"Kau benar-benar akan mengunjungi nenekmu, Yujin?" tanya Rei dengan ekspresi tidak yakin di wajahnya. Gadis Jepang itu memperhatikan Yujin yang sedang sibuk mengemasi barangnya dari atas kasur susun di kamar asrama mereka.
Ahn Yujin, remaja tanggung yang sebentar lagi akan memasuki masa dewasanya itu tidak menjawab pertanyaan teman sekamarnya. Ia masih meneliti satu per satu barang yang mungkin ia butuhkan saat berada di sana. Ia terdiam, masih menimbang-nimbang apakah sekiranya ia perlu membawa peralatan melukisnya yang cukup memakan tempat di dalam ransel cokelat turunan dari ayahnya.
"Bukankah kau tidak suka berada di sana?" tanya Gaeul sebelum menyuapkan sekeping cemilan kentang ke dalam mulutnya. Ia sesekali membantu Yujin memasukkan dan merapikan barang bawaannya. Sebagai penghuni kamar tertua, Gaeul sedikit khawatir pada Yujin yang menjadi lebih diam akhir-akhir ini.
"Apa aku perlu ikut bersamamu? Aku bisa membujuk Bibi Eunbi untuk itu." tawar Rei sembari membalikkan posisinya dari telentang menjadi telungkup. Tangan kirinya menopang beban dagunya agar tidak terjatuh.
"Kau yakin Bibi Eunbi mengizinkanmu pergi?" balas Gaeul sedikit tidak yakin.
"Tentu saja! Dahulu aku sering mengunjungi Nenek Ahn bersama Yujin saat kami masih TK. Mulnaengmyeon buatan beliau benar-benar enak! Kau harus mencobanya, Gaeul Unnie." jawab Rei bersemangat.
"Terima kasih Rei, tapi aku akan baik-baik saja. Kau juga harus pulang musim panas ini." ucap Yujin yang sedang memasukkan kemeja berwarna putih ke dalam ranselnya.
"Ah, benar. Terkadang aku lupa kalian berdua adalah saudara sepupu." ujar Gaeul setelah menelan kepingan kentang terakhir.
"Kau yakin, Yujin?" tanya Rei lagi. "Bukankah kau tidak ingin kembali ke sana setelah apa yang terjadi dengan Hyun-"
"Aku akan baik-baik saja, Rei!" sergah Yujin cepat.
Ketiga gadis itu terdiam. Gaeul melotot pada Rei yang sedang mengatupkan kedua bibirnya rapat-rapat. Seharusnya ia tidak mengungkit soal kejadian itu di hadapan Yujin. Gadis tinggi itu masih belum bisa lepas sepenuhnya dari rasa bersalah di masa lalu.
"Maafkan aku, Yujin." ucap Rei pelan.