Won's ver. : I Hate to See The Pain in Your Eyes.

288 48 0
                                    









Wonyoung adalah seseorang yang mengikuti jadwal hariannya dengan patuh. Seperti hari ini, pagi-pagi sekali ia sudah membereskan rumah dan membantu ibunya menyiapkan sarapan. Selepas ibunya berangkat bekerja, Wonyoung memastikan rumahnya terkunci rapat dan bertolak menuju rumah sebelah. Sudah menjadi rutinitas mingguan Wonyoung untuk membantu Nenek Ahn di kebun belakangnya. Dengan langkah ringan, Wonyoung melangkah masuk melewati pagar biru yang sudah terlihat usang. Punggung lebar seseorang yang duduk di atas dipan menyambut kedatangannya. Ia tahu persis siapa pemilik punggung itu.



Ahn Yujin.



Wonyoung jadi tahu bahwa Yujin benar-benar tenggelam dalam lembaran kertas saat ia menorehkan garis di atasnya membentuk sebuah gambar. Apa yang sedang digambar oleh gadis itu? Ia terlihat begitu fokus sampai-sampai tidak menyadari kehadiran Wonyoung. Pelan-pelan, Wonyoung mendekati gadis itu dari belakang. Sebuah kejutan kecil sepertinya tidak masalah.



"KAU SEDANG APA?!"



"AAAHHH!"



Tubuh Yujin tersentak kaget, membuat pergerakan pensilnya menjadi melenceng membentuk sebuah coretan besar yang tidak sesuai dengan gambarnya. Baru saja ia hendak mengintip isi gambarnya, gadis itu dengan cepat menutup buku sketsanya kasar berbalik menghadap Wonyoung dengan ekspresi kesal.



"Kau mau membunuhku dengan membuatku mengalami serangan jantung?!" tanya Yujin dengan alis berkerut pada Wonyoung yang sedang menyeringai puas.



"Kau harus melihat wajahmu sendiri, Gadis Tiang. Itu benar-benar lucu."



"Kau benar-benar menyebalkan." dengus Yujin seraya berdiri meninggalkan Wonyoung masuk ke dalam rumah. "Kenapa nenek harus menyuruhku untuk menunggu gadis menyebalkan itu?"



"Begitu juga denganmu." balas Wonyoung pelan dan menyusul langkah Yujin yang sudah menghilang ke dalam rumah. Ia segera menuju ke halaman belakang dan menemukan Nenek Ahn sedang mencampur pupuk dengan tanah.



"Selamat pagi, Halmae." sapa Wonyoung riang. Ia memakai sarung tangan yang dibawanya dan ikut bergabung bersama Nenek Ahn.



"Selamat pagi, Youngie." balas Nenek Ahn. "Halmae pikir kau tidak datang hari ini."



"Mana mungkin aku lupa dengan rutinitas kita, Halmae." Wonyoung ikut berjongkok dan memperhatikan pekerjaan Nenek Ahn. "Apa yang harus kulakukan hari ini?"



Mengikuti instruksi Nenek Ahn, Wonyoung dengan cekatan menuju deretan tanaman dan duduk di sana. Rumput liar sudah mulai tumbuh banyak di sana dan harus segera dicabut agar tidak mengganggu pertumbuhan tanaman. Perlahan, rerumputan yang telah tercabut menumpuk di satu titik dekat Wonyoung. Ia terus mencabut semuanya dengan giat. Meski matahari sudah semakin meninggi, Wonyoung tidak merasa terlalu kepanasan. Bayangan pepohonan rimbun di halaman belakang memayungi mereka di kebun dari teriknya matahari. 



Tak berapa lama, Yujin keluar dari rumah dan ikut bergabung. Wonyoung menahan tawanya saat Yujin hampir terjatuh karena tak sengaja tersandung kakinya. Ia menyeringai pada Yujin yang mengomel protes soal posisi kakinya.



"Kau tidak lihat aku sedang mencabut rumput? Lagi pula kenapa kau harus lewat sini?"



"Seharusnya kau bisa memosisikan kaki panjangmu dengan baik. Lihatlah! Pupuknya jadi tumpah karena kakimu." ucap Yujin geram.



"Maaf jika kaki panjangku menghambat pekerjaanmu, Gadis Tiang." balas Wonyoung dengan penekanan pada frasa kaki panjang. "Lain kali aku akan memotongnya jadi lebih pendek."



10 Days | AnnyeongzTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang