benar tidur, kami malah lanjut mengobrol sampai tengah malam.

Nathan juga berjanji akan datang lebih awal. Katanya ingin makan siang dengan menu ikan asam padeh dan dendeng balado buatanku. Mentang-mentang aku orang Minang, apa-apa mintanya rendang, ayam pop, dendeng balado, ikan asam padeh. Sial. Pasti cowok itu sedang berputar-putar di supermarket untuk membeli bahan-bahan yang diperlukan. Padahal kata Marcel rumah makan Minang nggak jauh dari tempat kami tinggal, tapi Jonathan tetap ingin aku yang memasak. Sekarang lihat, siapa akhirnya yang repot?

Aku harus bangun dan bersih-bersih sebelum Jonathan datang. Pacar tampanku itu bisa kabur jika melihatku dalam tampilan kuntilanak seperti saat ini. Maaf, aku bercanda. Mana mungkin Jonathan meninggalkanku sebab masalah sepele? Cinta kami nggak sedangkal itu, okay? Suara tawa Marcel adalah hal pertama yang ditangkap indra pendengaranku, kala aku melangkah keluar dari kamar. Terdengar sangat ramai. Aku berjalan ke arah ruang tamu untuk mencari tahu apa yang sudah aku lewatkan. 5 orang cowok termasuk Marcel dan Harry sedang bercakap-cakap di sana. Mereka kompak menoleh saat kepalaku mengintip di balik dinding.

"Eh? Sorry."

Astaga, aku sangat malu! Tanpa menunggu balasan dari para laki-laki itu, aku sontak berbalik lalu kabur ke kamar mandi. Bisa-bisanya aku menampakkan wajah kumalku pada Marcel dan teman-temannya. Mereka pasti bertanya-tanya siapa gerangan gadis yang terlihat seperti gembel ini? Sial.

Seluruh kain yang melekat ditubuhku sudah tergeletak di atas lantai. Aku melangkah masuk ke dalam bathup yang sudah terisi air lalu merebahkan diri didalamnya. Busa-busa sabun beraroma mawar menutupi tubuh telanjangku. Berendam dalam air adalah kegiatan lain yang sangat kugemari. Aku bisa menghabiskan waktu berjam-jam sampai tertidur dalam posisi seperti ini. Tapi hal itu nggak akan terjadi sekarang. Jonathanku yang tampan bisa mati kelaparan gara-gara tingkah konyol pacar seksinya.

Aku menggosok pelan kulitku- menyingkirkan ribuan atau bahkan jutaan sel kulit mati yang biasa di sebut daki. Aku baru ingat kalo sejak kemarin tubuhku belum terkena sabun mandi. Pantas saja ketiak mulusku mulai memproduksi tanaman bawang. Suara tawa Marcel dan teman-temannya menembus masuk ke kamar mandi. Dia memang seperti itu, hobi tertawa layaknya orang gila. Detik berikutnya aku mendengar derap langkah kaki mendekat ke arahku. Seseorang pasti sedang hilang akal. Entah siapa itu, ia menghantam pintu kamar mandi sebelah. Apa sedang terjadi sesuatu? Lalu derap langkah kaki lainnya kembali terdengar. Kali ini benar-benar berhenti di depan pintu kamar mandi yang sedang kupakai.

Mataku melotot kaget ketika pintu itu diterjang dan sosok Marcel muncul dibaliknya. Ia terbirit-birit berlari menuju toilet yang terletak di sudut kamar mandi, lalu menarik turun celana jogger sekaligus sempak Calvin Klein-nya.

"Sorry, Ca. Ini darurat." Ucapnya kemudian.

Napasku tercekat saat kentut Marcel terdengar bersahut-sahutan dengan poop busuknya yang mulai berlomba-lomba keluar. Ya Tuhan, situasi macam apa ini? Nggak pernah terbayangkan kalo kejadian seperti ini akan aku alami. Marcel benar-benar nggak tahu diri.

"Marcel...!!" Aku menangis sekarang. Kamar mandi dipenuhi aroma tidak sedap dan aku hampir mati dibuatnya.

"Maaf, Ca. Maaf banget. Lagian kamu sih, pintunya nggak di kunci. Untung Lukman masuk ke kamar mandi sebelah."

MARS & VENUS (Gara-gara donat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang