Ini adalah bagian terakhir dari perjalanan musim panas Yujin. Selamat membaca!
Air mata mengiringi seluruh prosesi upacara pemakaman sang pendamping generasi pertama keluarga Ahn. Dengan tatapan kosong, Yujin menggandeng lengan Rei yang menangis tersedu-sedu dengan erat. Mereka berjalan pelan di belakang, mengikuti langkah orang tua mereka yang menumpahkan kesedihan saat peti berukuran besar itu dimasukkan ke dalam mobil pengantar jenazah.
Setelah tiga hari berlalu, kehampaan mengisi palung-palung pikiran Yujin yang terdalam. Ia bahkan tak menitikkan air mata kali ini. Sudah waktunya untuk Yujin bertahan, setelah Rei menahan seluruh kepedihannya selama dua hari demi dirinya. Tentu tidak mudah untuk tetap berpikir waras di tengah gelombang kesedihan yang sedang bergejolak. Dengan lengan yang tak pernah terlepas dari pelukan, Yujin mencoba menguatkan dirinya untuk menjadi sandaran bagi Rei yang meraung begitu pilu di sisinya sepanjang upacara berlangsung.
"Unnie, apa kau akan baik-baik saja?" tanya Rei lemah saat ia akan berpamitan kembali ke Jepang. Penerbangan mereka sudah dekat dan tidak bisa dijadwalkan ulang. Yujin menghela napas pelan, menatap guci abu sang nenek di sebelah rak guci abu milik Hyunseo.
"Rei, katakan padaku semua ini hanyalah mimpi." ucap Yujin dengan tatapan kosong. Ia mendekat dan mengusap pintu kaca yang membatasi antara dunia luar dengan tempat peristirahatan terakhir orang-orang yang disayanginya.
"Tetapi, itu tidak mungkin, kan?" Yujin berbalik dan menangkup wajah Rei. Ia mengusap air mata yang membasahi kedua pipi gadis itu dan memeluknya erat. "Aku akan baik-baik saja, Rei. Jangan khawatir."
Rei balas melingkarkan kedua tangannya pada Yujin begitu erat, meredam isakannya dalam pelukan hangat gadis yang lebih tua. Ucapannya tak terdengar begitu jelas, tetapi Yujin bisa memahaminya dengan baik.
"Unnie, kau itu berharga. Hanya ada satu Ahn Yujin yang menyebalkan di dunia ini, dan aku tak mau kehilangan itu."
Yujin melepaskan pelukan mereka dan tersenyum lemah mendengar kalimat yang tidak asing yang pernah dikatakan oleh seseorang padanya. Dengan telaten Yujin merapikan helaian poni Rei yang terlihat sedikit berantakan. "Rei, terima kasih. Kau juga berharga untukku meskipun terkadang kau senang menjahiliku." Ujung bibir Rei yang sedikit terangkat membuat Yujin merasa lega.
"Jaga dirimu baik-baik, Unnie." ucap Rei sebelum sekali lagi meremukkan tubuh Yujin dengan pelukannya.
"Hm, kau juga."