Wonyoung sudah hafal dengan kebiasaan ibunya yang sering melupakan sesuatu jika sedang terlalu banyak pekerjaan. Seperti hari ini, ibunya menelepon dengan nada yang cemas karena melupakan dokumen penting untuk hari ini. Untung sepedanya sudah ia perbaiki tadi pagi, jadi ia bisa mengantarkan dokumen itu dengan cepat.
Wonyoung menuntun sepeda merah mudanya ke luar pagar dan menyangganya agar tidak terjatuh. Lalu, ia mengunci pintu pagar rumahnya dan memasukkan kuncinya ke dalam saku. Dari rumah sebelah, terlihat seorang gadis sedang duduk di atas dipan kayu dengan buku di pangkuannya. Mulut gadis itu terlihat berkomat-kamit seperti sedang menggumamkan sesuatu dengan begitu cepat. Sesuatu yang ia pikirkan sejak semalam terlintas dalam benaknya.
Ah, benar! Ia harus mengembalikan uang Yujin.
Niatnya untuk memanggil Yujin terhenti karena gadis itu terlihat begitu fokus dengan kegiatannya, sampai-sampai Wonyoung merasa tidak enak untuk mengganggu. Dengan hati-hati, Wonyoung mengendarai sepedanya menuju tempat kerja sang ibu. Mungkin ia akan kembalikan uang itu nanti.
------
"Geser kakimu, Jang!"
Wonyoung dengan malas menggeser kakinya dari tepi kasur. Ia sedang berbaring di kamar Kim Liz yang sedang libur dari sekolahnya di Jepang. Liz ikut berbaring di sebelah Wonyoung dan menatap kosong ke arah kipas yang berputar pelan di langit-langit kamar.
"Apakah Korea selalu sepanas ini?" tanya Liz kesal. Wonyoung menyenggol lengan Liz pelan. Gadis itu terdengar seperti seseorang yang baru pertama kali tiba di Korea.
"Baru saja tiga ratus hari di Jepang, kau sudah terdengar seperti orang asing."
"Bukan begitu," Liz mengubah posisinya menjadi menghadap Wonyoung dan menopang kepalanya dengan sebelah tangan. "Aku menghabiskan seluruh musim semi di Jepang, tentu saja aku harus kembali beradaptasi dengan cuaca di sini."
"Tapi kau benar, hari ini terasa lebih panas dari biasanya." Wonyoung meraih kipas angin portabel di sebelahnya dan menyalakan mesin kecil itu. "Kemungkinan besar sore nanti akan hujan."
"Benarkah?" tanya Liz tidak percaya. Ia memeriksa prakiraan cuaca di ponselnya. Wonyoung benar, probabilitas turun hujan deras sore ini tujuh puluh lima persen dan mungkin terus berlanjut sampai malam nanti. Ia kembali meletakkan ponselnya dan kembali ke posisinya di sebelah Wonyoung. "Bagaimana kau bisa tahu?"