"Selamat pagi." sapa Yujin dengan suara yang sedikit serak. Cahaya matahari menembus sela-sela tirai putih yang menutupi jendela kaca. Ia beringsut pelan dan merapatkan tubuhnya pada seseorang yang masih terlelap di sebelahnya. Tangannya bergerak melingkari pinggang ramping yang sedikit terlihat karena baju sang empunya tersingkap secara tidak sengaja. "Ayo bangun, kita harus pergi hari ini."
Seseorang di sebelah Yujin menggeliat pelan, lalu ia memutar tubuhnya menghadap Yujin dan membenamkan kepalanya ke leher gadis itu. "Selamat pagi, Yujin." sapanya sebelum mengecup leher gadis itu pelan. "Bisakah kita tidur lima menit lagi? Aku masih mengantuk."
Yujin terkekeh pelan, ia melepaskan pelukannya dan mencubit pipi orang di sebelahnya dengan gemas. "Ayolah Wonyoung, nanti kita akan terlambat." Ia menyibakkan selimut dan duduk dari tidurnya sambil sesekali meregangkan tubuhnya yang terasa sedikit kaku.
"Eung~ lima menit lagi..." rengek Wonyoung seraya menaikkan selimut hingga menutupi seluruh tubuhnya. Yujin menggeleng heran dengan kelakuan gadis itu. Ia mengecek ponselnya yang sedang diisi daya di atas nakas. Masih belum terlalu siang, sepertinya tidak apa-apa jika Yujin sedikit bermalas-malasan hari ini. Namun, ia ingin menjahili gadis itu dan menarik selimut yang menutupi seluruh tubuhnya.
"Kita harus sarapan, Wonyoung. Bukankah semalam aku sudah mengajakmu tidur lebih cepat? Salahmu sendiri yang bersikeras ingin bermain hingga enam ronde." Yujin mendekat ke gadis itu dan menyingkirkan helaian rambut yang menghalangi wajahnya.
"Jangan menyalahkanku, kau sendiri juga menikmatinya." ujar Wonyoung seraya duduk dari tidurnya. "Tanganku masih sedikit pegal," Yujin meraih tangan gadis itu dan memijatnya dengan perlahan. Wonyoung meringis pelan saat Yujin menekan otot-otot lengannya yang terasa lelah. "Bagaimana bisa kau sangat jago bermain halli galli?"
"Kita harus segera bersiap, Wonyoung." ucap Yujin mencoba membujuk Wonyoung. Ia hendak turun dari tempat tidur saat gadis mirip kelinci itu menarik lengannnya dan menghempaskannya kembali ke atas kasur. Wonyoung merangkak pelan ke atas tubuh Yujin dan menahan kedua bahunya. Ia mendekat dan memberikan kecupan lembut ke seluruh bagian wajah Yujin. Yujin menahan napasnya geli saat kecupan Wonyoung mulai turun ke arah lehernya.
"Tidak perlu terburu-buru, Yujin." bisik Wonyoung pelan. Napas hangat Wonyoung yang menggelitik daun telinganya membuat seluruh tubuh Yujin merinding. "Kita masih punya banyak waktu."
Yujin akhirnya menyerah. Ia membalikkan posisi mereka dan mencium bibir merah yang sejak tadi menggoda dirinya, melumat pelan dan meredam desahan lirih yang meluncur dari gadis itu. Wonyoung mengalungkan kedua lengannya pada leher Yujin dan meremas rambutnya pelan, membuat gadis berlesung pipi itu menggeram pelan. Ini masih pagi dan bagaimana Wonyoung terasa seperti madu dan musim panas membuat kepala Yujin seolah berputar. Meski Wonyoung terasa begitu memabukkan, mereka sebaiknya segera bergegas. Yujin menjauhkan dirinya dan menatap Wonyoung yang cemberut karena ia mengakhiri sesi panas mereka. Ia tersenyum dan mengecup dahi gadis itu lembut.