Berbalut kemeja dan blazer berwarna hitam, Wonyoung mengikuti langkah ibunya menuju rumah duka. Karangan bunga bertuliskan ucapan bela sungkawa berjejer di sepanjang lorong. Wonyoung menatap monitor yang terpasang di dinding, mencari nama keluarga Ahn di sana. Ia berharap semua ini hanyalah mimpi, tapi kenyataan menghantam Wonyoung saat ia melihat deretan huruf menyusun nama dengan marga Ahn itu.
Setelah membakar dupa dan memberikan penghormatan terakhir, Wonyoung mengambil sebatang bunga lili putih dan meletakkannya di atas persemayaman Nenek Ahn. Ia bahkan membiarkan air mata menetes membasahi helaian kelopak bunga itu. Ada banyak hal yang begitu Wonyoung sesali atas kepergian Nenek Ahn, rasanya waktu yang telah mereka habiskan bersama belum cukup untuk menunjukkan betapa besar rasa sayangnya pada wanita tua itu. Wonyoung berbalik dan membungkuk pada ayah dan ibu Yujin, juga sepasang suami istri yang ia baru lihat wajahnya. Tiba-tiba saja, tubuh Wonyoung ditarik ke dalam sebuah pelukan yang amat sangat erat.
"Wonyoung, aku sangat berterima kasih padamu karena telah berada di sisi ibuku dan Yujin saat kami tidak bisa menemani mereka."
Wonyoung tertegun sejenak sebelum membalas pelukan itu. Pelukan wanita ini mengingatkan Wonyoung dengan hangatnya pelukan Yujin saat ia menyelamatkannya dari arus sungai yang deras. Pelan-pelan Wonyoung melepaskan pelukannya dan mengusap kedua air mata yang mengalir di pipinya. "Itu bukan apa-apa, Bibi. Aku sudah menganggap Halmae seperti nenekku sendiri."
"Kau anak yang baik." Ibu Yujin mengelus bahu Wonyoung lembut. "Tidak heran ibu selalu menceritakanmu setiap kali ia mengunjungi Yujin."
Wonyoung melangkah menuju kotak sumbangan sembari menunggu ibunya selesai menerima ucapan terima kasih dari keluarga Nenek Ahn. Ia memasukkan amplop berisi uang yang sudah disiapkan dari rumah ke dalam kotak kayu di dekat pintu dan membungkuk kepada orang yang sedang berjaga.
"Kau... Wonyoung, kan?"
Seorang gadis yang wajahnya tidak asing menatap Wonyoung penuh tanya dari balik meja. Gadis itu mengenakan hanbok hitam dan rambutnya dikepang rendah menggunakan pita hitam. Matanya terlihat sedikit bengkak dan pipinya yang tembam agak pucat. Siapa lagi gadis ini? Ada berapa banyak lagi orang misterius di sekitar Yujin?
"Aku Rei, sepupu Yujin. Dia bercerita banyak soalmu."
Wonyoung membalas uluran tangan Rei dan tersenyum kecil. "Senang bertemu denganmu, Rei. Walaupun situasi ini tidak cocok dengan kata senang." Rei ikut tersenyum dan melepaskan pegangannya dari tangan Wonyoung. Sekarang, Wonyoung dapat mengenali wajah itu dari foto lama yang ditunjukkan Nenek Ahn padanya. "Apa kau baik-baik saja? Menurutku, kau terlihat kelelahan, Rei."